10 ~ Perasaan Aneh

915 143 6
                                    

Universitas, di sana lah tempat Akbar beraktivitas setiap harinya. Pagi itu, Akbar memutuskan untuk berangkat lebih awal bersama Taufiq karena merasa bosan berada di rumah sendirian. Sedangkan Daffa dan Zaid, mereka berdua memang ada kelas pagi.

Langkah demi langkah mereka pijakkan bersama. Sorotan mata yang tampak terpesona dari para mahasiswi tertuju pada 4 pria tampan itu, namun mereka seakan-akan tidak perduli, terutama Akbar.

Bagaimana tidak terpesona, Daffa yang sangat menyukai mengenakan hoodie dengan style rambut sedikit ikal. Zaid yang sangat menyukai mengenakan kaos lengan panjang yang selalu digulung hingga bawah siku dengan style rambut tersisir rapi kearah samping. Taufiq yang sangat suka mengenakan kemeja dengan 2 kancing atas terbuka ditambah style rambut sedikit gondrong belah tengah. Dan Akbar, dengan style andalannya, kombinasi kaos polos dengan kemeja tanpa di kancing, ditambah style rambut dengan poni pendek sedikit berantakan. Style mereka yang cool itu menambah kesan karisma geng mereka dimata para wanita.

"Anjirrr.." pekik Daffa dan Zaid yang tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Lo berdua kenapa sih?" tanya Taufiq, menatap heran kedua temannya.

Daffa dan Zaid terdiam kaku saat melihat seorang dosen didepan mereka sedang melangkah menuju kelas mereka.

"Mampus.. Kita telat.." ucap Daffa.

"Anjirrr.. Nilai gue.." sambung Zaid.

Daffa dan Zaid mengacak-acak rambut mereka sendiri akibat frustasi. Sedangkan Taufiq dan Akbar saling menatap bingung karena mereka tidak tau jika dosen didepan mereka itu adalah dosen killer terkejam di kelas Daffa dan Zaid.

"Tinggal masuk doang apa susahnya sih.. Kalian cuma selisih beberapa detik doang sama tu dosen.." ucap Akbar.

"Masalahnya itu dosen killer terkejam se Universitas.." sahut Zaid.

"Telat sekali aja, auto lenyap nilai jungkir balik selama satu semester.." Daffa menambahi.

Mendengar penuturan kedua temannya itu, sentak Akbar dan Taufiq menatap merinding kearah dosen yang berjalan membelakangi mereka.

"Anjirrr.. Gimana dong ini.." Zaid menyenggol lengan Daffa.

"Aduuhh.. Otak gue buntu bangke.." Daffa berdecak kesal karena tidak ada satupun ide di otaknya.

"Eh.. Lo berdua bantuin kita napa.." Zaid menatap Taufiq dan Akbar yang bersikap santai.

"Lah.. Lo berdua yang telat kok kita yang bertindak.." ucap Akbar.

"Siapa suruh gak buru-buru masuk dari tadi.." Taufiq ikut menambahi.

"Ayolah bantuin..." rengek mereka berdua yang terus memohon.

Bugh...

Seseorang menabrak Akbar dari belakang saat ia ingin menimpali ucapan 2 temannya itu.

"Aduuhh.. Minggir dong.. Lo ngalangin jalan gue.." ucap Feli.

Ya, Feli lah yang sudah menabrak Akbar, karena ia berlari sambil mengecek sesuatu di tasnya, sehingga tidak melihat keberadaan Akbar dan 3 temannya.

"Kayaknya lo emang hobi nabrak ya.." ucap Akbar.

Feli menghela nafasnya, "Ngomelnya tunda dulu ya.. Gue buru-buru.. Hampir telat nih.."

"Udah telat..." timpal Daffa dan Zaid.

"Hah.." Feli menatap heran mereka berdua.

"Tuh.." Daffa dan Zaid menunjuk ke arah Dosen yang semakin dekat dengan ruang kelas mereka.

Antara Hati & LogikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang