Send to Kayla : Kay, ada hal penting yang ingin Mbak bicarakan. Kamu bisa balas pesan ini kalau punya waktu luang, biar Mbak bisa telepon kamu nanti.
Setelah melalui pertimbangan panjang semalaman, Rena memutuskan untuk membicarakan masalah ini dengan Kayla sekaligus memberi penjelasan yang sekiranya adik dan ibunya butuhkan. Ia lelah bermain asumsi tentang pandangan keluarganya terkait skandal yang menyebar luas ini. Lebih baik menanggung kekecewaan mereka di waktu sekarang, ketimbang tersiksa menyembunyikan diri dan justru akan memupuk kekecewaan lebih besar di waktu mendatang.
Rena memang tak langsung menghubungi Kayla seperti yang direncanakannya semalam. Ia memilih mengirim pesan pada adiknya itu terlebih dulu di pagi ini sembari menunggu kapan saat yang tepat bagi keduanya untuk berbicara. Rena juga yakin, Kayla pasti punya kesibukan sendiri seperti kuliah pagi ataupun mengurus ibu mereka yang sedang sakit. Maka ia perlu menyesuaikan dengan waktu luang adiknya agar pembicaraan mendalam mereka nanti tak akan memiliki kendala.
Usai melihat informasi terkirim dengan centang dua di aplikasi pesan pribadi, Rena pun meletakkan ponselnya ke kasur dan bangkit dari sana sembari menggosok-gosok rambut basahnya sehabis ia mandi keramas di pagi yang dingin.
Jam memang masih menunjukkan pukul 6 lebih seperempat, tapi posisi kamar yang mengarah langsung ke arah timur mata angin, menjadikan cahaya pagi dari mentari yang baru ingin merangkak naik menyusup mengisi sela-sela kamar tempatnya bermalam. Menciptakan biasan cahaya terang keoranyean menari-nari di beberapa bagian dinding kamar. Ditambah gorden jendela serta pintu balkon yang sudah terbuka, makin membuat kamar itu kian benderang tanpa lampu menyala sekalipun.
Kesan pertama yang Rena tangkap tadi malam usai pertama kali kakinya menginjak halaman masuk serta bagian teras villa, adalah sebuah tempat tinggal yang tidak lebih dari bangunan semi Belanda tua, dengan sentuhan asri tanaman tropis di sekitarnya. Namun begitu pagi mulai menyapa, ia tak dapat menyembunyikan kekagumannya saat apa yang tersaji di depan sana dari balik balkon kamar, terlihat seperti lukisan hidup yang memanjakan kedua mata.
Letak bangunan ini yang berada di dataran tinggi perbukitan, menampakkan gugusan perkebunan teh terentang bagai permadani hijau di bawah sana. Bukit-bukit kecil cemara dan lembah curam yang melatar belakangi sekitar perkebunan di kejauhan, semakin memperindah garis mahakarya hasil buah tangan sang Pencipta.
Dari balkon ini juga Rena dapat melihat gerbang utama yang sempat ia dan Andreas lewati semalam. Tampak begitu estetik berada di antara pepohonan tropis dan rindang yang mengitarinya. Rena dalam hati berjanji akan menjelajah tempat-tempat menakjubkan di sekitar sini jika ia masih punya cukup banyak waktu untuk tinggal.
Bergerak menuju balkon kamar yang luas, ia menyenderkan diri menikmati siraman vitamin D dari fajar pagi menenangkan. Tersenyum seraya memejamkan mata membiarkan pikiran yang sempat terseret oleh banyak kemelut, mendapatkan sandaran peristirahatan sementaranya.
Entah berapa lama Rena menikmati waktu khusyuknya oleh alunan pagi dari suara-suara alam sekitar berupa kicauan burung, desir semilir angin, dan juga terpaan udara dingin pagi khas perbukitan Bogor menyentuh tiap jengkal indera pendengar dan perasanya.
Sampai ketika ia membuka mata dari semua kenyamanan itu, dirinya langsung dibuat terkesiap di tempat saat menyadari bahwa di bawah sana, netra seseorang juga sedang menatap lurus-lurus ke arahnya. Hingga pandangan mereka saling terkunci satu sama lain dalam rentang jarak menit yang singkat itu.
Rena adalah orang pertama yang lebih dulu memutus kontak mata karena kecanggungan hebat yang dirasakannya. Ia berupaya mengalihkan pandangan pada hal lain tanpa harus melirik sedikitpun ke arah sosok itu. Tak lama berselang, bunyi kendaraan yang mulai berlalu keluar menuju gerbang utama, membuat Rena dapat menarik napas lega begitu ia kembali menyorot ke bawah, sudah tidak ada siapa-siapa lagi yang berdiri di sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Head Over Heels
Romance[On going] Andreas Pramoedya tak pernah membiarkan siapapun mengusik ranah pribadinya. Sikap dingin dan tertutup pria itu makin tak tersentuh saat Namira istrinya memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan tragis. Kematian Namira yang penuh tragedi, s...