chapter nineteen

18.7K 1.7K 71
                                    


Happy reading semuanya

Maaf lama

Banyak typo Tandain



Hari-hari berlalu liburan semester pun sudah berakhir seminggu yang lalu, para siswa, mahasiswa, karyawan, dan orang-orang yang berkerja lainnya sudah mulai melakukan aktivitas mereka masing-masing.

Lain halnya dengan dua kakak beradik yang tengah berada di lantai dua rumah mereka, lebih tepatnya kamar Nayra. Sudah seminggu terakhir Nayra terkena demam yang mengakibatkan dia tidak bisa berkuliah.

Dan Zain lah yang menjadi imbasnya, dirinya juga tidak bekerja untuk sang adik, padahal Nayra sudah menyuruh abangnya itu untuk bekerja dan menyakinkan Zain bahwa dia baik-baik saja jika ditinggal sendirian.

Bukan Zain namanya kalo harus meninggalkan adiknya yang tengah sakit sendirian, meski di rumah dari pagi sampai sore sudah ada bibi atau ART yang menjaga.

Tapi Zain tidak akan pernah meninggalkan Nayra sendirian apalagi keadaan Nayra sedang sakit, ketika Nayra sehat saja Zain sudah perhatian apalagi jika sedang sakit. Tapi terkadang Zain

"Ayok, makan lagi ini sedikit lagi abis"

"Ngga mau" ucap Nayra dengan suara parau.

"Kalo kamu ngga mau makan, trus sampe kapan kamu mau sakit terus?"
Zain kembali menyuapi sang adik bubur yang tadi dirinya buat, namun Nayra kembali menolak.

"Kamu udah seminggu sakit laa, abang juga udah seminggu ngga kerja, apa salahnya di paksain makan. Kamu ngga mau minum obat, makanya kalo orang larang itu jangan lakuin, kapan sih kamu nurut, kalo kamu sakit siapa yang repot ha!" Ucap Zain yang makin lama nadanya semakin tinggi, Zain sudah lelah menghadapi sikap kekanak-kanakan sang adik.

Bukannya orang sakit memang kek gitu ya, kayak kadang suka nangis, mereka lebih perasa aja gitu, dan pasti orang yang lagi sakit malas banget bahkan hanya untuk membuka mulut.

"Ya udah kalo abang ngga mau jaga alaa, ya ngga usah jaga, ngga ada yang nyuruh abang, alaa udah gede, alaa bisa jaga dan rawat diri ala sendiri!" Suara Nayra juga ikut meninggi.

"Ya, melawan terus, melawan kamu, apa salahnya dengerin ha. Kamu pikir abang ngga capek ha, abang kerja juga buat kamu!" Entah kenapa Zain lebih emosian hari ini, padahal bukan tentang adiknya tapi Nayra lah yang menjadi korban.

"Nih abisin sendiri, kamu bisa sendiri kan!" Ucap Zain meletakkan mangkok bubur di atas nakas cukup kasar dan pergi keluar dengan menutup pintu kamar Nayra cukup kasar dan turun kebawah.

Sedangkan Nayra memilih menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, dan menangis dia merasa bahwa tadi itu bukanlah kakaknya. Kemana kakaknya pergi, apakah secepat itu kakaknya berubah.

Nayra menangis terisak namun tertahan di dalam selimut, kepalanya yang pusing bertambah pusing dirinya mengingat kenangan bahagia bersama sang kakak. Ternyata benar dirinya hanya merepotkan sang kakak, sejauh ini dia hidup dan dibesarkan oleh Zain tapi dirinya sendiri malah merepotkan Zain.

Nayra memilih memeluk bantal guling dengan sangat erat, punggungnya bergetar hebat. "Ummiii" lirihnya dengan suara parau. Orang sakit akan mengingat hal-hal yang membuatnya merasa nyaman. "Abiii. Bawaa alaaa" seakan tengah memanggil seseorang untuk membawanya dan mengadukan semuanya. "Abaang jahat". Nayra tidak bisa berteriak dia hanya bisa menahan dan menangis.

"Selama ini alaa selalu ngerepotin abang, alaa ngga pernah dengerin apa yang abang katain, alaa nakal, pasti abang kecewa sama alaa. Ummiii, abiii, maafin alaa, alaa kangen"

Sedang dilantai satu rumah itu terdapat seorang lelaki yang tengah mencuci piring bekas makan sang adik, entah kenapa dirinya mudah emosi hari ini, hanya karena masalah kantor, kenapa adiknya yang jadi korban.

learn to be better Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang