Bab 30. Sepotong Kisah

330 32 0
                                    

Rena mengakui, tempat kediaman yang ia tinggali dalam misi pelariannya memang terlihat luar biasa mengagumkan saat siang hari. Meskipun hanya tersisa berdua bersama Mbok Irma di bangunan yang luar biasa lapang serta sunyi ini, ditambah pekarangan pribadi yang luasnya setara town house, perasaan takutnya sudah jauh berkurang tidak seperti waktu pertama kali menginjakkan kaki ke sini seperti malam kemarin.

Perlakuan baik yang ia terima dari Mbok Irma, benar-benar memberikan Rena rasa nyaman. Sekalipun pertemuan pertama mereka baru terjalin kemarin, Rena tidak merasakan kecanggungan apapun sebagaimana yang selalu ia hadapi ketika bertemu dengan orang-orang baru. 

Usia Mbok Irma yang mungkin hampir sepantaran umur ibunya, ditambah sikap welas asih sangat meneduhkan dari wanita itu, membuat Rena seolah merasa memiliki orang tua kedua yang sarat akan rasa mengayomi.

Maka dengan tanpa sungkan, Rena pun mulai memanfaatkan kesempatan luang yang ada demi menjalin tali keakraban, seperti membantu Mbok Irma di dapur menyiapkan makan siang mereka.

"Neng Rena nggak perlu repot-repot turun ke dapur, Mbok nggak keberatan nyiapin makanannya sendiri. Lagian tadi Neng Rena juga kelihatan sibuk di kamar waktu Mbok ngantarin cemilan rujak, kan?"

Rena menggeleng seraya mempertahankan pisau dan talenan di tangannya yang ingin diambil alih oleh Mbok Irma. "Pekerjaan saya tadi sudah selesai, kok. Makanya saya inisiatif ikut turun bantu-bantu di dapur sekarang."

Yang dikatakan Rena memang benar. Setelah menghabiskan waktu setengah jam melakukan daring meeting dengan manajer divisinya untuk berdiskusi lebih lanjut perihal rencana kerja jarak jauh yang harus ia lakukan, Rena memang tidak punya kesibukan selain melanjutkan desain konsep rencana pengembangan brand kopi robusta yang menjadi deadline-nya minggu depan. Tapi itu bukan proyek mendesak yang harus menyita seluruh kegiatan hariannya.

Sekalipun Andreas telah memberinya pilihan cuti tahunan dalam rencana pelarian dari skandal yang melibatkan keduanya, Rena tak bisa dengan mudah mengabaikan kewajibannya sebagai karyawan. Maka dengan mengumpulkan keberanian, ia sendiri berinisiatif memutuskan untuk menghubungi manajer divisinya meminta pertimbangan kerja remote dalam beberapa waktu ke depan. 

Permohonan yang awalnya ia ragukan akan dikabulkan, mengingat dirinya bukanlah sosok sepenting itu bagi perusahaan sehingga bisa seenaknya mengajukan perubahan aturan kerja. Namun hal yang tak ia sangka-sangka bahwa manajernya justru tanpa keberatan menerima permintaannya itu dengan mudah. Respon yang langsung menimbulkan prasangka buruk di otak Rena, kalau-kalau Andreas memang sudah lebih dulu bertindak memuluskan jalannya.

Namun satu hal lain bisa Rena syukuri, dengan bekerja di luar kantor memberi ia sedikit fleksibilitas waktu dan ruang gerak, tanpa harus merasa sesak terkurung dinding kubikel ketika rasa suntuk dari ide kreatifitas yang buntu datang menerjangnya. Seperti saat ini, ketika ia merasa sumpek melakukan riset sana-sini untuk merevisi ide, Rena bisa mengambil jeda sejenak dari kepeningan dengan mengalihkan diri membantu pekerjaan orang lain di dapur.

Mbok Irma yang melihat keteguhan sekaligus keras kepala gadis itu, akhirnya tak punya pilihan selain mengikuti saja. Membiarkan Rena mengambil bagian mengupas dan menghaluskan bumbu masakan seperti yang diinginkan. Sementara Mbok Irma sendiri sudah berpindah membersihkan ikan dan daging ayam yang akan menjadi menu makan siang sekaligus makan malam mereka.

"Memangnya Mbok Irma dan Pak Umar biasa makan dengan porsi sebanyak ini?" Rena tak dapat menahan keheranannya melihat begitu banyak bahan makanan tersaji di meja dapur. Rasa-rasanya terlalu berlebihan kalau hanya akan dinikmati oleh pasangan suami istri itu, dan mungkin juga tambahan dirinya. 

Mbok Irma menoleh sejenak dari aktivitasnya membersihkan sisik ikan. "Ya nggak mungkin, lah, Neng. Ini, mah, kebanyakan atuh kalau cuma untuk dua orang. Mbok sengaja masak banyak buat jaga-jaga kalau misalnya Den Andreas dan Den Lukman mau datang menginap di sini lagi nanti malam." 

Head Over HeelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang