Chapter 27 : The Date

134 14 0
                                    



Namjoon tidak bisa melepaskan pandangan dari pria yang sedang menyetir di sebelahnya.

Kemeja slim fit hitam yang diselipkankan rapi ke dalam ripped jeans berwarna senada.

Rambutnya masih dalam keadaan yang sama.
Anting-antingnya pun masih terpasang.

Dan sekarang ia sedang serius memperhatikan jalan di depannya yang agak ramai.

"Damn it Kim Seokjin...."

"Eoh? Kenapa Namjoonie?" Seokjin menengok kemudian kembali berfokus pada jalan.

"Kau tampan sekali malam ini..."

"Hahahahaha.....benarkah? Tunggu sampai aku memberitahumu sesuatu Namjoonie..."

"Apa itu?"

"Sepertinya aku salah membeli tiket" Jawabnya sambil terbahak-bahak.

"Ha?"

"Yaahhhh...aku terburu-buru tadi...jadi aku tak sengaja membeli tiket film horror" Tawa wiper jendelanya tak berhenti.

"Seokjin-aaahhhhhhh.....kita berdua tidak ada yang berani nonton film horror!" Ekspresinya berubah menjadi panik.




Mereka pun masuk ke dalam teater, duduk di ujung bangku paling belakang.

Namjoon mengeluarkan bantal kecil berbentuk kepala alpaca yang ia sembunyikan dalam trench coatnya.

Keduanya tertawa geli.

Lampu teater pun dimatikan. Mereka merapatkan tubuhnya.

"Namjoonie...pegang tanganku..." Seokjin mengulurkan tangannya.

"Aaahhh...jinjja....kencan pertama kita dimulai dengan film horror.." Namjoon menggenggam tangan Seokjin sambil mengutuk.

Seokjin tidak bisa berhenti tertawa.



Wajah Seokjin tegang sambil sesekali melahap popcorn di tengah bangku mereka.

"Yaahhh...Namjoonieee!" Ia terlonjak ketika menengok dan mendapatkan Namjoon sedang menatap wajah polosnya.

"Jangan mengagetkan aku...." Ucapnya memukul lengan Namjoon yang tertawa puas.

"Sssttttt...jangan berisik" Namjoon meletakkan telunjuk pada bibirnya.

Film horror itupun semakin menegangkan. Seokjin sudah bersembunyi di balik bantalnya.

"Kau licik..." Namjoon menarik bantal kecil itu dan ikut bersembunyi. Kedua mata mereka pun bertemu.

Seokjin semakin mendekatkan wajahnya.

Namjoon menyambut bibir indah itu dengan sebuah kecupan dan melumatnya perlahan.

Seokjin terengah. Mencengkram bantal putihnya erat.

Kemudian mereka berdua terlonjak dan berteriak ketika musik keras dari film itu mengagetkan mereka.

Keduanya melepaskan tautan mereka dan kembali tertawa.

"Aahhh.....aku tidak mau menonton lagi.." Seokjin mengerucutkan bibirnya merajuk dan menengok ke arah Namjoon.

"Hahahaha....kau yang membeli tiketnya Seokjinnie....."

"Ayo makan saja Namjoonieee...." Seokjin menarik-narik tangan pria di sebelahnya manja.

Namjoon menggandeng tangan Seokjin menuruni tangga teater yang gelap menuju pintu keluar.

"Hati-hati langkahmu sayang..." Ia berjalan di depan sambil menggandeng tangan Seokjin.

Di belakangnya Seokjin menuruni tangga itu dengan tidak sabar.

Akhirnya mereka keluar dari teater itu.

"Aahhh....seram sekali....." Seokjin tertawa sambil memukul dada Namjoon pelan.

"Lain kali biar aku yang beli tiketnya yaa.." Namjoon menarik dagu pria menggemaskan itu dan mengecup bibirnya singkat.

"Ayo Namjoonie....kita ke restoran favoritku" Seokjin menarik trench coatnya.





"Aku jadi lapar karena ketakutan" Seokjin duduk sambil memilih-milih menu.

Namjoon masih terkagum-kagum dengan arsitektur bangunan restoran itu.

Matanya berkeliling memandangi mural klasik yang menghiasi dinding-dindingnya.

"Woah..ini pasti restoran mahal anniya?" Tanyanya pelan pada Seokjin.

"Namjoonie.....makan malam ini aku yang bayar ya..." Ucapnya pelan.

"Jangan..."

"Aku ingin kencan pertama kita ini spesial Namjoonie..." Potong pria itu.

"Termasuk film tadi?"

"Yyaahhhh!" Seokjin tertawa sambil memukul tangan Namjoon.



Satu per satu hidangan disajikan. Mereka pun makan dengan lahap.


"Aku ke toilet dulu ya.." Namjoon berdiri dan meletakan napkinnya di atas meja.

"Mau aku temani?" Seokjin melirik nakal.

"Kau...." Ia berhenti sambil menggigit bibirnya.

Keduanya kembali tertawa.




Namjoon keluar dari toilet dan berjalan kembali ke arah tempat duduknya.

Langkahnya sempat terhenti saat melihat pasangannya meletakkan ponselnya kasar ke atas meja, membenamkan wajah lalu menopang keningnya dengan kedua telapak tangannya.

Namjoon mempercepat langkahnya. Berdiri dan menunduk di sebelah pria yang tidak menyadari kehadirannya itu.

"Seokjinnie?"

"Eh....sudah Namjoonie?" Seokjin mendongak dan tersenyum.

"Ada apa?" Namjoon mengusap punggungnya khawatir.

"Tidak apa-apa...aku hanya lelah" Ia mendorong pinggang pasangannya untuk kembali duduk dan segera mengantongi ponselnya.

Mereka kembali melanjutkan makan malamnya.
Pandangan Namjoon tidak bisa lepas dari pria di seberangnya.

Seokjin tidak menghabiskan es krimnya, hanya mengaduk-aduk pencuci mulut yang sudah agak mencair itu di hadapannya.

Matanya menatap lekat sendok es krim yang dipegangnya.

Tatapannya kosong.

"Hey...." Namjoon mengambil sendok itu, meletakkannya dan menarik tangan Seokjin.

"Namjoonie...maafkan aku..." Seokjin mengatupkan matanya erat dan melambaikan tangannya kepada seorang waiter.

"Aku tak bisa bernapas..." Lanjutnya membuka satu kancing atas kemejanya, mengambil black card dari dompetnya dan meletakan di nampan kecil yang dibawa oleh waiter tersebut. Garis wajahnya mengeras.

Namjoon mendekatkan wajahnya dengan khawatir.

"Sayang...."

Seokjin kemudian meletakkan ponselnya yang telah terbuka di atas meja dan menyodorkannya kepada Namjoon.

Namjoon membaca beberapa pesan yang ditunjukkan Seokjin dengan kening yang berkerut. Ekspresinya berubah kesal.

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang