From : Eomma
'Yyaaahh....kau mengganti password apartemenmu anak kurang ajar?!'
'Dimana kau Seokjin-ah? Aku sudah berdiri disini berjam-jam!'
'Ah sudahlah. Tidak bisa diandalkan!'
From : Appa
'Dimana ibumu Jin?'
'Kau dimana? Appa mencoba menghubungimu dari tadi'
'Jangan mencoba melindungi wanita jalang itu Jin-ah!'
'Ah....appa baru ingat....ia ibumu..aku mungkin saja bukan ayahmu hahaha'
'Baiklah..terserah kalian saja!'
"Aku butuh udara segar Namjoonie..."
Seokjin bangun dari tempat duduknya, mengambil kartu, tersenyum pada waiter di depannya dan meletakkan tip yang lumayan besar ke atas nampan yang sedang dipegangnya.
"Terimakasih tuan Kim" Sang waiter membungkuk sopan kepada kedua pria yang beranjak meninggalkan restoran itu.
Namjoon berlari kecil mengejar Seokjin yang telah berjalan mendahuluinya.
Langkahnya sembarangan. Hampir saja ia menabrak seorang customer saat melewati pintu keluar.
Ia menyebrangi jalan kecil dan terus berjalan menuju sebuah taman.
Namjoon mengikutinya panik, terdiam tak berani berkata apapun. Hanya berjalan dan berjalan.
Seokjin membungkukkan badannya, meletakkan tangannya pada kedua lututnya.
"Seokjinnie~~~" Namjoon menopang kedua bahunya dan merendahkan tubuhnya.
"Namjoonie maaf...maaf...." Seokjin terengah-engah mengatur napasnya.
Ia pun berdiri tegak sambil memegang perutnya.
"Sayang.....sakit?" Namjoon semakin mengeratkan kedua tangan di bahu pria itu.
Seokjin menggeleng dan melambaikan tangannya.
Mencoba tersenyum sambil menghembuskan napasnya melalui bibirnya."Aku tidak akan rela memuntahkan makanan mahal itu demi mereka" Akhirnya ia berbicara sambil terkekeh.
"Seokjinnie~~~" Namjoon tersenyum miris.
"Aku benci orang tuaku Namjoonie....aku benci mereka yang selalu mencariku dan menjadikan aku sasaran akan kesalahan mereka sendiri"
"Aku tidak memilih untuk lahir dari mereka"
"Mereka tidak membesarkan aku dan adikku layaknya orang tua baik lainnya"
"Aku benci mereka!" Teriakan Seokjin tercekat saat Namjoon menariknya kedalam pelukan.
Napasnya berderu tak karuan. Bahunya naik turun dengan cepat. Tubuh rampingnya bergetar hebat. Tapi ia tidak menangis.
"Seokjin lebih kuat sekarang..." Pikir Namjoon mengusap-usap punggung dan kepalanya.
Getaran hebat tubuh itu perlahan mereda, napasnya teratur kembali.
"Lega rasanya...." Seokjin mendengus dalam pelukan kekasihnya.
"Namjoonie......terima kasih sudah ada untukku..." Ucapnya tenang.
Pria tegap itu mengecup pucuk kepalanya lembut.
"Aku tidak mau pulang...." Seokjin melonggarkan pelukannya.
"Kau selalu punya rumah kedua Seokjinnie...." Namjoon tersenyum, menarik kedua tangannya dan mengecupnya.
"Kita pulang sekarang?"
Seokjin tersenyum dan mengangguk perlahan.Mereka pun tiba di rumah Namjoon lewat dari tengah malam.
Lampu mereka masih menyala. Jimin masih menonton televisi dengan sebuket ayam di pangkuannya.
"Bagaimana kencannya?" Ia segera berdiri dan menyambut kakaknya, senyum lebar terpasang di wajah lucunya.
"Luar biasa...." Seokjin merangkul pinggang Namjoon dan tersenyum pada pria tampan itu.
"Aahhhhh....kalian berdua ini.....aku harus buru-buru cari pacar" Jimin merengek sambil melompat-lompat kecil.
Keduanya hanya bisa tertawa melihat tingkah lucu adiknya.
"Kami tidur duluan ya Jimin-ah..." Seokjin berjalan menuju kamar Namjoon.
"Nee.....jangan berisik ya hyung..."
PLOK
Sebuah jitakan dari kakaknya mendarat di kepala Jimin.
"Namjoonie...."
"Hmm?"
"Happy Birthday..." Seokjin menadahi sebuah kotak hitam dengan pita berwarna biru muda dengan kedua tangannya.
Namjoon yang sedang mengganti baju berjalan menghampiri Seokjin yang duduk bersila di tengah tempat tidurnya.
"Apa ini Seokjinnie?" Namjoon mengulurkan tangannya untuk mengambil kotak itu.
"Hadiah kecil..." Seokjin tersenyum.
Namjoon membuka kotak itu dan memandangi isinya. Sebuah jam tangan yang ia suka sejak lama.
"Sayang......ini mahal...." Namjoon melengkungkan bibirnya menatap Seokjin.
"Tapi ini ulang tahunmu Namjoonieee..."
"Aku ingin malam ini spesial...tapi ternyata tidak...jadi...sepertinya hanya ini yang bisa kuberi..."
"Maaf ya kencan pertama kita ini buruk.." Ia menundukkan kepalanya sambil memainkan selimut yang menutupi kakinya.
"Hey....hari ini aku bersama dengan pria yang luar biasa indahnya...melihatnya terus menerus tertawa...makan dengan lahap...dan....terbuka dengan emosinya".
Namjoon meletakan kotak itu dan mengambil kedua tangan Seokjin, menggenggamnya erat.
"Aku yang harus berterimakasih padamu Seokjinnie..."
"Terimakasih atas kencan yang indah malam ini..."
"Dan....film horrornya..." Namjoon tersenyum memamerkan dimplenya.
"Yyaaahhhhhhhh....." Seokjin kembali tertawa dan memukul bahu Namjoon.
"Nah....inilah Kim Seokjin yang kukenal..."
"Tolong...jangan pernah memendam perasaanmu lagi Seokjinnie...sekarang kau punya aku...okay?".
Namjoon memiringkan kepala dengan senyum manisnya yang masih melekat.
Seokjin mengangguk dan mengelus pipi berdimple itu dengan ibu jarinya.
"Aku sayang sekali padamu Namjoonie...."
"I love you more Seokjinnie..."