21 ~ Masa Lalu

832 127 4
                                    

Seperti biasa, setelah kuliahnya selesai, Akbar akan menghabiskan waktunya di toko novelnya itu. Di kursi kebesarannya, ia tampak berpikir sembari memandangi layar laptopnya. Sesekali jari-jemarinya kembali mengetikkan sesuatu di sana.

"Entah gimana entar endingnya novel ini.." batin Akbar.

Ia menutup laptopnya kemudian menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi kebesarannya. Matanya terpejam sembari menghela nafasnya berulang kali.

Dadanya terasa sesak, sangat sulit rasanya menjalani hari dalam keadaan logika dan hati yang tak sejalan. Ucapan Tia masih terus terngiang di telinganya, logikanya mengakui itu benar, namun hatinya seakan terus memaksanya untuk tetap mempertahankan perasaannya.

Ia rasa, kini ia sedang tidak bisa mengumpulkan inspirasi untuk meneruskan novelnya. Akbar pun memutuskan untuk keluar dari ruangannya untuk memantau para pengunjung.

Baru saja membuka pintu, ia sudah melihat banyaknya orang yang tengah sibuk melihat-lihat novel disana.

"Alhamdulillah.. Gak nyangka bakal serame ini.." batinnya sembari tersenyum.

Dari pada diam saja, lebih baik membantu para karyawannya melayani para pengunjung pikirnya, ingin menulis pun tidak ada inspirasi di otaknya.

Setelah beberapa saat melayani pengunjung, tiba-tiba Akbar merasa lapar dan berniat membeli makan diluar. Belum sempat keluar dari toko, tiba-tiba ada anak kecil menabraknya.

"Aduuhh.." pekik anak itu.

Anak kecil yang usianya sekitar 3 tahun itu sedikit terpental, untungnya Akbar sigap meraih tubuh kecilnya. Kemudian berjongkok untuk menyetarakan dirinya dengan anak itu.

"Kamu gakpapa? Mana yang sakit?" tanya Akbar.

"Pala Lala cakit om.." jawabnya sembari memegang kepalanya.

Dengan cepat Akbar mengusap kepala anak itu agar tidak menangis, bukan takut dengan orang tuanya tapi takut jika anak itu kenapa-napa.

"Masih sakit?" tanya Akbar setelahnya.

Anak itu menggeleng dengan gemas hingga membuat Akbar terkekeh.

"Kamu kesini sama siapa?" tanya Akbar.

"Mama.." jawabnya sembari menunjuk seorang wanita yang tengah membelakangi mereka dengan jarak sedikit jauh.

Tidak lama setelahnya wanita itu berbalik menghadap mereka, dan betapa terkejutnya Akbar saat melihat wanita itu.

Begitupun sebaliknya, wanita itu terdiam kaku saat melihat Akbar. Hingga akhirnya anak kecil tadi menarik wanita itu untuk mendekati Akbar.

Akbar yang sudah kembali berdiri itupun enggan untuk menatapnya. Berbeda dengan wanita itu, ia terus memandangi Akbar tanpa berkedip.

"Mama.. Tadi Lala tablakan cama om ini.." tunjuknya kearah Akbar.

"Akbar.." panggil wanita itu.

Akbar tidak menjawab, ia malah memalingkan pandangannya. Hatinya terasa sakit saat melihat wanita itu. Bahkan jika bisa memilih, ia tidak ingin melihatnya lagi.

"Sorry karna Lala udah nabrak kamu tadi.." ucapnya.

Akbar hanya mengangguk sekali dan buru-buru ingin pergi. Namun tangannya sudah lebih dulu ditahan oleh wanita itu.

"Bisa kita ngomong sebentar.. Please.. Kali ini aja.." bujuknya.

Akbar menghela nafasnya, ia tau betul wanita itu tidak akan pergi sebelum keinginannya dituruti.

"Ikut gue.." ucap Akbar sembari menepis tangan wanita itu.

Akbar melangkah menuju ruangannya, wanita itupun langsung mengikutinya sembari menuntun sang anak.

Antara Hati & LogikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang