Setelah kondisi Feli pulih, ia sudah di perbolehkan pulang. Dan hari itu, genap satu bulan ia menjadi seorang bunda. Demi kebaikan sang buah hati, ia benar-benar memperhatikan apapun yang berhubungan dengan putra kecilnya itu. Bahkan Akbar saja merasa kalah saing karena Feli lebih fokus pada Iqbal.
"Harta tahta tertinggi sekarang ada di Iqbal.. Ayahnya mah cuma numpang.." sindir Akbar.
Feli yang sedang menidurkan Iqbal di kasurnya itupun mengernyitkan keningnya bingung menatap Akbar yang sedang duduk di sofa kamar itu, "Ngomong apa sih kamu yang?"
Tidak ada jawaban dari Akbar, ia hanya mengangkat kedua bahunya dengan pandangan fokus pada layar ponselnya. Seakan tidak perduli, Feli kembali fokus pada Iqbal, dan hal itu membuat Akbar mendengus kesal.
"Gak peka banget sih.." gerutunya dalam hati.
5 sampai 10 menit berlalu, namun masih tidak ada tanda-tanda Feli akan beralih memperhatikan Akbar. Karena kesabarannya sudah habis, Akbar pun segera beranjak naik ke atas kasur di samping Iqbal.
"Pelan-pelan dong yang naiknya, entar Iqbal bangun.." tegur Feli.
Bukannya meminta maaf, Akbar malah mendengus kesal dan memberikan tatapan tajamnya pada Feli, hingga membuat Feli menatapnya bingung. Sungguh, Feli tidak menyadari jika Akbar sedang kesal karena tidak diperhatikan.
"Kamu kenapa sih?" tanya Feli.
"Kamu kenapa sih.." ucap Akbar yang sengaja mengulangi ucapan Feli, kemudian merebahkan tubuhnya dengan posisi membelakangi Feli dan Iqbal.
Feli pun reflek mengernyitkan keningnya sembari berusaha berpikir keras mencaritahu apa yang sedang terjadi dengan suaminya itu. Sesaat kemudian ia menggulung bibirnya saat paham jika suaminya itu sedang merajuk karena tidak di perhatikan.
"Maaf sayang.. Aku sampe lupa merhatiin kamu.." batinnya.
Ada rasa bersalah yang Feli rasakan karena ia sudah mengabaikan Akbar beberapa hari terakhir, ia terlalu fokus mengurus Iqbal. Wajar saja, menjadi seorang istri sekaligus ibu memang tidak mudah, perlu waktu bagi Feli untuk menyesuaikan.
Karena malam semakin larut, Feli membiarkan Akbar untuk beristirahat dan akan meminta maaf esok hari saja. Sebelum ia ikut tidur, ia menarik selimut untuk menutupi tubuh suaminya sekaligus untuknya dan segera menuju alam mimpi.
"Harus tidur dulu gitu baru diperhatiin.." gerutu Akbar dalam hati sembari pura-pura tidur.
🍁..🍁..🍁
Saat pagi tiba, Akbar segera bersiap untuk pergi ke kantor, kini ia sedang berada di depan cermin di kamarnya untuk memasang dasinya, beberapa hari terakhir Akbar memang melakukannya sendiri.
Meskipun merasa kesal karena perhatian Feli sudah terbagi, namun ia juga paham jika menjadi seorang ibu memang tidak mudah, hanya saja terkadang ia tidak bisa mengendalikan rasa kesalnya, hingga berujung merajuk seperti tadi malam. Tapi ia akan kembali bersikap dewasa jika suasana hatinya sudah tenang.
Baru saja Akbar ingin memulai menata dasinya, tiba-tiba Feli berdiri di depannya, mulai memasangkan dasinya. Dan Akbar pun hanya diam membiarkan Feli melakukannya, karena ia juga merindukan momen itu.
"Maaf ya sayang.. Sekarang aku jadi lebih fokus sama anak kita sampe ngelupain kamu.." ucap Feli memulai pembicaraan.
"Mulai hari ini aku bakal usahain buat adil sama kalian berdua.. Biar suamiku ini gak ngambek lagi.."
Akbar terkekeh singkat sembari terus memperhatikan wajah cantik istrinya yang sedang fokus menata dasinya. Akbar bisa melihat jelas raut wajah lelah istrinya, ia jadi merasa bersalah karena sudah egois, harusnya ia mendukung dan membantu Feli untuk menyesuaikan diri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Hati & Logika
Roman d'amour📌 FOLLOW SEBELUM BACA ❗❗❗ 📌 Spin Off "Takdir si Kembar" 📌 Sudah End 📌 Belum Revisi Akbar Umair Al-Fariz yang kerap disapa Akbar adalah seorang pria kelahiran Kalimantan yang pindah ke Jakarta karena ingin melupakan kisah masa lalunya. Namun siap...