Rena bisa saja memilih beranjak pergi dari sana, mengabaikan Andreas yang masih saja membuatnya terbawa perasaan kesal karena tingkah pria itu padanya beberapa saat lalu di teras belakang. Tapi membiarkan Mbok Irma harus kerepotan di dapur sendirian menyediakan nasi dan lauk untuk makan malam lelaki itu, mengurungkan niat Rena yang ingin sekali melangkah menjauh, dan justru berakhir ikut membantu memanaskan makanan dingin yang terlanjur disimpan Mbok Irma di kulkas.
Ikan kuah kuning, ayam suir rica-rica, sayur lodeh, sayur asem, lele goreng, kupat tahu, dan masih banyak lagi menu yang disediakan Mbok Irma di atas meja makan, benar-benar mengundang decak pelan Rena karena sepertinya pekerjaan mencuci piring yang baru saja ia selesaikan akan terulang lagi di ronde kedua.
Kenapa pula laki-laki ini harus berubah pikiran dan justru membuat mereka semua jadi kerepotan! Padahal harusnya sekarang Rena sudah bisa telentang nyaman di kamar atas dan mulai menapaki alam mimpi indahnya mengistirahatkan semua lelah yang ada.
Rena yang berencana untuk segera kembali ke dapur dan lebih memilih menunggu di sana sampai tugas beres-beresnya tiba, terpaksa harus tertahan di meja makan saat Mbok Irma mengundangnya bergabung melanjutkan mengemil kue Lupis mereka yang sempat tertunda oleh kedatangan Andreas, serta kembali mengajaknya berbincang-bincang santai seperti sebelumnya.
Tentu saja Rena akan menikmati semua itu dengan sepenuh hati kalau saja tidak ada sosok Andreas ikut tergabung di antara mereka.
"Den Andreas pasti udah lama nggak makan ikan kuah kuning yang ini, kan?" Pertanyaan Mbok Irma menyapa pendengaran Rena saat gadis itu sudah beralih menekuri ponsel untuk mengecek balasan pesan dari Kayla yang dikirimnya pagi tadi. Yang sayangnya memang masih belum terlihat tanda-tandanya.
"Mbok sengaja masak semua ini karena tahu Den pasti kangen masakan rumahan juga. Nah yang ini namanya Lotek dan Karedok, makanan khas Sunda yang mirip gado-gado karena sama-sama terbuat dari sayur dan campuran saus kacang, Mbok nggak tahu kalau sudah pernah Den Andreas coba atau belum."
"Kalau yang warna kuning di baskom ini juga namanya empal gentong, campuran daging, usus, dan babat sapi yang Mbok masak dengan kuah santan. Nah terus ada juga sayur asem, kupat tahu, pepes telur asin...."
Rena diam-diam memperhatikan bagaimana interaksi dua orang di depannya. Mbok Irma tampak antusias menawarkan beragam sajian lauk-pauk, serta menjelaskan ini itu dengan binar cerah di matanya. Meskipun Andreas terlihat masih menampilkan ekspresi kaku oleh serangan perhatian dadakan tersebut, lelaki itu tetap menerima sodoran lauk yang ditawarkan, seraya memasang telinga membiarkan Mbok Irma berceloteh ria tentang makanan Sunda atau makanan apapun yang ada di atas meja.
Melihat semuanya, mau tak mau Rena pun ikut tersenyum menatap pemandangan menghangatkan dada itu, tapi senyum di wajahnya tak bertahan lama saat kedua matanya tak sengaja bertumbukan dengan milik Andreas yang balik menatapnya dengan sebelah alis terangkat.
Sial! Laki-laki itu pasti pikir ia sudah gila karena tertangkap basah senyum-senyum sendirian.
Membuang muka, Rena kembali mengalihkan perhatian pada ponselnya demi mengusir rasa canggung. Sesekali juga meneguk susu coklat panas yang belum lama dibuatkan Mbok Irma sebagai pelengkap kudapan.
Ia hanya perlu menunggu dengan sabar sampai lelaki itu menyelesaikan makan malamnya, dan membiarkan Rena melakukan pekerjaan beres-beres tersisa sehingga dirinya bisa segera naik beristirahat ke kamar.
"Kalau boleh tahu, Den Andreas datang ke sini sendiri, ya? Biasanya, kan, selalu ajak Den Lukman tiap kali berkunjung." Mbok Irma mengganti topik pembicaraan lain seusai lelah membahas tentang hal berbau makanan.
Andreas menjawab setelah menelan satu suapan. "Saya menyetir sendiri dari Jakarta. Lukman bahkan tidak tahu kalau saya kembali ke Bogor."
Mbok Irma tampak terkejut. "Lho, tapi kenapa? Padahal Den Andreas juga jarang mau datang berkunjung ke sini selain ditemani Den Lukman, kan? Apalagi sampai harus bolak-balik Jakarta Bogor selama dua hari ini."

KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels
Romance[On going] Andreas Pramoedya tak pernah membiarkan siapapun mengusik ranah pribadinya. Sikap dingin dan tertutup pria itu makin tak tersentuh saat Namira istrinya memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan tragis. Kematian Namira yang penuh tragedi, s...