chapter fourteen

19.6K 1.7K 43
                                    

TAKDIR TIDAK AKAN PERNAH ADIL BAGI ORANG YANG KEHILANGAN LEBIH DAHULU, DIA AKAN TERUS MEMBANDINGKAN DIRINYA DENGAN ORANG LAIN.
Aishi_chese

Masih banyak typo Tandain

Happy reading







Sebuah taxi berhenti di depan gerbang pemakaman umum khusus untuk yang beragama Kristen. Pemakaman itu tampak lengang, bahkan tak ada bunga yang segar di atas pemakaman sana, hanya ada buket-buket bunga yang sudah kering di tanah yang tandus itu.

Seseorang keluar dari taxi itu, seseorang yang memakai gamis lelaki dan sorban. Mungkin itu adalah penampakan yang aneh bagi orang yang melihat, kenapa? Karena ini adalah pemakaman khusus untuk orang yang beragama Kristen, dan melihat laki-laki itu jelas sekali bahwa dia adalah seseorang yang beragama Islam.

Tapi untungnya pemakaman hari ini sangat lengang ada sih beberapa cuma hanya ada satu dua orang yang cukup jauh dari sana. Lelaki yang baru keluar dari taxi itu lantas bergegas mencari dimana letak kuburan baru yang di kuburkan kemarin. Ya siapa lagi kalau bukan Hasbi atau Kevin.

Dia berlari menyusuri gang-gang yang ada di pemakaman itu, matanya tak henti-henti mencari makam sang nenek, sampai netranya menangkap nama sang nenek. Mendadak kakinya seperti jelly, badannya melemah, tangan dan mulutnya bergetar. Kevin terduduk lesu di samping nisan sang nenek. Matanya memanas sekuat tenaga dia menahan air matanya agar tidak luruh begitu saja, dia menatap langit agar air matanya tidak jatuh.

Tapi sia-sia pertahanannya runtuh, dia tidak tahan lagi, dia butuh tempat untuk menangis dan butuh tempat untuk bercerita. "Neneeeek" lirihan yang sangat pilu.

"Apin pulang neek, bangun...hiks, jangan tinggalin Apin sendiri neek, Apin butuh nenek, hiks" tak tahan lagi Kevin akhirnya menangis. Kevin adalah sosok yang manja kepada Hatna, maka tak heran bahasanya seperti anak-anak ketika bersama Hatna.

Tak ada lagi tempat dia bersandar mulai sekarang, "masa iya sih nek, Apin udah di usir mama sama papa, trus nenek ninggalin Apin gitu aja, Apin dah pulang dan bawa gelar S2 tapi untuk apa itu semua kalo nenek ngga ada."

"Cuma nenek yang nolong Apin, cuma nenek yang mau nerima aku tapi ini apa nenek ninggalin Apin sendirian, Apin kangen nenek, pengen makan masakan nenek lagi. Andai waktu itu Apin sadar dengan kecurigaan Apin, pasti nenek masih ada sampai sekarang, pasti nenek sekarang lagi ngomelin Apin, karna makin kurus. Nek bangun, peluk Apin"

Kevin berceritanya sendiri di samping kuburan itu, dia sangat protes dengan neneknya yang curang, karena meninggalkan dirinya terlebih dahulu, dia kesal, tapi tidak bisa marah ini sudah takdir tuhan jadi insyaAllah Kevin menerimanya dengan lapang dada, walau belum untuk sekarang, kevin paham betul bahwa kita tidak boleh meratapi mayat.

"Ngga adil banget nek, masa iya pas Apin wisuda ngga ada yang ngasih pelukan, waktu wisuda pertama kita cuma bisa vidiocallan, Apin tetao bersyukur kok masih bisa ketemu dan dengar kata selamat dari orang yang Apin sayang, teman Apin ada yang yatim piatu tapi dia ngga oernah ngeluh nek, Apin aja yang lebay kali ya

Tapi yang kedua notifikasi mematikan dari key, yang buat Apin frustasi. Ketika habis acara Apin buka handphone dan ngeliat itu, sakit nek seakan dicabut juga nyawa Apin kala itu. Apin juga pengen di peluk sama mama dan papa pas wisuda, tapi itu ngga akan pernah terjadi, Apin juga ingin di peluk nenek, eh nenek malah di peluk tuhan."

"Apin ngga akan balik ke Mesir lagi kok nek, apin bakalan tetap di sini jagain nenek, Apin akan berusaha buat baikin hubungan Apin sama mama dan papa."

Setelah berbicara seperti itu, setelah menganggap semuanya baik-baik saja, namun nyatanya perasaan sedih itu tidak bisa di bohongi, dia tetap saja terluka, terpuruk, empat tahun belakangan ini dirinya hidup sendiri di negri orang, dia terus mengeluh kepada sang nenek, untuk cepat pulang, tapi apa yang dia dapat ketika sampai pada tujuannya.

learn to be better Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang