Chapter 12 : Bicycle

182 19 0
                                    




Rangkaian bunga-bunga telah mendarat dengan baik di Coffee Shop yang dituju.

Namjoon, Seokjin dan Jimin segera menuju mobil setelah berpamitan dengan sang pemilik Cafe.

"Hyung...kalian mau kemana sekarang?"

"Entahlah....Jin hyung?" Namjoon menoleh ke arah Seokjin.

"Kita sarapan dulu?"

"Mmm...aku tidak ikut ya..aku akan ke rumah temanku hari ini...mungkin sampai sore." Jawab Jimin sambil tersenyum nakal kepada Namjoon.

Namjoon melirik sambil membulatkan matanya.

"Yasudah....dimana rumah temanmu? Aku antar..." Seokjin hendak melangkah menuju mobilnya.

"Ah..tidak tidak usah hyung....ia akan menjemputku disni sebentar lagi." Jimin melambaikan kedua tangannya menolak ajakan Seokjin.

"Benarkah?"

"Iya hyung....ia sudah dalam perjalanan." Jawabnya sambil menunjukkan pesan dalam ponselnya.

Tak lama berselang, sebuah sedan biru tua membunyikan klaksonnya.

"Yak....jemputanku sudah disini." Jimin bergegas menuju mobil Sungwoon yang tengah membungkuk melambaikan tangannya dari dalam mobil.

"Nee Jimin-ah...hati-hati yaa..." Jawab Seokjin setelah membalas lambaian tangan temannya itu.

"Bye hyungggg..." Jimin masuk ke dalam mobil, mengepalkan tangannya dan membentuk kata "Fighting!" dari mulutnya kepada Namjoon.

Namjoon tertawa kecil sambil menunduk dan melirik ke arah Seokjin yang berada di belakangnya, ia tampak tidak melihat kelakuan iseng adik satu-satunya itu. Tangannya sibuk dengan ponselnya.

"Namjoon-ah..." Tiba-tiba ia menarik lengan jaket pria di depannya dan tersenyum.

"Ayo ke apartemenku."

"Ha?!"




Mobil besar itu melaju menuju apartemen mewah di sekitar situ.

"Aku memesan sesuatu dan paketnya baru datang hari ini....aku tidak sabar." Jelas Seokjin bersemangat.

Untuk sesaat ajakan pria cantik di sebelahnya itu sudah membuat pikiran Namjoon melayang kemana-mana. Dia mengajakku ke apartemennya. Berdua....

"Aisshhhh.....apa yang kau pikirkan Kim Namjoon." Gumamnya dalam hati.

"Hey!" Seokjin menepuk paha pria yang masih terbengong-bengong di sebelahnya.

"A-iya hyung....aku lupa sudah mengunci pintu atau belum." Namjoon tertawa kaku.

"Aishhh....alasan apa lagi itu.......bodoh."





Seokjin memasukkan kode kombinasi apartemennya yang berada di lantai 7. Membuka lebar pintunya dan mempersilahkan Namjoon masuk.

"Tunggu sebentar ya...anggap saja rumah sendiri." Seokjin lalu bergegas ke kamarnya.

Terdengar ia sedang menelepon seseorang singkat.

Apartemen itu nyaman sekali dengan dominasi warna putih dan soft blue.

Namjoon duduk di atas sofa berwarna biru muda dengan banyak bantal, selimut tebal yang tergulung dan beberapa film yang berserakan.

"Kau suka menonton hyung?" Tanya Namjoon sambil melihat-lihat koleksi film Seokjin yang kebanyakan bergenre romantis dan animasi.

"Hahaha...itu pengantar tidurku." Seokjin muncul dari kamarnya dan merapikan film-film itu dari sofanya.

Jarak mereka berdua sangat dekat ketika Seokjin mengambili barang-barang di sekitar sofa.
Harum vanilla yang soft berpendar dari sweater pinknya dan membuat jantung Namjoon berdegup tak karuan.

Tangannya mengepal di atas pahanya menahan untuk tidak menarik pria di sampingnya itu dan menciumnya.

TING TONG

Fiiuuuuhhhhhh....suara bel itu menyelamatkan Namjoon dari lamunannya.

"Namjoon-ah...helpeu..." Seokjin membawa kardus besar itu masuk.

"Woahhh...kau membeli apa hyung? Pintu?" Namjoon tertawa sambil bergegas membantunya.

"Bukalah...itu untukmu." Seokjin tersenyum lebar.

"Eoh?"

Kardus-kardus itupun berserakan di lantai.

Sepeda baru.

"HYUUUUNNNGGGGG!!!"

Teriakan Namjoon yang tiba-tiba itu hampir membuat Seokjin terlonjak karena kaget.

"Hyung kau gilaaa? Harga sepeda ini hampir dua kali lipat dari sepedaku!" Namjoon membelalakkan matanya sambil menyentuh seluruh bagian sepeda itu.

"Ah..jinjja? Kukira harga sepeda sama saja."

"Aku minta temanku untuk memilihkan sepeda ini karena aku tidak mengerti hahaha..."

"Katanya ini bagus..jadi aku membelinya"

"Oh....aku juga membeli ini Namjoon-ah.." Seokjin membuka satu paket lagi.

"Ini bisa dipasang di depan.." Seokjin mengeluarkan keranjang besi dan memasangnya.

"Hyuuuunngggg...." Namjoon hanya bisa terdiam dengan semua ucapan Seokjin.

Matanya berkaca-kaca karena senang.

"A...wae..wae..wae....jangan menangis Namjoon-ah....hahahahahaha..."

Tawanya berhenti ketika kedua lengan besar itu memeluknya dari samping.

"Gomawo Seokjin hyung...." Namjoon memeluknya erat.

DEG DEG DEG

"A-aku sudah membuatmu cedera Namjoon-ah.."

"Hyung..kau membayar pengobatanku, memasak makan siang aku dan Jimin, membantuku membereskan pesanan tuan Lee dan mengantarnya...sekarang kau membelikan sepeda mahal ini...kenapa kau begitu baik padaku hyung?" Namjoon melepaskan pelukannya dan menatap mata Seokjin yang ia sangat sangat yakin wajahnya sekarang sudah seperti kepiting rebus.

"Namjoon-ah...aku orang yang sulit memiliki teman..." Jawabnya sambil menunduk.

"Kata mereka pekerjaanku menakutkan hehe...mereka tidak mau jadi sorotan nantinya"

"Padahal aku bukan siapa-siapa..waktu itu aku baru setahun menjadi model dan tidak banyak orang yang mengenaliku di jalan"

"Aku masih bisa berkeliaran tanpa bodyguard"

"Padahal aku baik lohh...aku selalu datang jika mereka membutuhkanku..aku meluangkan banyaakkk sekali waktuku di sela-sela pekerjaanku untuk mereka"

"Tapi pada saat aku kesepian....mereka asyik dengan dunia masing-masing...." Seokjin mengakhiri cerita dan kembali mendongak dengan pout di bibirnya.

CUP

Kecupan singkat di pipi bulatnya berhasil membuat Seokjin membeku.

"Jin hyung...." Namjoon menggenggam kedua tangan Seokjin.

"Aku mau jadi teman yang baik untukmu..."

"Aku akan datang kapanpun kau membutuhkanku..."

"Dan.....kau tidak bisa membuat semua orang bahagia hyung...sekeras apapun kau mencobanya.."

"Kau tidak bisa menuang dari gelas yang kosong...jadi...love yourself first"

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang