Keduanyapun tiba di rumah sakit dan langsung menuju ruang dokter Min.
"Aku menabraknya Yoongi-ah....kakinya terkilir dan sekarang ia demam." Ujar Seokjin merasa bersalah.
"Hhhhhhh....kau ini kenapa Jin hyung..." Min Yoongi menepuk keningnya dan menghampiri pasien yang sedang duduk di ruang periksanya.
"Sebentar lagi hasil rontgennya keluar, kita lihat apakah ada retak atau apa, okay.."
Namjoon hanya mengangguk pasrah. Sebuah suntikan penurun demam mendarat di lengannya.
Tak lama kemudian seorang perawat masuk ke ruangan itu dan memberikan amplop besar berisi hasil rontgen pergelangan kaki Namjoon.
"Yaa...benar dugaanku..ada sedikit keretakan di tulang pergelangan kakimu...sedikit...tidak terlalu parah kok"
"Dengan istirahat yang cukup, kakimu akan segera sembuh"
Seokjin melirik perlahan ke arah Namjoon. "Maafkan aku Namjoon-ah~~~"
Mereka keluar dari ruangan itu dengan gips menempel pada pergelangan kaki kiri Namjoon.
Ia berjalan dengan bantuan tongkat.
Di sebelahnya Seokjin berulang-ulang meminta maaf dan menanyakan apakah Namjoon merasa sakit, apa yang ia butuhkan.
Namjoon pun terus mengulang kata-kata yang sama.
"Gwenchana hyung...gwenchanaaa""Aku akan mengantar jemputmu ya...hubungi aku kalau butuh apa-apa Namj..."
Ucapannya terhenti saat telapak tangan besar itu mendarat di atas kepalanya, mengelusnya perlahan.
"Aku bilang tidak apa-apa Jin hyung...terima kasih." Senyumnya mengembang melihat wajah bersalah Seokjin yang sangat manis dengan pout kecil yang menggemaskan.
"Ah..maaf..." Namjoon segera melepaskan tangannya dan tersadar jika pria di sebelahnya itu terpaku dengan wajahnya yang merah.
"Dimana rumahmu Namjoon-ah?" Tanya Seokjin sambil menyetir mobilnya.
Keduanya dalam perjalanan pulang.
"Aku tinggal di toko bunga di dekat pertigaan tempat kau menabrakku hyung"
"Clematis?" Seokjin menengokkan wajahnya ke arah Namjoon.
"Eoh...kau tahu Clematis?
Hampir setiap hari Seokjin selalu melewati toko bunga yang menurutnya itu cantik. Toko itu selalu buka lebih pagi dari toko-toko sekitarnya.
Bangunannya sangat sederhana tapi bunga-bunga yang menghiasnya cantik sekali.
Embun bekas siraman air pada kelopak-kelopak bunga itu entah kenapa membuat Seokjin merasa tenang.
Clematis berada di dekat lampu lalu lintas sehingga pada waktu berhenti, Seokjin selalu menengok dan menikmati keindahannya."Tapi aku tidak pernah melihatmu disana Namjoon-ah?"
"Hahahahaha....iya hyung..aku sering di ruanganku, adikku Jimin yang selalu membuka toko, menyiram bunga dan merangkainya. Padahal aku yang awalnya semangat untuk mendirikan Clematis..namanya pun kuambil dari birth flowerku." Jawab Namjoon sambil mengelus tengkuknya.
"Lalu kenapa?"
"Mmmmmm....ada alasan pribadi yang belum bisa kuceritakan." Namjoon mengangguk dan tersenyum memandang Seokjin.
"Ah...maaf...aku tidak memaksamu untuk cerita sekarang." Seokjin tersenyum kaku dan melambaikan tangannya.
"Hyung...." Namjoon menangkap tangan Seokjin dengan cepat "Berhentilah meminta maaf."
"Hyuunngggg...kau dari mana saja...kenapa lama sekalii"
"Hyung..kakimu kenapa? Apa kau kecelakaan?"Namjoon disambut dengan rentetan pertanyaan dari adiknya yang telah meninggalkan banyak pesan di ponselnya.
"Ah...maafkan aku...aku yang menabrak kakakmu, Jimin-ssi..." Seokjin melangkah ke depan Namjoon dan membungkukkan badannya.
"Namaku...""Kim Seokjin?" Ucapan Seokjin terputus ketika pria mungil di depannya terbengong-bengong menatapnya.
"Ah...iya...kau mengenaliku eoh?" Seokjin mengusap tengkuknya. Telinganya memerah karena malu.
"Hyuungggg....mimpi apa kau semalam bisa bertemu dengan seorang model!?"
"Jimin-ahhhh....jangan memalukaannn." Namjoon menutup wajahnya.
Seokjin terbahak-bahak melihat kakak beradik di hadapannya.