Chapter 38 : Question

132 14 0
                                    



"Namjoonie...kau tidur?"
Seokjin membuka pintu kamarnya perlahan dan melongokkan kepala.

Pria berdimple yang sedang bersila di atas tempat tidurnya itu tersenyum dan menepuk-nepuk tempat kosong di depannya.

"Ayo makan dulu.." Seokjin menghampirinya.

"Aku ingin bertanya dulu sebentar boleh?" Namjoon meraih tangan Seokjin dan menarik ke hadapannya.

Seokjin mengikut dan mengangguk bingung.

"Apa yang terjadi tadi malam setelah kau pergi dari sini?"

Seokjin menarik napasnya.

"Aku minum beberapa gelas tequilla...tapi tidak sampai mabuk..."

"Aku masih bisa berkendara...dan aku tidak tahu harus kemana"

"Taehyunglah orang pertama yang muncul di pikiranku"

"Hubungan kalian sedekat itukah?"

"Kami masih berteman baik Namjoonie..."

"Taehyung selalu ada setiap aku membutuhkannya"

"Ia yang selalu menyemangatiku sebelum aku bertemu denganmu"

"Taehyung, Hoseok dan Yoongi..."

"Karena kami satu profesi dan Hoseok sibuk dengan project lain, hubungan aku dan Taehyung yang paling dekat"

"Kami hanya teman Namjoonie...itu saja"

Namjoon menghela napas panjang. Hatinya masih sakit membayangkan mereka berduaan semalam.

"Kami ketiduran di sofa kok...kepalaku sakit dan aku mengantuk"

"Di sofa?" Namjoon membulatkan matanya. Hatinya sedikit lega.

"Iyaa..." Seokjin tertawa sinis.

"Dan aku masih berpakaian lengkap jika itu maksudmu"

Namjoon tersentak dengan ucapannya.

"Seokjinnie...maaf...bukan begitu maksudku" Ia segera menenangkan Seokjin yang nada bicaranya mulai meninggi.

"Aku tidak begitu mengenal mereka...kau juga jarang sekali bercerita tentang hubungan kalian"

"Maaf jika aku merasa ditinggalkan..."

Namjoon menunduk. Ia sadar ia telah merusak hari itu.

Seokjin menghembuskan napas melalui bibirnya. Berusaha menenangkan diri.

Kepalanya mendadak sakit. Ia memejamkan matanya erat.

"Kim Namjoon..."

Satu panggilan itu berhasil membuatnya ciut.

"Aku dan Taehyung hanya teman"

"Aku tidur di apartemennya karena sifatmu yang tidak tegas"

"Mengerti?" Seokjin menatap wajah Namjoon tajam. Rahangnya mengeras.

Namjoon menelan ludahnya kasar, mengangguk tapi tidak berani menatap matanya.

Seokjin kembali menghembuskan napas melalui bibirnya.

"Sudah ya Namjoonie...."

"Pertengkaran ini benar-benar menguras tenagaku..." Suaranya melemah.

Namjoon mengangkat kepalanya perlahan dan menatap pria di hadapannya.

Raut wajah yang menyeramkan itu berubah menjadi lemah.

"Ini tidak baik..." Pikirnya panik.

"Sayang..."

"Kita makan sekarang?" Seokjin tersenyum menarik tangan Namjoon menuruni tempat tidurnya.

"Akh....." Seokjin menopang kepalanya dengan satu tangan. Satu tangannya lagi mencari tempat untuk berpegangan.



BRUK!



Ia pun ambruk ke lantai.

"Shit!"

"Sayang!"

"Seokjinnie!!"

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang