Catatan penulis :
Welcome to Mobile Lege–– eh?
Maksudnya Who the Real Villain?! Ya! Kenapa malah jadi gamenya M***ton?!Okelah, selamat datang wahai pembaca budiman yang rendah hati, tidak sombong, anak yang berbakti pada orang tua, dan calon penghuni surga. Amiinnn.
Silakan menikmati alur perjalanan hidup mbak Kethra yang penuh lika-liku ini. Luv-luv sekebon buat kalian.
𖤓𖤓𖤓𖤓𖤓
Kethra tak dapat berkata-kata dengan apa yang dia dengar.
"Segera, Yang Mulia. Anda akan terlepas dari kutukan ini. Nona Kethra akan menjadi jalan keluar dari kutukan Anda."
Max tertawa nyaring, yang membuat Kethra semakin mengernyit. Informasi membanjir seperti air bah, dan dia tak dapat menahan gejolak keterkejutan dalam jiwanya. Tangannya terkepal erat, mengancam alat itu untuk hancur. Namun, dengan kewarasan yang masih tersisa, dia merenggangkan tangan dan menenangkan pikirannya.
Luther terbelalak, tak dapat berkata-kata lagi. Kyllian tampaknya akan mengatakan sesuatu, tapi Kethra meletakkan jari telunjuk di bibirnya. Kyllian dan Luther seketika diam. Suara mereka memang takkan terdengar ke tempat Max, tapi suara Max dan Oliver tergolong rendah sehingga harus didengarkan secara seksama dan teliti.
"Aku harap begitu. Kethra adalah variabel tak terduga yang sangat membingungkan. Variabel yang tak muncul sebelumnya, dan keberadaannya pun menjadi pertanyaan besar. Aku sudah lelah menjalani kehidupan ratusan kali. Aku lelah mati menyedihkan, tak pernah mendapatkan apa yang kuinginkan."
"Semuanya berakhir dengan kematian?"
"Ya. Aku mati karena berbagai hal. Dan aku tak pernah mendapatkan Henrietta. Dia mati menyedihkan, sama sepertiku. Di beberapa kehidupan, aku mati sebelum dirinya meninggal, tapi kematian sesudah dia meninggal jauh lebih banyak."
Sebagian dari Kethra ingin merangsek ke tempat Maxime dan meminta penjelasan lebih lanjut.
"Kau tahu, Oliver? Aku tak pernah memberitahu ini pada siapapun. Hanya kau, karena kaupunya kepintaran yang dapat membantuku. Ini adalah kali pertama aku memberitahunya, karena ratusan kehidupan yang lalu, aku tak memberitahukannya pada siapapun."
"Saya sangat terhormat, Yang Mulia. Kalau boleh tahu, kehidupan mana yang paling berkesan bagi Anda?"
"Ke-164, kalau tak salah. Saat itu aku merasa benar-benar cinta pada Henrietta, aku ingin menikahinya dan sepanjang kehidupan bersamanya. Cinta itu sangat tulus. Benar-benar tulus. Henrietta di kehidupan itu adalah Henrietta paling cantik yang kuketahui. Namun, sayangnya, Henrietta jatuh cinta pada Rae. Itu adalah satu dari kesekian banyak kehidupan di mana dia jatuh cinta pada Rae, tapi di kehidupan itu, aku sangat tersakiti. Aku membunuh Rae, tapi lagi-lagi, diriku mati menyedihkan. Kali ini di tangan Lorrin."
"Saya mengerti betapa frustasinya Anda selama ini."
"Yah, kuharap ini kali terakhir aku mengalami regresi."
Pyaarrr!
Kethra meletakkan alat komunikasi di meja. Pembicaraan Max dan Oliver terhenti karena terdengar suara benda kaca pecah.
"Nona, itu pasti Saintess Henrietta! Dia dalam bahaya!" Luther berteriak, menggenggam tangan Kethra yang kini berdarah karena kukunya sendiri. Kethra menyentakkan Luther, menggebrak meja. Mukanya memerah sempurna, dipenuhi kemarahan dan kebingungan. Napasnya memburu dan dia dapat mendengar detak jantung di telinganya.
"Apa-apaan? Apa-apaan semua ini?!" Meja di bawah Kethra retak, terancam hancur jika dipukul sekali lagi. Sihirnya kacau karena emosinya terguncang, cahaya merah yang khas melilit tubuhnya, mengguncang air di akuarium dan membuat angin berpusing.

KAMU SEDANG MEMBACA
Who the Real Villain? [2]
Fantasía-Sang Penyihir atau sang Putra Mahkota- Kethra telah mengumpulkan sekutu yang cukup untuk masa depannya yang tenang saat monster menghancurkan Kekaisaran. Dia berniat jauh-jauh dari kekacauan, tidak mencemplungkan diri dalam bahaya. Namun, tampaknya...