Halo apa kabar? :) Cerita Abang Deas kesayangan kita semua aku kembali lanjutkan ya. Kalo udah lupa jalan ceritanya, gapapa dibaca lagi. Hehehe....
***
"Sejak awal Ciputra dibangun oleh Pak Mateo Pramoedya dan Pak Tama Hudoyo, kakek saya, branding kuat terhadap kepercayaan masyarakat dan kepercayaan investor tidak dipungkiri adalah salah satu kunci utama bagaimana Ciputra bisa bertahan sejauh sekarang."
"Sudah menjadi tugas mutlak bagi setiap eksekutif mengemban tanggung jawab itu tanpa cela. Kegagalan dalam memisahkan kehidupan pribadi dan profesionalitas pekerjaan, adalah kesalahan yang tidak boleh ditoleransi dengan mudahnya. Apalagi jika hal tersebut sudah berdampak besar merugikan perusahaan, seperti menghadirkan pemberitaan buruk media dan kehebohan masyarakat yang merusak citra perusahaan, serta penurunan saham yang cukup signifikan di pasar modal."
"Maka dari itu, tanpa bermaksud mengurangi rasa hormat terhadap pimpinan, keputusan pemberhentian sementara ini saya rasa harus juga mempertimbangkan keadilan yang lebih merata. Dan tentunya dengan sanksi setegas-tegasnya, agar ke depan dapat menjadi pembelajaran bagi kita bersama."
Wajah Antonio makin tertekuk masam. Hampir seluruh kepala yang ada di ruangan ini menyuarakan pendapat selaras, seperti apa yang baru saja disampaikan oleh Ardiansyah Hudoyo---seorang direktur operasional yang ikut mewakili para petinggi selama rapat berjalan. Dimana menekankan secara langsung bahwa keputusan alot sepanjang pertemuan dua jam ini tidak cukup memuaskan beragam pihak. Terlebih bagi para pemegang saham inti yang sejak awal menunjukkan keinginan berlawanan, bahkan sebelum rapat dimulai.
Melirik sekilas ke arah sumber masalah, ia pun makin dibuat kesal saat tak menemukan sedikitpun raut gelisah terulas di wajah datar Andreas. Sial! Apa anak durhaka ini pura-pura buta dengan bencana macam apa yang akan mereka hadapi setelah ini? Bisa-bisanya ia masih bisa bersikap setenang air ketika secara jelas di depan mata, nyaris semua orang berlomba-lomba ingin menariknya turun dari kursi jabatan.
Oh yang benar saja! Sampai bermigrasi ke alam kubur pun Antonio tidak pernah rela kursi kepemimpinan yang selalu dijaga Pramoedya bertahun-bertahun harus tergantikan oleh para Hudoyo keparat itu. Ia berjanji tidak akan segan-segan mengutuk Andreas menjadi batu jika sampai mimpi buruk itu berujung nyata.
"Bagaimana, Pak Andreas?" Christian Li, salah satu komisaris penting yang berkontribusi membimbing rapat agar tetap kondusif, beralih pada Andreas yang masih membungkam hening di tempat.
"Tarik ulur tentang hasil akhir keputusan rapat masih cukup memberatkan banyak pihak," ulang Christian. "Biarkan kami dengar sendiri bagaimana jalan tengah yang bisa anda tawarkan di luar keputusan dewan komisaris tentang sanksi pemberhentian sementara anda untuk dijadikan bahan pertimbangan. Karena sepertinya ada beberapa pihak yang menyuarakan ketidakpuasan terkait hal itu."
Andreas menatap semua pasang mata yang kini tertuju penuh padanya. Seolah sigap menanti apa saja yang hendak keluar dari mulutnya. Karena dibanding ikut terpantik konfrontasi selama pengajuan keberatan beragam pihak, ia memilih berperan menjadi pendengar dan penampung unek-unek sedari tadi dalam diam.
Sejujurnya, tidak perlu analisa tingkat tinggi bagi lelaki itu untuk meyakini bahwa posisinya saat ini memang cukup terjepit. Demokrasi timpang yang disuarakan oleh keluarga Hudoyo, pemegang saham terbesar kedua setelah Pramoedya, ditambah wakil pemegang saham lain yang memilih memihak pada kubu mereka, tentu akan semakin merepotkan jika ia sedikit saja ceroboh bersuara.
Sudah hampir menjadi rahasia umum bahwa sedari awal pembentukan rapat sanksi diumumkan, kejatuhannya secara permanen dari jajaran direksi adalah tujuan utama bagaimana orang-orang ini diam-diam berkolusi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels
Romance[On going] Andreas Pramoedya tak pernah membiarkan siapapun mengusik ranah pribadinya. Sikap dingin dan tertutup pria itu makin tak tersentuh saat Namira istrinya memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan tragis. Kematian Namira yang penuh tragedi, s...