Bab 45

86 19 1
                                    

Badak itu merangsek maju, pasukan Elf menahannya lebih dulu. Mereka melepas puluhan anak panah, berputar di sekeliling badak untuk mengganggunya sehingga mengacaukan pikirannya. Berbeda dengan monster yang bakal mengamuk kalau diputari seperti itu, yang makin membabi-buta, Pengubah tidak demikian.

Mereka memiliki akal. Mereka tahu cara menghadapi hal seperti ini. Mereka bukan hewan yang menyeruduk seenak jidat. Mereka seperti manusia, tapi dalam kadar tertentu saja.

"Ia Pengubah rendah," ucap Enerdhil, mengetahuinya semata-mata dari cara si badak menyerap kekuatan alam. Elf yang bergantung dan bertumpu pada alam tentu merasakan itu.

"Saya tahu. Ia sama seperti monster-monster ini. Kelinci percobaan," ujar Kethra.

"Aranarth. Ini ulahnya, mungkin si raja itu. Kira-kira bagaimana bentuknya?" potong Warren. Kethra mengangkat bahu, memilih tak mengatakan bahwa dirinya melihat sang Pengubah. Susah sekali menyebutnya monster kalau berpenampilan seperti itu.

Gabungan kegelapan dan cahaya.

Gabungan kebaikan dan kejahatan.

Yin dan Yang.

Itulah Aranarth.

Enerdhil mengambil busur, tunggangannya mengaum dan tak sabar ingin menyerang. Hewan-hewan itu tak merasa ketakukan sama sekali, mereka dilatih untuk menangani situasi seperti ini. Mungkin mereka baru gemetar ketika melihat Aranarth.

"Pergilah, bantu Yang Mulia Enerdhil. Aku akan mengurus monster lain," ucap Warren. Kethra tanpa pikir panjang langsung terbang menuju si badak. Di sana sudah ada Lorrin dan Chase, tapi Katelyn tak ikut.

"Apa yang akan ia lakukan?" tanya Chase. Tak butuh waktu lama supaya mereka mereka tahu jawabannya. Si badak menyerap kekuatan di bawah tanah, lalu menggunakannya untuk mengikat para tunggangan Elf. Mereka jadi tak bisa bergerak sama sekali, meraung kesal dan mati-matian membebaskan diri. Saat itulah si badak menerjang, dua Elf di depannya berhasil menyelamatkan diri, sementara tunggangan mereka tercabik-cabik. Mencipratkan darah ke mana-mana, dan isi perut mereka terbuai secara menjijikkan.

"Hati-hati. Ia bisa membuat energi apapun di sekitarnya menjadi kekuatan," kata Lorrin, menginstruksi Elf. Mereka tahu akan hal itu, oleh karenanya mereka menyiapkan diri.

Para Elf menendang tanah, seketika mereka terbang beberapa meter dari permukaan. Para Elf ini memiliki kemampuan spesial yang sama, yaitu terbang. Berbeda dengan Atalya yang membaca wajah dan perasaan orang lain, maupun Enerdhil yang dapat melihat jelas meski satu kilometer jauhnya. Kemampuan keluarga kerajaan selalu berbeda-beda, tapi ksatria seperti mereka cenderung memiliki kemampuan yang sama.

Lorrin melepaskan lusinan tombak es, si badak berusaha menghindar, tapi badannnya yang besar menyulitkan pergerakan. Chase melesat maju, petir menyambar dari kedua cakar depannya. Si badak membuat tameng, Chase berdecih serta mendengus. Ia mengangkat cakar, pusaran api merah membentuk bola sebesar bola sepak, lalu melepaskannya.

Api itu seperti meteor, menghantam tameng dengan kuat. Lorrin yang melihat retakan pun langsung melepas lusinan tombak lagi. Dua serangan itu sontak menghancurkan tameng. Tak hanya sampai di sana, salah satu Elf memanfaatkan celah si badak yang terkejut dengan melepas anak panah. Tepat di mata monster itu.

Tiga serangan.

Si badak tak diberikan waktu untuk berpikir, maupun sempat mengubah kekuatan alam untuk melindunginya. Api dan tombak menghantam badannya, sementara panah menusuk tepat di matanya. Ia meraung, kendalinya atas ikatan hewan Elf terlepas. Alih-alih menghindar, mereka menerjang maju. Tiga dari depan, empat dari belakang.

Mereka melompat, menerkam si badak dengan ganas. Dua hewan yang menerkam kakinya membuat si badak mengibas-ngibaskannya. Dua hewan itu terhempas, tapi berhasil mengoyak kulit si badak.

Who the Real Villain? [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang