Kim Namjoon yang telah selesai berbelanja mengayuh sepedanya menyusuri jalan pulang.
"Ah..aku lapar" Gumamnya.
Namjoon berpikir akan mampir ke toko kue untuk membeli roti atau pastry untuknya dan Jimin. Sayangnya di tengah - tengah perjalanan, ban sepedanya bocor. Ia pun segera menghentikan sepedanya dan menepi.
"Dasar sepeda tua...." Umpatnya kesal kemudian berjalan mendorong sepedanya.
Pada saat ia hendak berbelok, sebuah mobil besar menabrak sepedanya. Beruntung sekali Namjoon berada di sisi sebelahnya, ia pun segera melompat menghindari mobil tersebut dan mendarat di tepi jalan.
Seokjin segera keluar dari mobil dan berlari menghampiri pria yang ditabraknya.
"Maafkan saya tuan..maaf..." Sergah Seokjin panik.
Pria berjaket hitam dan kaos berwarna cream dengan celana jeans biru itu tengah mencoba duduk sambil memegangi pergelangan kaki kirinya.
"Tuan...jangan marahi saya..pleaseee....saya minta maaf" Seokjin yang sangat merasa bersalah merapatkan kedua tangannya di atas kepalanya memohon maaf.
"Aawwww...." Akhirnya yang ditabrak bersuara dan perlahan menatap Seokjin.
Pria cantik itu berkemeja satin putih dengan outer panjang transparan berwarna sama. Di sekelilingnya berserakan kelopak bunga dan pita serta kain - kain yang Namjoon beli untuk projectnya.
"A-apakah aku sudah di surga?" Wajah polos dan pertanyaan Namjoon yang terpana menatap pria cantik di hadapannya menghilangkan rasa takut Seokjin dan merubahnya menjadi senyuman geli.
"Ppffftttttt....ahhhh syukurlah kau tidak apa - apaaa..."
"Tuan..maaf aku tidak melihat tuan berbelok tadi..." Seokjin menambahkan dan tersenyum manis pada Namjoon."Eohh....kau manusia?"
Gelak tawa Seokjin meledak seketika.
"Yaaahhh!....ayo bangun tuannn..." Tawanya masih tersisa di wajah cantiknya.
"Aku Kim Seokjin" Seraya mengulurkan tangannya untuk membantu pria polos itu berdiri.
"Siapa namamu tuan?"
"Ah..jangan panggil aku tuan, Seokjin-ssi...aku Kim Namjoon" Namjoon mengelus tengkuknya malu.
"A-shhhh..." Namjoon mengerang saat ia mencoba berdiri.
Seokjin refleks menangkap tubuhnya, meletakan tangannya di bahu lebarnya dan membantunya berdiri.
"Kita ke rumah sakit ya..."
"Ahh..tidak usah Seokjin-ssi...paling hanya terkilir" Ucap Namjoon sambil menengokkan wajahnya ke arah Seokjin yang sedikit lebih pendek darinya.
"Dimple....senyumnya manis sekali...."
Pandangan Seokjin terpaku pada pria di sebelahnya yang berjarak hanya beberapa sentimeter itu.
"Oh tidak...semoga dia tidak melihat wajah kepiting rebusku" Paniknya dalam hati dan langsung menundukkan wajah merahnya.
"A-aku antar ya....kau mau kemana?" Tanya Seokjin sambil masih menunduk.
"Aku...baru saja berbelanja untuk....oh...sepedaku dimana?" Mata Namjoon bergerak - gerak mencari sepedanya.
"Sepedamu...." Seokjin melirik ketakutan ke arah Namjoon. "Disitu...." Sambil menunjuk ke kolong mobilnya.
"..."
"Akan ku ganti Namjoon-ssi...aku janji...jangan marah pleaseee..." Seokjin kembali merapatkan telapak tangannya di depan dadanya, pout kecilnya mulai terlihat.
Entah kenapa Namjoon tidak bisa marah pada pria manis di hadapannya. Ia malah tersenyum geli melihatnya bicara tanpa henti sambil mengerucutkan bibir penuhnya itu.
"Baiklah Seokjin-ssi...tapi jangan terlalu lama ya..aku sering memakai sepeda itu untuk belanja atau mengantar bunga jika customerku tidak jauh"
"Mmmmm...akhir minggu ini paling lambat, bagaimana? Aku bisa mengantar jemputmu selama seminggu ini" Ucap Seokjin penuh harap dengan tangannya masih dalam posisi yang sama.
"Deal!" Namjoon tersenyum dan kembali memamerkan dimplenya.