📌 FOLLOW SEBELUM BACA ❗❗❗
📌 Spin Off "Takdir si Kembar"
📌 Sudah End
📌 Belum Revisi
Akbar Umair Al-Fariz yang kerap disapa Akbar adalah seorang pria kelahiran Kalimantan yang pindah ke Jakarta karena ingin melupakan kisah masa lalunya.
Namun siap...
Setelah kejadian di rumah sakit waktu itu, Feli terus mengurung dirinya didalam kamar. Kedua orang tuanya tidak henti-hentinya mengomeli Feli, mereka benar-benar malu karena acara pernikahannya harus di batalkan, mereka juga merasa malu dengan keluarga Vero yang tidak lain adalah rekan bisnis keluarga William.
Eza pun tak kalah marahnya dengan Feli, ia merasa malu dengan Vero akibat sikap adiknya itu. Berkali-kali Eza mencoba menemui Feli, namun pintu kamarnya selalu dikunci dari dalam, Feli tidak memperdulikan Eza yang terus menerus mengetok pintu sembari marah-marah setiap harinya.
Disisi lain, Feli yang sedang duduk di area balkon itu, pandangannya lurus kedepan, air matanya juga masih terus menetes hingga membuat matanya bengkak. Kenyataan yang baru saja ia tau bagaikan lelucon yang sama sekali tidak pernah terlintas dipikirannya.
Drrrtt.. Drrrtt..
Ponsel yang sedari tadi ia genggam itu tiba-tiba bergetar hingga membuyarkan lamunannya. Dengan cepat Feli mengecek pesan masuk yang memang sangat ia tunggu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah mendapat kabar dari Tasya, Feli segera bersiap-siap. Tanpa perlu waktu lama, Feli segera keluar dari kamarnya, dan disaat bersamaan, Eza juga baru keluar dari kamarnya.
"Feli.."
Feli menghentikan langkahnya tepat di ujung anak tangga, tanpa menoleh ia menunggu apa yang ingin Eza katakan.
"Mau kemana kamu?" tanya Eza.
"Bukan urusan kakak.." sahutnya ketus.
Eza yang mulai geram itupun segera menarik bahu Feli hingga membuat tatapan mereka saling bertemu dengan tajam. Eza yang awalnya ingin marah, malah jadi bingung menatap mata Feli yang memancarkan api kemarahan.
"Mau nemuin dia lagi?" tanya Eza.
"Kalo iya, kenapa?"
Eza tersenyum hambar dan terkekeh pelan, "Mau sampe kapan kamu mikirin dia? Percuma kamu perduli sama dia.. Kalian tetep gak akan bisa bersatu.."
"Tapi seenggaknya Feli masih punya hati nurani.." sahutnya ketus.
"Hati nurani? Kamu aja gak ngerasa bersalah sedikitpun sama Vero yang udah kamu tinggalin.."
Feli terkekeh pelan, "Gak usah sok ngatain Feli.. Kakak sendiri juga gak punya rasa bersalah.. Hati nurani kakak udah ketutup sama sifat licik kakak itu kan.."
"FELI..." bentak Eza.
"Apa?"
"Apa maksud kamu ngatain kakak kayak gitu?"
"Gak usah belagak gak tau deh kak.. Feli udah tau semuanya.."
Eza terdiam, ia mencoba mencerna ucapan Feli yang masih belum ia mengerti. Sedangkan Feli, ia segera beranjak menuruni anak tangga. Eza pun segera mengejarnya, ia perlu penjelasan dari ucapan adiknya itu.