Namjoon membelai kepala yang masih menempel di bahunya.
"Bagaimana kita akan saling melupakan jika seperti ini terus?"
"Aku tidak akan bisa melepaskanmu Seokjinnie..."
Pikiran Namjoon kembali bimbang.
"Sudah bisa jalan?"
"Kubantu ke tempat tidurmu ya...lantainya dingin..."
Seokjin meringkuk dalam selimutnya.
Namjoon mengelus-elus rambut dan keningnya perlahan.
"Ingat tidak? Waktu dulu aku sakit...kau juga menemaniku seperti ini"
Seokjin tersenyum menatap pria yang berbaring berhadapan dengannya.
"Aku panik sekali waktu itu..."
"Lalu kau menciumku di depan toilet" Seokjin tertawa kecil.
"Jorok ya..." Namjoon membalas tawanya.
"Aku mengejar mobilmu tempo hari..."
"Kukira kau benar-benar menungguku..." Ia pun mendengus.
Seokjin hanya tersenyum dan membelai rambutnya.
"Aku tak berpikir kau akan mengejarku..."
"Tidak mungkin...." Suaranya pelan hampir berbisik.
Malam itu pun dihabiskan dengan menceritakan kenangan-kenangan mereka sampai keduanya tertidur.
"Seokjinnie...."
"Happy Valentine..."
Namjoon mendekatkan wajahnya pada pria yang masih setengah tidur itu.
"Ngggg....Namjoonie~~~"
"Jam berapa ini?" Seokjin mengerjapkan mata dan mempoutkan bibirnya.
"Sudah jam 10 sayang..."
"Apa aku bermimpi?" Seokjin akhirnya membuka matanya.
"Wae?"
"Kau memanggilku sayang...."
"Aku pasti mimpi..." Ia kembali meringkuk ke dalam selimutnya dan memejamkan mata.
Namjoon tidak tahan melihat kelakuan pria menggemaskan di hadapannya itu.
"Yyyaaaaaahh....bangun malassss...."
"Nanti kulitmu keriput kalau tidur terus..." Namjoon naik ke tempat tidur dan menduduki kaki Seokjin.
Seokjin tertawa dengan matanya yang masih tertutup. Kemudian terbahak-bahak dan bangun dari tidurnya.
"Kan kau mau jadi kekasihku hari ini..." Namjoon mengerucutkan bibirnya.
"Tidak apakah begitu?"
"Aku egois ya hahaha..."
"Tidak apa-apa jika kau tidak mau Namj...."Ucapannya terputus oleh kecupan singkat yang mendarat di bibirnya.
Seokjin tersentak.
"A-aku belum sikat gigi..." Ia buru-buru bangkit dari tempat tidurnya.
Seokjin memasuki kamarnya hanya menggunakan bathrobe.
Rambutnya masih basah.Namjoon masih di tempat tidurnya.
Ia duduk bersila menunggu Seokjin datang sambil bertopang dagu.
"Mau kemana dulu kita hari ini?" Ia turun dan menghampiri Seokjin yang tengah memilih-milih pakaian.
"Aku belum sempat menyicipi hotteok di taman dekat rumahmu" Ia mendongak dan tersenyum lebar menatap Namjoon.
Hari itu keduanya berkeliling kota menghabiskan sisa waktu pertemuan mereka.
Mengenang jalan-jalan yang pernah mereka lalui.
Makan dan duduk di taman kota.
Merakit bunga di rumah Namjoon dengan penuh canda.
Hingga malam tiba dan mereka harus kembali ke apartemen.
"Sebentar lagi waktunya habis ya...." Seokjin menggenggam erat lengan jaket Namjoon.
"Kau juga harus istirahat sayang...besok pagi kau harus berangkat..."
Demi Tuhan sakit sekali ia harus mengucapkan kalimat itu.
"Namjoonie..."
"Terimakasih untuk hari ini ya..."
"Terimakasih untuk semuanya..."
"Dan...maaf jika aku terlalu sering menyakitimu..."
NYUUTTT
"Jangan nakal disana ya..." Namjoon mengecup keningnya.
"Kabari aku begitu kau sudah sampai..."
"Namjoonie...."
"Kejadian itu membuatku ingin jadi orang yang lebih baik"
"Aku tidak akan nakal lagi..."
"Janji..." Ia tersenyum manis.
"Seokjinnie...."
"Sayang...."
"Aku pulang ya...sudah tengah malam"
"Happy Valentine..."
Seokjin mengangguk dengan sangat berat.
Mata mereka mulai berkaca-kaca.
"Jangan menangis..." Desah Seokjin memaksakan tersenyum.
"Tidak...aku tidak menangis..." Air matanya pun mengalir.
Namjoon mengecup bibirnya. Melumatnya perlahan dan menahannya.
Kemudian ia melepaskannya, berbalik membuka pintu dan keluar dari apartemen itu.
Seokjin terduduk di lantai.
Ia menangis sekencang-kencangnya.