Chapter 16 : Tear

173 15 1
                                    



Sore itu Namjoon tengah berada di rumahnya. Duduk di depan meja makan sambil memandangi cangkir kopinya.

"Hyung...hellooo..." Jimin melambaikan tangan ke hadapan wajah kakaknya yang sedari tadi melamun.

"Eh..ya Jimin-ah..kau bertanya apa tadi?"

"Kalian mengobrol apa saja kemarin? Apa Jin hyung sudah bercerita banyak tentang kehidupan pribadinya?"

"Sudah..bahkan ada kehidupan lainnya yang jelas-jelas terpampang di depan mataku sendiri" Ingatannya kembali pada peristiwa mengejutkan tadi pagi.

"Kim Taehyung" Jawabnya singkat sambil masih menunduk memandangi cangkirnya.

"Kim Taehyung?! Jin hyung pernah berpacaran dengan Kim Taehyung?" Jimin membelalakan matanya.

"Iya..kenapa Jimin-ah?" Jawabnya datar.

"Hyungggg....sainganmu berat sekali.." Jimin mengambil ponselnya, mengetikkan nama itu di situs pencarian dan memberikannya pada Namjoon.

"Shit! Ini Kim Taehyung?!" Namjoon ikut membulatkan mata dan bibirnya sambil memandang adiknya.

"Woaahhhhh.....sepertinya aku akan butuh usaha extra Jimin-ahhhh..." Namjoon tertawa getir sambil menopang kepalanya ke belakang dengan kedua tangannya.

"Hyuungggg....percaya dirilaahhh....Jin hyung sudah banyak melakukan hal-hal yang lebih dari seorang teman" Jimin tersenyum sambil menepuk-nepuk sepeda baru Namjoon.

"Walapun Kim Taehyung jauh lebih tampan darimu, kaya raya dan seorang model skala internasional..." Jimin menambahkan.

"Yaaahhhhh!" Sendok kecil itupun melayang ke arah Jimin yang berlari kembali ke kamarnya.

Tapi bukan itu yang sekarang jadi masalah utama Namjoon. Ia sangat mengkhawatirkan pria kesayangannya.

Berkali-kali ia membuka ponselnya, gelisah menunggu kabar.

Namjoon tidak langsung pergi setelah Seokjin mengusirnya tadi pagi.

Ia menunggu diam-diam di balik tangga unit apartemennya.

Dan apa yang ia lihat beberapa saat kemudian itu benar-benar menyulut emosinya.

Seorang pria yang terlihat seumuran dengannya menjemput wanita cantik itu.

Bisa dipastikan bahwa ia bukanlah ayah Seokjin.

Mereka hendak berjalan keluar ketika Seokjin mencoba menarik lengan ibunya, tapi wanita itu malah menampar pipi anaknya dan laki-laki itu ikut mendorong tubuhnya hingga terjatuh.

Kemudian laki-laki itu merangkul ibunya dan pergi meninggalkannya.

Tak lama pintu unit apartemen itupun dibanting hingga suaranya menggema di sekitar lorong.

Namjoon hanya bisa membatu, bingung harus berbuat apa.


"Damn it Kim Namjoon! Kenapa kau lemah sekali! Harusnya kau menghampiri Seokjin dan menenangkannya!" Sesal Namjoon.

Jam menunjukkan pukul setengah 3 pagi, dan Namjoon masih berguling-guling di tempat tidurnya.

Seokjin belum menghubunginya seperti janjinya tadi pagi.

Sesekali ia membuka ponselnya, nama Seokjin hyung sudah di depan mata tapi ia tidak punya keberanian untuk menyentuhnya.

Ia pun menarik selimutnya sampai ke kepala dengan kesal.

"Mungkin besok akan lebih baik" Harapnya sambil memejamkan mata, berusaha untuk tidur.



Suara deru mobil terdengar samar-samar dari kamarnya, Namjoon membuka kembali selimutnya, terduduk dan mendengarkan dengan seksama.

Suara mobil yang ia kenal dengan baik.

Ia berlari ke pintu belakang ketika mendengar suara pintu mobil dibuka dan ditutup.

Tangannya segera menggapai pintu dan membukanya.

"Hallo...." Sapa pria itu tersenyum lemah sambil melambaikan tangannya.

"Goshhh...hyunngggg......aku menunggu kabarmu dari tadi...kau tak apa-apa?"

"Ayo masuk hyung...badanmu menggigil"

Namjoon merangkul Seokjin dan membawanya masuk.

"Kubuatkan teh hangat ya...duduk dulu hyung..." Keduanya masih berada di dapur.

"Namjoonie~~~" Seokjin bersuara ketika Namjoon hendak melepaskan rangkulannya.

"Hyung....." Tubuhnya beranjak ke hadapan Seokjin ketika ia merasakan suaranya bergetar.

Ruangan itu gelap tapi Namjoon bisa melihat jelas pria di depannya..bibirnya melengkung, bulir air mata pun mulai menetes, ia meringis menahan isakannya tapi usahanya malah makin membuat air matanya jatuh lebih deras.

"God....hyung......" Namjoon menarik tubuhnya, mendekapnya erat.

Isakannya semakin kencang, napasnya tak beraturan, tubuhnya bergetar hebat.

"Sshhhhh....tidak apa-apa..menangislah hyung...aku disini...aku disini..." Namjoon mengeratkan pelukannya.

Dadanya seperti dihujam berbagai benda tajam. Sakit.

"Namjoon-ah..jangan lihat..aku malu..." Seokjin melonggarkan pelukannya sambil menyeka hidungnya.

"Hyung....semua orang menangis...tidak apa-apa..." Namjoon merengkuh kedua lengannya, menundukkan kepalanya memandang lekat pria cantik dan rapuh di hadapannya.

Seokjin menggeleng dan menutupi wajahnya.

"D-disini hanya ada tissue dapur" Namjoon menggapai tissue dapur itu dari kitchen counternya dan menyerahkannya pada Seokjin.

Seokjin mengambilnya, menepuk-nepuk wajahnya yang basah.

"Anggap saja aku ayam yang habis dibersihkan.." Seokjin tertawa..sedetik kemudian kembali terisak.

"God...hyung...kemarilah.." Namjoon kembali memeluknya erat. Mengusap lembut punggungnya dan menciumi pucuk kepalanya, menunggu tangisannya sampai benar-benar reda.

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang