chapter sixteen

19.1K 1.8K 25
                                    

Banyak typo

Jangan lupa tandaiin

Sepulang dari melihat ceramah, Kevin dan rombongan pulang kerumah masing-masing kecuali Fauzan yang menginap di rumah nenek Kevin.

Katanya ingin menemani, padahal Kevin tidak butuh dengan itu.

"Vin lo kok tadi, pas nanya, pas sebut nama lo jadi Hasbi bukan Kevin."
Selidik Fauzan pada kevin.

"Terus pas gue waktu itu mekdi lo, ada yang manggil nama Hasbi juga trus lo yang nyaut. Lo ganti nama atau memang dua orang"

"Ngaco lo, serah gue lah, mau nama gue siapa?" Balas Kevin dengan sepele.

"Idiih gue nanya serius cok"

"Gue ganti nama" jujur Kevin pada sahabatnya yang agak sedeng itu:v

"Ha?, Maksud lo?"

"Pas gue nyampe di Mesir, dan pas daftar ulang jadi mahasiswa gue ganti nama"

"Why?"

"Ya lo tau kan, Kevin disini itu tingkah lakunya kek apa. So gue ganti nama jadi Hasbi supaya bisa jadi lebih baik"

"Oo gitu toh, trus yang lain udah tau?"

Kevin menggeleng, "ngga penting juga?"

Fauzan hanya manggut-manggut tidak jelas, "oh ya Vin, gue liat rumah nenek lo kok ngga ada poster-poster gitu, kek foto tuhan, mana? Kok ngga ada?"

"Entah, gue juga baru sadar tadi, mungkin udah di buang, atau disimpan"

"Lo tau ngga yang ceramah tadi siapa?"

"Siapa?"

"Abang ipar lo"

"What?" Kevin hanya pura-pura tidak tahu padahal tadi dia melihat Nayra menghampiri Zain.

"Ustadz Zain tadi itu Abang kandung Nayra."

"Ha serius lo?"

"Iya, makanya tidak heran kalo Nayra itu terjaga, orang kakaknya kayak gitu. Nah bisa jadi sebagai alternatif lain buat deketin doi" ucap Fauzan sambil menyenggol bahu Kevin.

"Dih?, Gue pulang buat nyari kerjaan, lo ada rekomendasi ngga?"

"Begini nih kalo sekolah tinggi-tinggi tapi otaknya nge stak di nilai, lo S2 bro"

"Ya gue masih bingung lah!"

"Gimana kalo dosen?"

"Boleh juga"

"Ntar gue kasih tau temen gue dulu, siapa tau dia punya rekomend buat lo jadi dosen di univ mana, mudah-mudahan ada yang deket sini"

"Boleh tuh"

***

Dua orang kakak adik yang tengah duduk selonjoran dengan laptop di pangkuan masing-masing terlihat sibuk sampai sang adik bersuara
"bang?"

"Hm?"

"Ntar malam abang ada ceramah lagi?"

Zain mengangguk.

"Dimana?"

"Mesjid Nurul Yaqin"

"Ikut?"

"Tumben mau ikut biasanya mager" Zain mengangkat satu alisnya.

"Hehe, ngga tau malas aja tinggal dirumah sendirian, alaa ajak Nino yaak"

"Serah deh, tolong Abang bentar dek"

"Apa?"

"Ambil berkas yang ada di lemari kerja abang, warna hijau kalau ngga salah, bawa sini"

"Oke"

learn to be better Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang