Lima belas menit berlalu dengan posisi mereka yang masih sama.
Cengkraman tangan Seokjin mulai melemah. Napasnya pun mulai teratur."Namjoonie...." Ia bersuara pelan.
"Hyung?"
"Kenapa detak jantungmu kencang sekali? Aku bisa mendengarnya dari sini.." Seokjin memejamkan matanya sambil tersenyum.
Namjoon hanya bisa tersipu dalam kekhawatirannya.
"Sudah berkurang sakitnya hyung?" Ia merendahkan kepalanya untuk melihat kondisi Seokjin.
Wajahnya pucat, bibirnya kering, kantong matanya semakin jelas, butiran keringat bercucuran membasahi wajah cantiknya.
Seokjin membuka matanya, tersenyum dan menatap wajah Namjoon.
Ia mengangguk.
Namjoon membuang napas lega. Matanya berkaca-kaca.
"Hyung...kau membuatku khawatir setengah mati!" Ia mengacak-acak rambutnya sendiri.
Seokjin mengambil tangan itu dan mengecupnya lembut.
"Terima kasih Namjoonie...maaf ya kau harus melihatku seperti ini..."
"Aku sayang sekali padamu Seokjinnie...aku jatuh cinta padamu.." Suara Namjoon bergetar.
Seokjin pun memeluknya erat. Mengecup kepalanya.
"Kukira kau tak akan pernah mengatakannya..." Ucapan itu tenggelam di ceruk leher Namjoon.
"Aku juga Namjoonie...aku juga...."
Namjoon melonggarkan pelukannya. Merengkuh lengan Seokjin dan menatapnya lekat-lekat.
"Kau apa Seokjinnie?" Matanya membulat.
"Aku juga sayang padamu Namjoonieeee..." Jawabnya sambil tersenyum lemah.
Keduanya berpandangan. Namjoon menarik dagu Seokjin dengan jarinya dan mencium bibirnya lembut.
"Namjoonie..."
"Y-ya hyung?"
"Kita masih di depan toilet..."
Namjoon mendengus..disusul dengan tawa. Digendongnya tubuh ramping itu ke kamar.
"Ganti bajumu dulu ya...nanti masuk angin"
"Kuambilkan piyama ya.." Namjoon berbalik membuka lemari pakaian Seokjin dan mengambil piyama biru.Namjoon membelalakan matanya ketika hendak menyerahkan piyama itu.
Seokjin sedang berdiri membelakanginya dan membuka pakaiannya.
"K-kuletakkan disini ya.." Namjoon meletakkan piyama itu di sisi tempat tidur Seokjin dan memutar badannya.
Seokjin kembali meringkuk di atas tempat tidurnya.
Tak lama suara bel pintu pun berbunyi.
Dokter muda itu masuk dengan terburu-buru.
"Hyung..kau pucat sekali.." Ucapnya sambil menyiapkan suntikan.
"Kau lama sekali Yoongiyaaa..."
Namjoon melirik ke arah vial yang barusan digunakan dokter Min untuk menyuntik Seokjin.
Antidepressant.
"Sudah berapa lama ini terjadi Yoongi-ssi?"
Namjoon dan Yoongi berbincang-bincang di lobby apartemen setelah meninggalkan Seokjin untuk beristirahat."Jin hyung...dia tidak pernah bercerita banyak tentang kehidupannya" Dokter itu mulai bercerita.
"Kau tahu apartemen itu pernah hampir kebakaran?"
Namjoon membelalak dan menggeleng.
"Seokjin dan adiknya tidak pernah terpisahkan, mereka tadinya tinggal bersama disini dan selalu saling melindungi..terutama dari keluarganya sendiri"
"Waktu Jungkook mendapatkan beasiswa dan harus pindah ke luar kota, Jin hyung bingung ia harus merasa senang atau sedih"
"Sampai akhirnya Jin hyung memutuskan untuk melepaskan Jungkook dan tinggal sendiri"
"Ia banyak melamun, hasilnya...ia lupa mematikan kompor waktu memasak dan ketiduran"
"Ia mengalami luka bakar di tangannya"
Namjoon terkejut dengan cerita dokter itu.
"Kenapa ia tidak minta bantuan?" Tanya Namjoon bingung.
"Hahaha....jangan harap kata-kata itu ada di hidupnya. Jin hyung dipaksa untuk mandiri sejak kecil, hidupnya hanya untuk menjaga adiknya"
"Baru hari ini sepertinya ia meminta bantuanmu membeli obat bukan?""Kau benar....." Namjoon mengingat-ingat..selama ini Seokjin yang selalu membantunya.
"Ternyata itu bukan hanya karena dia menabrakku"
"Tapi aku tidak pernah melihat bekas lukanya"
"Yaahhh...dia seorang model Namjoon-ssi...ia harus berhenti dari dunianya sementara untuk menjalani operasi plastik"
"Ini kedua kalinya ia sakit hingga seperti ini"
"Dan obat yang kusuntikkan tadi hanya dosis kecil untuk membantu menenangkan pikirannya"
"Namjoon-ssi..." Yoongi menatapnya serius.
"Tolong bahagiakan Jin hyung...ia teman baikku"
"Ia tidak banyak memiliki teman dan untuk masalah keluarganya, kumohon jangan jadikan itu alasan untukmu menjauh"
Namjoon menggeleng kuat-kuat.
"Tidak sama sekali Yoongi-ssi...itu malah menjadikan alasanku untuk selalu ingin melindungi dan terus berada di sisinya"
Yoongi tersenyum puas mendengar jawaban Namjoon.
"Dan satu lagi...tolong panggil aku hyung saja...aku tidak setua itu" Dokter itu menarik bibirnya dan mengerutkan keningnya.
"Ah..haha...iya...terimakasih hyung..." Namjoon tertawa canggung sambil mengusap tengkuknya.