Chapter 60 : Farewell

127 13 0
                                    




"Maaf Seokjin-ah...." Ia melepaskan ciuman itu dengan cepat.

Kejadian itu sontak mengingatkan kembali Namjoon pada Seokjin dan Taehyung di depan kamar hotel mereka.



"Namjoon...."

"Aku ini sebenarnya apa?"




"..."





"Kau begitu baik padaku...bahkan memperlakukanku seperti seorang kekasih"

"Tiba-tiba kau menjauh"

"Apa maumu Kim Namjoon?" Nada bicara Seokjin mulai meninggi.




Suasana ruangan itu pun hening. Mereka saling berhadapan, menunduk dan duduk diam di lantai.

"Aku senang sekali tadi..."
Seokjin memunguti kartu-kartu yang berserakan di hadapannya dan merapikannya.


"Maaf...aku tahu ini adalah hari ulang tahunmu..." Namjoon hanya bisa menunduk.

"Sudah lewat...."

Seokjin berdiri, meletakkan kartu itu di atas meja dan berbalik menatap Namjoon yang masih duduk dengan posisi yang sama.


"Aku belum bisa melupakan kejadian itu Seokjin-ah...."

"Aku takut suatu saat akan terjadi lagi...dan lagi...sampai akhirnya hubungan itu berakhir"

"Teman tidak akan mencium temannya seperti itu..."



"Kau takut aku akan seperti ibuku?" Seokjin merendahkan tubuhnya menatap Namjoon sambil menyilangkan kedua tangan di depan dadanya.


"Jawab aku Namjoon-ah!"



"Aku sedang berusaha melupakanmu Seokjin-ah..."

"Tolong mengertilah!" Namjoon akhirnya mendongak dan menatap mata Seokjin dengan tajam.



Seokjin tersentak.

"Kau......ingin melupakan aku?" Ia menatap Namjoon takut.

"Tidak ada lagi yang membuatku bahagia.."

"Tidak ada lagi yang menemaniku jika aku sedih.."

"Memelukku dan berkata ia disini untukku.."

Ia membalikkan badannya.

Napasnya menderu.
Detak jantungnya tak beraturan.
Ia panik.



"No...no...no...no...." Namjoon berdiri hendak menghampirinya.


"Maaf....."

Seokjin berjalan cepat ke kamar mandi dan mengunci pintunya. Membuka lemari obat-obatan dan mengeluarkan botol berwarna orange.
Dengan susah payah ia memutar tutupnya.

"Seokjin buka pintunya!" Namjoon menggedor pintu kamar mandi.

"Seokjin!!" Ia mulai mendobrak pintu itu hingga terbuka.

"Apa yang kau lakukan bodoh!"

Namjoon merebut botol itu, membuang isinya ke dalam toilet dan menyiramnya.

"Jangan!" Seokjin berlutut memandangi obat-obat itu menghilang.

"Apa yang kau lakukan Namjoon!!"

Namjoon menarik tubuh Seokjin yang tiba-tiba berteriak histeris. Membawanya ke kamar dan menguncinya dari dalam.

"Aku butuh obatku!" Ia berlari dan memukul-mukul pintu dengan Namjoon yang terus memeluknya dari belakang.

"Obat itu satu-satunya yang akan membuatku lupa..."



"Hentikan Seokjin....kumohon hentikan...." Air matanya mulai mengalir.

"Kau membuangnya..."

"Kau membuangnya....sekarang aku harus bagaimana...aahhh!!" Ia berteriak sambil membungkuk menutupi wajahnya.


Namjoon memejamkan matanya.

"Please Seokjin....please...." Ia berbisik dalam isakannya.

"Pukul aku..."

"Pukul saja aku...jangan seperti ini..."

Ia membalikkan tubuh rapuh di hadapannya itu dan memeluknya erat-erat.

Seokjin berontak sambil memukul-mukul punggung Namjoon dengan kedua tangan kecilnya.

"Pukul aku...tidak apa-apa....."

"Aku disini..."

Kalimat terakhir itu benar-benar menghancurkan hati Seokjin.

Namjoon berbohong.

Ia tidak akan ada disini lagi.

Ia pun berteriak dan menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Namjoon.






Mereka kembali duduk berhadapan di atas tempat tidur. Kedua pasang mata mereka bengkak.

"Maaf..." Seokjin membuka suara.

"Aku juga..."

Keduanya masih terisak.





"Aku mengerti...jika itu yang kau inginkan Namjoon-ah..."

"Aku akan menghargai keputusanmu..."

Seokjin akhirnya tersenyum manatap Namjoon.

Namjoon menunduk tidak menjawab.

Air matanya kembali menetes dan jatuh membasahi tempat tidur Seokjin.

"Jangan menangis...." Seokjin mengangkat wajah Namjoon dengan kedua tangannya.

Dan ia pun tidak bisa menahan tangisannya lagi.


"Tetap jadi temanku ya...."

Seokjin mencoba tersenyum.

Namjoon mengangguk.

"Maafkan aku Seokjin..."



"Bye Namjoon..."

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang