Di ruang kerjanya, Eza sedang tidak sendiri, ada Feli yang datang hanya sekedar membawakan makan siang untuknya. Sejak Eza membawa Akbar ke apartemennya waktu itu, hubungannya dengan Feli juga ikut membaik, bahkan mereka lebih dekat dari sebelumnya, saking dekatnya kini Feli lebih terbuka dengan Eza, Feli sering menceritakan keluh kesahnya, dan tentu saja semua itu membuat Eza merasa senang.
Tidak hanya hubungan antara Eza dan Feli yang membaik, tapi hubungan Eza dan Akbar juga, kini mereka seperti seorang teman. Semua itu memang keputusan yang sudah Eza pikirkan matang-matang, ia tidak ingin melihat adiknya bersedih lagi, itulah sebabnya ia tidak ingin menghalangi hubungan Feli dengan Akbar.
Di ruangan itu, Eza yang tengah duduk di kursi kebesarannya diam-diam memperhatikan Feli yang sedang asik membaca novel sembari nyemil beberapa snack di sofa yang ada di ruangan itu.
"Gue masih gak nyangka bisa akur sama Akbar.." batin Eza.
Dengan tatapan yang masih tertuju pada Feli, ingatannya kembali memutar ulang momen seminggu yang lalu, yaitu momen ketika ia membawa Akbar ke apartemennya.
*Flashback on*
Malam itu Eza menunggu di ruang tamu, setelah banyak hal yang ia dengar saat Akbar bicara dengan Feli membuat hati dan logikanya terus menimbang soal kedekatan mereka, hingga pada akhirnya Eza memutuskan untuk membiarkan mereka dekat kembali.
Tak..
Tak..
Tak..
Terdengar suara langkah dari anak tangga, Eza pun menoleh dan ternyata Feli dan Akbar sedang melangkah ke arahnya. Eza bisa melihat jelas jika Feli terlihat lebih tenang jika bersama Akbar.
"Oke.. Mungkin ini yang terbaik.." batinnya.
Hening, saat mereka berdua sudah berada di dekat Eza, tidak ada satupun dari mereka yang bersuara, mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
"Yaudah, gue balik dulu.." pamit Akbar sembari melirik Feli.
Setelah melihat Feli mengangguk, Akbar beralih menatap Eza yang masih memperhatikan mereka, "Ayo buruan anterin gue balik.." ucap Akbar.
Seketika Eza tercengang sembari menunjuk dirinya sendiri, "Gue?"
"Iyalah.."
"Lo gak bisa balik sendiri apa?"
"Kan lo yang udah ngajak gue ke sini.. Tadi gue mau bawa mobil sendiri gak lo bolehin.. Yaudah, sekarang tanggung jawab.. Anterin gue balik ke markas.."
Eza mendengus kesal kemudian beranjak dari duduknya, menatap tajam Akbar sembari mendekatinya. Feli yang berada di tengah-tengah mereka itupun menjadi panik, ia takut jika Eza akan marah dengan Akbar.
"Biar Feli aja yang anterin kak.." ucapnya.
Yang tadinya Eza menatap tajam Akbar, beralih menatap tajam Feli, hingga membuat gadis itu tertunduk takut. Namun lain halnya dengan Akbar yang memperhatikan mereka dengan tampang datarnya.
"Kamu di sini aja.. Biar kakak yang anter.." sahut Eza.
"Tapi nanti kalian malah berantem di jalan.."
"Kamu gak percaya sama kakak?"
Feli mengangguk singkat, "Kalian kan gak pernah akur.."
Eza kembali mendengus kesal karena Feli tidak mempercayainya, meskipun ia juga sadar jika sikapnya pada Akbar selama ini memang tidak baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Hati & Logika
Romance📌 FOLLOW SEBELUM BACA ❗❗❗ 📌 Spin Off "Takdir si Kembar" 📌 Sudah End 📌 Belum Revisi Akbar Umair Al-Fariz yang kerap disapa Akbar adalah seorang pria kelahiran Kalimantan yang pindah ke Jakarta karena ingin melupakan kisah masa lalunya. Namun siap...