35 ~ Pertemuan Tidak Disengaja

1K 145 9
                                    

Hari demi hari berlalu begitu cepat, lagi-lagi Akbar harus berhadapan dengan sebuah masalah di keluarganya. Dimana si kembar di jodohkan dengan pria yang di panggil ketua.

Si kembar tiba-tiba dilamar, Via dilamar Azlan, dan Tia dilamar Adam, saudara angkat Azlan. Sebenarnya si kembar juga menyukai mereka, namun lamarannya tertukar, sehingga menimbulkan perdebatan diantara si kembar.

Akbar yang tidak lain adalah abang si kembar itupun harus bisa menjadi penengah mereka berdua. Namun berada ditengah-tengah anak kembar yang sedang bertengkar itu tidaklah mudah. Apa lagi mereka kembar yang berbeda karakter, sudah pasti membuat Akbar pusing tujuh keliling.

Masalah itu membuat Akbar terpaksa tidur sekamar dengan Via, dan Tia tidur di kamarnya. Meskipun tidur dalam satu kamar, namun mereka beda ranjang. Semua itu Akbar lakukan demi menasehati Via sedikit demi sedikit.

Pukul 3 dini hari, Akbar baru selesai membereskan kamar si kembar yang habis di porak-porandakan oleh Via. Ia duduk di kasur Tia sembari memandangi Via yang tengah tidur membelakanginya.

"Kalian yang seagama aja sakit hati.. Apa kabar abang yang beda agama.." batinnya.

Akbar menghela nafasnya sembari mengusap kepalanya yang sakit karena habis terbentur meja, kepalanya terasa pusing memikirkan 2 masalah sekaligus.

"Semoga kalian cepet baikan.." batinnya lagi sembari merebahkan tubuhnya.

Karena tubuhnya sudah sangat lelah, tidak butuh waktu lama, Akbar sudah terlelap.

🦢..🦢..🦢

Siang itu, setelah mengecek tokonya Akbar berniat untuk pulang, sebelum pulang ia sempat mampir ke apotik lebih dulu untuk membelikan obat si kembar.

Saat Akbar ingin memasang helm nya, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahunya. Betapa terkejutnya ia saat melihat siapa orang itu.

"Lo ngapain ke apotik?" tanya Feli.

Kebetulan Feli habis berbelanja di supermarket yang ada di seberang apotik, saat ingin masuk ke mobil, ia tidak sengaja melihat Akbar.

"Beliin obat buat si kembar.."

"Siapa yang sakit?"

"Dua-duanya.."

Feli terdiam sesaat, ia sedikit heran saat mendengar si kembar sakit bersamaan. Apa mungkin anak kembar memang bisa sakit barengan pikirnya. Saat tengah berpikir, Feli tidak sengaja melihat luka di kening Akbar.

"Bar.. Jidat lo kenapa?"

Spontan Akbar langsung menghindar sembari meringis sakit saat Feli menyentuh lukanya yang belum kering.

"Ssstt.."

"Eh.. Sorry.. Lo habis ngapain sih kok bisa sampe luka gini?"

"Kejeduk meja.."

"Kok bisa?"

Tidak ada jawaban dari Akbar, namun Feli bisa melihat jelas dari wajah Akbar jika ia sedang lelah dan ada masalah.

"Lo lagi ada masalah?" tanya Feli.

Masih tidak ada jawaban dari Akbar, ia malah meraup wajahnya sendiri kemudian menunduk seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Bar.. Kita masih temenan kan.. Itu artinya lo bisa cerita ke gue.. Gue tau kok lo lagi butuh temen curhat.."

Akbar kembali mengangkat kepalanya menatap Feli. Benar yang dikatakan Feli, yang ia butuhkan saat itu adalah teman curhat, namun ia masih sedikit enggan untuk bercerita dengan Feli.

Antara Hati & LogikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang