"Jinnie....Seokjinnie...." Bisiknya pelan di samping pria cantik yang sedang tertidur pulas menghadapnya.
Seokjin mengerejapkan dan membuka matanya.
"Namjoonie....kau sudah bangun~~~" Jawabnya setengah mengantuk.
"Aku pulang ya...." Sahutnya lembut.
"Nngggg..." Seokjin menggeleng dan mempoutkan bibirnya.
"Aku harus kembali ke toko hari ini sayang..." Namjoon tersenyum menyingkirkan rambut Seokjin yang menutupi kening dan mengecupnya.
Seokjin pun duduk di sisi tempat tidurnya, memeluk pinggang Namjoon yang berdiri di hadapannya.
"Kuantar ya....tunggu sebentar..." Ujarnya seraya turun dari tempat tidur.
"Ah..tidak usah Seokjinnie....aku bersepeda saja"
"Kabari aku kalau sudah sampai rumah yaa..." Seokjin memiringkan kepalanya dan tersenyum memandang pria kesayangannya.
"Pasti sayang..." Namjoon mengecup bibir Seokjin lembut.
Minggu ini lagi-lagi Namjoon harus sendirian.
Seokjin pergi keluar kota bersama Hoseok dan Taehyung untuk pemotretan sebuah majalah luar negeri.
"Beginilah nasib pacar seorang model" Jimin menggoda Namjoon yang sedang merangkai bunga pesanan customer.
"Jimin-ahhh...kasihanilah kakakmu satu-satunya ini..."
"Belum ada kabar kah?" Jimin menghampirinya.
"Hari ini belum...tapi tadi malam ia mengirimkan selca yang cute sekali"
Jawabnya sambil memperlihatkan foto Seokjin dengan rambut dikuncir dua, wajahnya memerah, celana pendek dan kemeja pantai.......yang tak berkancing.'Aku kalah taruhan Namjoonieeee'
Pesan itu diakhiri dengan emoticon menangis."Mereka sedang di laut...sepertinya Seokjin mabuk" Namjoon tersenyum memandangi flower face Seokjin.
"Hyung...."
"Hmm?"
"Kau tidak memikirkan sesuatu setelah melihat foto ini?"
"Eoh? Maksudmu?"
"Berapa kali Tae hyung melihat Jin hyung terbuka seperti itu..."
DEG
Pikiran itu tak pernah sekalipun terbersit di otak cerdasnya.
Malam itu Namjoon tidak bisa menyingkirkan ucapan Jimin dari kepalanya.
"Seperti apa hubungan pertemanan mereka berdua?"
"Apakah mereka tidur bersama selama disana?"
"Apakah Hoseok dan Taehyung tahu kalau aku pacarnya sekarang?"
Pertanyaan-pertanyaan yang tak pernah ia pikirkan selama ini terus berulang dalam kepalanya.
Akhirnya ia memutuskan untuk menhubungi Seokjin.
Menunggu nada dering itu dijawab dengan sabar.
"H-hallo Namjoon-ssi.."
Bukan suara yang ia kenal.
"Hallo...siapa ini? Kemana Seokjin?"
"Heyyyy....ini aku Hoseok"
"Seokjin sedang di toilet..sepertinya ia terlalu banyak minum tadi hahahaha..."
"O-oh...begitu...."
"Sebentar...." Terdengar suara langkah kaki pria di seberang berjalan menuju suara-suara tawa.
"Jwaannn......pacarmu menelepon...sudah beluummm?" Hoseok menjauhkan ponsel Seokjin dari wajahnya.
"Dia masih disini Hoseok-ahhh..." Satu suara yang ia kenal dengan baik menyahut dari kejauhan.
Kim Taehyung.
Namjoon memejamkan mata dan memalingkan wajahnya kesal.
Mereka berada di dalam toilet. Berdua.
"Namjoon-ssi...akan kusampaikan kalau kau menelepon ya...sepertinya ini akan lama...Jin minum banyak sekali tadi"
"A-ah....tidak usah Hoseok-ssi....tidak terlalu penting kok.."
"Terima kasih" Pembicaraan itupun berakhir.
"DAMN IT!!!" Namjoon melempar ponselnya ke atas tempat tidur.
TOK TOK
"Hyung?" Jimin membuka pintu kamar Namjoon dan mengintip.
Namjoon yang sedang duduk di lantai bersandar pada sisi tempat tidurnya menengok. "Jimin-ah....."
"Hyung....ini belum tentu seperti yang kau pikirkan..." Hibur Jimin setelah Namjoon bercerita tentang kejadian tadi.
"Akan lebih baik jika kau mendengar penjelasan Jin hyung langsung bukan?"
Jimin yang sekarang sudah berada di sampingnya bersandar pada bahu Namjoon yang sedang menopang keningnya dengan kedua tangannya.
"Sabar ya hyung...mungkin dunia mereka sedikit berbeda dengan dunia kita" Jimin hanya bisa tersenyum dan memeluk kakaknya.