"Bagaimana tanggapan anda tentang skandal ciuman yang telah menyebar luas di media massa, Pak?"
"Siapa identitas perempuan yang ikut terlibat bersama anda dalam pemberitaan panas ini?"
"Ada info lainnya mengatakan bahwa sosok wanita itu adalah karyawan di kantor anda sendiri, mengingat kejadian tersebut terjadi pada saat ulang tahun perusahaan Ciputra. Tolong dikonfirmasi kebenarannya, Pak!"
"Kenapa anda memutuskan hadir di acara perusahaan bertepatan di mana seharusnya anda berkabung untuk kematian istri anda?"
"Apa dugaan bunuh diri dari kematian istri anda ada hubungannya dengan isu orang ketiga dalam rumah tangga kalian? Tolong dijawab, Pak!"
"Pak Andreas!"
"Kasih kami konfirmasi dari berita simpang siur ini, Pak!"
"Pak Andreas!"
Andreas terus mengunci rapat bibirnya dari banyak sorot kamera dan mikrofon wartawan yang terulur berkerubung untuk mengejar penjelasan. Beruntung, pihak keamanan kantor yang dihubungi Lukman sebelum mobil mereka memasuki pelataran parkir, cukup bisa diandalkan untuk meredam sedikit keributan sekitar.
Meskipun sempat terlibat aksi dorong-mendorong tidak perlu antar petugas keamanan dan para reporter, Andreas akhirnya bisa lolos dari kerumunan massa dengan mencapai lift eksekutif khusus pejabat perusahaan, tanpa dijejali lagi pertanyaan-pertanyaan mengganggu tersebut.
Kacamata hitam salvatore yang menggantung di wajahnya, cukup mampu menyembunyikan reaksi terusik yang jelas-jelas pria itu ulas di baliknya. Kekacauan besar terjadi dalam kurun waktu beberapa puluh menit ini saja, cukup menciptakan kernyit halus di dahi lelaki itu.
Belum lama selesai berurusan dengan para benalu yang ingin menjebaknya pada kerjasama beresiko, kini ia justru harus diperhadapkan oleh masalah baru entah dari mana datangnya.Sesaat setelah Lukman menjabarkan permasalahan yang ada lebih detail dalam perjalanan mereka kembali menuju kantor, hal pertama yang Andreas lakukan usai mendengar penjelasan itu adalah mengutuki kebodohannya sendiri hingga menyebabkan ia sampai bisa kecolongan sejauh ini.
Amarah dan pemberontakan yang sengaja ingin ia perlihatkan pada Antonio, termasuk menggiring rasa malu sang ayah di muka rekan-rekan sejawat pria paruh baya itu dengan kelakuan bejatnya, ternyata justru menjadi bumerang serangan balik yang diluar perkiraan akan menghantamnya sekuat ini.
Andreas tak pernah teledor dan hilang kontrol dalam bertindak diluar prediksi. Meskipun dirinya bukan seseorang yang terlalu mengagungkan martabat dan harga diri, karena sekali lagi ia sudah terlalu lama menanggalkan semua itu. Namun berakhir menjadi pusat perhatian orang banyak atau mungkin seluruh kalangan satu negara, adalah hal mengganggu yang selalu ia hindari karena membuatnya kehilangan kenyamanan privasi.
"Saya sudah menelepon orang IT dan beberapa rekan di kantor media untuk membantu meredam sedikit pemberitaan tentang anda agar tidak terlalu menyebar luas." Lukman yang berdiri tepat di samping Andreas, kini sudah bertugas menjadi pendamping sekaligus otak kunci untuk mencari pertolongan pertama pada skandal atasannya tersebut.
"Tapi solusi terbaik untuk menepis praduga negatif yang makin berkembang di masyarakat adalah dengan mengadakan konferensi pers sesegera mungkin, dan mempersiapkan jawaban terbaik untuk meminimalisir resiko reputasi buruk yang akan berdampak pada nama baik anda, Pak."
"Saya rasa kita perlu mendiskusikan hal ini juga dengan komisaris utama selaku ayah anda, karena beliau mungkin yang paling tahu harus bagai---"
"Lukman."
"Y-ya?" Lukman terpaksa menghentikan penjabaran panjang lebarnya saat Andreas memotong ucapan itu dengan tiba-tiba.
"Kamu terlalu berisik." Pintu lift terbuka, dan tak perlu menunggu lama bagi kaki-kaki panjang Andreas keluar dari ruang sempit itu, meninggalkan Lukman yang langsung terbengong melotot di tempat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels
Storie d'amore[On going] Andreas Pramoedya tak pernah membiarkan siapapun mengusik ranah pribadinya. Sikap dingin dan tertutup pria itu makin tak tersentuh saat Namira istrinya memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan tragis. Kematian Namira yang penuh tragedi, s...