Setelah selesai melaksanakan sholat Zuhur berjama'ah di Mesjid depan markas, semua anggota AERLANG kembali berkumpul di ruang tengah markas.
Ruang tengah yang sangat luas itu mampu menampung 1000 orang dalam satu pertemuan. Untuk yang kesekian kalinya Akbar dibuat takjup. Matanya menyusuri setiap sudut, terdapat beberapa pintu disana, dimana Akbar sendiri belum tau pintu itu untuk ruangan apa saja.
"Sini biar gue kasih tau.." Daffa merangkul Akbar.
"Dari yang sebelah kanan, itu ruang olahraga.. Yang tengah ruang anggota inti.. Yang ujung ruang ganti sama kamar mandi.. Terus yang sebelah kiri, itu ruang obat-obatan.. Yang tengah ruang makanan.. Yang ujung itu kamar.." ucap Daffa sembari menunjuk satu persatu pintu disana.
"Kamar? Ada yang tidur disini?" tanya Akbar.
"Iya.. Buat yang perantau mereka tinggal disini.. Dalam ruangan kamar itu masih ada ruangan lagi, jadi kamarnya gak cuma satu.." jawab Taufiq.
"Buat yang frustasi juga biasanya nginep disini kalo lagi ada masalah dirumah.." sambung Devan.
"Nah.. Lo kalo lagi frustasi kesini aja.. Gak usah jauh-jauh.." timpal Zaid.
"Kalo lagi emosi, masuk aja keruang olahraga.. Disana ada ring tinju.. Serah lo dah mau ninju siapa, asal bukan gue.." sambung Daffa.
Akbar hanya tersenyum tipis sembari menggeleng, namun pandangannya kembali tertuju pada satu arah. Sebuah ruangan tampak seperti sel penjara dengan ukuran besar namun terdapat 1 pintu dibelakangnya yang tembus ke halaman belakang markas.
"Kalo yang di tengah-tengah itu apa? Buat ngurung musuh apa gimana?" tanya Akbar dengan pandangan lurus ke depan.
Seketika merekapun tertawa mendengar pertanyaan Akbar, "Bukan buat musuh.. Tapi buat kesayangannya ketua.." jawab Farel ditengah tawanya.
"Kesayangan?" kening Akbar mengerut dengan tatapan tertuju pada Farel.
"Lo mau kenalan? Sini ikut gue.." Farel berjalan lebih dulu dan Akbar pun mengikutinya.
"MAUZA... MUEZZA... SINI DONG... ADA TAMU..." teriak Ferel setelah didepan kandang.
Akbar yang sedang fokus menunggu itupun kembali terkejut saat melihat pemilik nama itu datang. Mata Akbar membelalak saat melihat 2 ekor harimau putih masuk dari pintu belakang.
"Itu yang badannya lebih gede namanya Mauza, dia jantan.. Yang satunya betina, namanya Muezza.." Farel menunjuk 2 harimau itu satu persatu.
"Anjirrr.. Ini markas apa kebun binatang.. Pake ada harimau segala.. Mana gede banget lagi.." Akbar menatap 2 harimau itu bergantian.
2 harimau putih itu mendekat kearah Akbar, mereka mengendus aroma Akbar yang terasa masih asing. Saat Akbar sedang fokus memperhatikan mereka, tiba-tiba Daffa dan Zaid mendorong Akbar hingga mengenai jeruji besi kandang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Hati & Logika
Romansa📌 FOLLOW SEBELUM BACA ❗❗❗ 📌 Spin Off "Takdir si Kembar" 📌 Sudah End 📌 Belum Revisi Akbar Umair Al-Fariz yang kerap disapa Akbar adalah seorang pria kelahiran Kalimantan yang pindah ke Jakarta karena ingin melupakan kisah masa lalunya. Namun siap...