61 ~ Hadiah Untuk Akbar

1K 154 7
                                    

Pagi itu sejak selesai sholat subuh, Feli kembali menggulung tubuhnya didalam selimut, dan tentu saja membuat Akbar kebingungan, karena tidak biasanya Feli seperti itu.

"Sayang.. Tumben kamu tidur lagi.." ucap Akbar sembari membuka selimut yang menutupi wajah Feli.

"Emang kenapa? Gak boleh?" tanyanya ketus.

Akbar mengernyitkan keningnya bingung, ia tidak mengerti kenapa istrinya tiba-tiba ketus dengannya, seingatnya ia tidak melakukan kesalahan apapun, dan tadi malam juga baik-baik saja.

"Boleh aja sih.. Tapi gak baik kalo tidur pagi.. Mana kamu belum pasangin dasi aku.."

Entah kenapa Feli menatap Akbar dengan tatapan tidak suka, "Kamu gak usah kerja aja hari ini.."

"Kenapa? Aku hari ini ada.."

"Lebih penting kerjaan apa aku?" timpal Feli.

"Ya kamu lah.."

"Yaudah gak usah kerja.."

Akbar reflek menggaruk pelipisnya, ia semakin bingung dengan sikap Feli yang tiba-tiba melarangnya untuk bekerja. Bukannya lebih mementingkan pekerjaan, hanya saja Akbar berusaha bersikap profesional dalam urusan pekerjaan.

"Kalo aku gak kerja, kamu mau makan apa?"

"Cuma gak kerja sehari doang gak bakal bikin bangkrut kan.."

Akbar menghela nafasnya pasrah, "Yaudah iya.." ucapnya mengalah, dari pada menimbulkan pertengkaran pikirannya, lagi pula hanya sehari saja, itung-itung ia bisa menghabiskan waktu bersama istrinya seharian.

Seketika mata Feli berbinar, dan ia segera merubah posisinya menjadi duduk sembari memperlihatkan senyum manisnya yang mampu membuat Akbar meleleh.

"Ayo ke markas AERLANG.." ajak Feli.

"Hah.."

"Ke markas AERLANG sayang.." rengeknya.

"Ngapain?"

"Jalan-jalan.. Aku bosen di rumah.. Lagian kamu udah lama gak ajak aku ke sana.."

Akbar reflek mengangkat sebelah alisnya, menatap bingung istrinya yang terus merengek mengajaknya ke markas AERLANG. Bukannya tidak mau, hanya saja Akbar bingung, kenapa tiba-tiba Feli ingin berkunjung ke markas.

"Sayang.. Ayo buruan ke markas.." rengeknya lagi.

Akbar menghela nafasnya, "Yaudah iya.. Tapi kita sarapan dulu.." ucapnya.

"Kita sarapan di resto nya Tia aja.. Aku gak masak hari ini.."

"Tumben?"

"Males.."

Akbar kembali terdiam, ia mengamati wajah istrinya, kemudian menempelkan punggung tangannya di kening Feli. Tidak panas, tapi kenapa istrinya berbeda dari biasanya pikirnya semakin kebingungan.

"Iihh apa sih.." ucap Feli sembari menepis tangan Akbar.

"Kamu kok aneh yang.."

"Aneh dari mana.. Udah ayo buruan.."

"Yaudah iya.." ucap Akbar mengalah.

Baru saja Akbar beranjak dari duduknya, tiba-tiba Feli kembali mengomelinya, "Ganti baju dulu yang.. Masa kamu pake baju kantor.. Jangan bilang kamu mau diem-diem ngantor ya.. Kan udah di bilang gak usah kerja.."

Akbar reflek meraup kasar wajahnya, "Iya sayang iya.. Ini aku mau ganti baju.. Sebentar ya.."

"Jangan lama.."

Tidak ada jawaban dari Akbar, ia segera menuju ruang ganti sebelum istrinya itu kembali mengomel tidak jelas, "Kepentok apa sih kok tiba-tiba jadi macan.." gumamnya.

Antara Hati & LogikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang