TING TONG
TING TONG
Seokjin melirik jamnya. "Namjoonie kah? Pagi sekali." Pikirnya lalu bergegas membuka pintu.
"Aisshh....Namjoon-ah...tidak sabar bertemu ak.." Ia membatu melihat yang datang bukan Namjoon tapi ibunya. Mabuk. Berantakan.
"Seokjin-ahhh.....kau sudah besarrr...." Ibunya menepuk pipi Seokjin dan langsung masuk, melempar sepatunya sembarang dan duduk di sofa.
"E-eomma.....sedang apa disini?"
"Tidak boleh ibumu disini ha?" "Ambilkan aku air Seokjin-ah...aku lelah"
Seokjin menuruti permintaan ibunya dan bergegas menuju dapur untuk mengambil air minum.
Tangannya bergetar.
Perasaannya kacau.
Takut, sedih, kesal bercampur jadi satu.
"Aku ada acara di hotel bersama teman-temanku...karena dekat dengan apartemenmu...yasudah aku mampir"
Wanita cantik itu meneguk air dari gelasnya kemudian sibuk dengan ponselnya.
"Ayahmu sedang mencariku Jin-ah...dia pikir dia siapa bisa mengatur-atur aku eoh!"
Seokjin menelan ludahnya kasar.
Seokjin bukan berasal dari keluarga yang harmonis.
Ayahnya selalu sibuk bekerja dan hampir tidak pernah bertemu dengan anak-anaknya.
Seokjin dan Jungkook sering kali mendapati ibunya bersama laki-laki lain, kadang di rumah mereka sendiri.
Pertengkaran hebat mereka terjadi saat Seokjin baru masuk universitas dan Jungkook masih SMP.
Ayahnya memeregoki ibunya bersama laki-laki lain di kamar mereka.
Laki-laki itu hampir tak bernyawa jika Seokjin tidak menahan pistol yang sebentar lagi meletus di tangan ayahnya.
Sedangkan Jungkook hanya bisa menangis di kamarnya, menunggu semuanya usai sambil menutup telinganya.
Beberapa hari kemudian hubungan mereka kembali seperti semula. Mereka bermain peran dan Seokjin sangat tidak menyukainya.
Hubungan mereka palsu.
Ibunya pun tidak berubah. Party, mabuk-mabukan, pulang dengan laki-laki berbeda setiap saat.
Tinggallah Seokjin dan adik satu-satunya berjuang untuk keluar dari neraka itu.
Sampai akhirnya Jungkook berhasil mendapatkan beasiswa penuh untuk kuliahnya dan Seokjin bertemu dengan seorang Casting Director saat ia turun dari bus menuju universitasnya.
Saat mereka keluar dari rumah pun, orang tuanya tidak peduli.
Walau demikian, di antara setiap kejadian-kejadian buruk yang terjadi pada orang tuanya, Seokjin selalu berusaha menyatukan mereka kembali..meyakinkan mereka bahwa setiap manusia pasti bisa berubah menjadi lebih baik.
Tapi usahanya selalu sia-sia.
Seokjin menggelengkan kepala, mengusir kenangan buruk itu.
"Eomma menginap dimana sekarang? Aku antar ya..Eomma tidak mungkin menyetir dengan keadaan seperti ini"
"Tidak usah Jin-ah...temanku akan menjemputku sebentar lagi..."
"Teman yang mana lagi sekarang?" Pikir Seokjin.
"Kapan semua ini akan berakhir" Ia menunduk sedih.
TING TONG
"Eoh...cepat sekali temanku itu?" Ibunya menoleh.
Seokjin berlari membukakan pintu.
"Kalau itu ayahmu suruh dia pergi saja ke neraka Jin-ah!"
"Namjoonie....." Seokjin memejamkan mata ketika kalimat kasar itu tidak sengaja terdengar oleh Namjoon.
"Hyung...ada siapa?" Namjoon membulatkan matanya, bibirnya membentuk huruf O kecil.
"Namjoonie...jangan sekarang ya..." Seokjin mendorong tubuhnya keluar dan menutup pintu di belakangnya.
"Kau tak apa-apa hyung?" Namjoon merengkuh kedua lengannya dan menunduk mengikuti arah pandangan Seokjin.
Seokjin menggeleng pelan. Menatap wajah Namjoon dan tersenyum.
"Hari ini sepertinya acara kita batal Namjoon-ah...itu.... ibuku"
"Hyung...kau yakin tidak apa-apa?" Tangannya masih di posisi yang sama.
Mendekatkan wajahnya untuk benar-benar memastikan pria di depannya itu baik-baik saja."Kuhubungi lagi nanti malam ya..." Seokjin masih tersenyum tapi tatapan matanya tidak mendukung senyumannya.
"Baiklah...hubungi aku secepatnya okay..."
"Hyung..." Namjoon sedikit mengguncang tubuh Seokjin ketika dirinya tidak mendapatkan jawaban.
Seokjin tersenyum dan mengangguk.