07 ~ Menolong Feli

952 146 1
                                    

Cuaca pagi yang mendung dan hawa yang terasa dingin membuat Akbar sangat tidak berselera menjalankan aktivitas paginya.

Dengan tubuh yang sempoyongan dan wajah yang tampak lesu, Akbar terpaksa bangun dari tidurnya. Begitulah Akbar, ia akan melanjutkan tidurnya jika sudah melaksanakan sholat Subuh.

Tidak ada pilihan, Akbar harus tetap pergi kuliah, karena jika tidak bisa-bisa namanya keluar dari kartu keluarga. Sebagai seorang abang, tentu harus memberikan contoh yang baik bukan?

Dengan style andalannya, langkah demi langkah Akbar menuruni anak tangga, keningnya mengerut, merasa aneh dengan suasana rumah yang begitu sepi.

"Ayah sama Via udah berangkat bun?" tanya Akbar pada bu Aisyah yang tengah sibuk membuat kue di dapur.

"Iya.. Kamu dari tadi di bangunin gak bangun-bangun.. Jadinya Via pergi bareng ayah.." jawab bu Aisyah sembari mencetak kue.

"Yaudah Akbar berangkat juga deh.." ia mengulurkan tangan dan mencium punggung tangan bu Aisyah.

"Gak sarapan dulu?" tanya bu Aisyah.

"Ini sarapan.." Akbar mengambil setangkup roti yang ada di atas meja, "Assalamu'alaikum.."

"Wa'alaikumsalam.." jawab bu Aisyah, "Kebiasaan.." gumamnya.

🍁..🍁..🍁

Sepertinya pagi itu tidak hanya Akbar yang tidak bersemangat, Feli pun juga. Feli terpaksa berjalan kaki karena tidak ada satupun kendaraan umum yang lewat, sedang mobilnya sendiri harus masuk bengkel karena bermasalah ditengah jalan.

"Pake acara lupa isi peket segala lagi.. Gak bisa pesen taksi online kan jadinya.. Mana kampus masih jauh.. Jalannya sepi lagi.. Huh.. Sial banget sih.." Feli menggerutu disepanjang langkahnya.

Entah mimpi apa semalam hingga paginya Feli merasa begitu kesal atas apa yang sudah ia alami pagi itu. Saking kesalnya, Feli berjalan sembari menendang apapun yang ada di depannya, hingga akhirnya ia melihat sebuah kaleng bekas minuman. Ia menendang kaleng bekas itu tanpa memperhatikan arah sebagai pelampiasan rasa kesalnya. Tanpa ia sadari, kaleng itu mengenai kepala seorang preman yang sedang berkumpul bersama 2 temannya.

"WOY...!! SIAPA YANG UDAH BERANI NIMPUK GUE...!!"

Mata Feli membelalak, tubuhnya terdiam kaku, dengan susah payah Feli meneguk salivanya saat melihat preman itu sangat marah. Dan naasnya hanya Feli yang ada di sana, sehingga tatapan para preman itu tertuju hanya pada dirinya.

"S-sorry om.. Gak sengaja.." ucap Feli sembari meringis.

Para preman itu menatap Feli dari ujung kepala hingga kaki. Setelah melihat tubuh putih Feli yang dibalut dress selutut, para preman itu menyeringai sembari mendekat, spontan Feli pun melangkah mundur.

"Cantik juga.. Lumayan buat mainan di markas.." ucap salah satu preman.

Feli pun terkejut mendengarnya, matanya membelalak dan mulutnya menganga, "JANGAN DEKET-DEKET...!!" cegah Feli.

"Galak banget.." kekeh salah satu preman.

Karena merasa situasi semakin tidak aman baginya, Feli berusaha berlari pergi menjauh dari mereka bertiga. Naasnya, ia kalah cepat, preman itu sudah lebih dulu mencekal lengannya dan menarik paksa Feli untuk mengikuti mereka.

"LEPAS...!!" Feli berusaha lepas dari cekalan mereka, naasnya mereka lebih kuat.

"Gak usah banyak bacot.. IKUT KITA.."

Para preman itu terus menarik paksa Feli dengan kuat hingga membuat Feli meringis kesakitan.

"LEPAS... TOLOOOONG..." teriak Feli yang terus memberontak.

Antara Hati & LogikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang