Chapter 8 : He's Special

209 24 1
                                    




Namjoon mengajak Seokjin ke belakang toko bunganya.
Pintu belakang toko itu menuju taman kecil berhiaskan beberapa tanaman bunga dan bonsai.
Di hadapannya terdapat pintu kayu berwarna coklat.
Namjoon membukanya dan mempersilahkan Seokjin masuk.
Seokjin membungkuk kecil dan melewati Namjoon.
Pandangannya masih berkeliaran menelusuri ruang demi ruang di rumah kecil itu.
Matanya berbinar sambil kedua tangannya masih membawa bungkusan dari patisserie tadi.

"Hyung?" Namjoon tersenyum sambil melambaikan tangannya di depan wajah polos itu.

"Woaahhhh...." Pria cantik itu akhirnya mengeluarkan suara.

"Ini boutonniere, anniya?" "Ini buket buatanmu Namjoonie? Woahhh harumnyaaa"

"Ini flower crown?" Seokjin tidak bisa menyembunyikan kebahagiannya berada di tengah ruangan penuh dengan bunga dan hiasan-hiasan.

"Cantiknyaaa...." Seokjin mengambil flower crown itu dan memakainya. Namjoon hanya bisa tersenyum geli melihat tingkah pria yang lebih tua itu.

Ia.....berbeda....

"Aishhh...maaf yaa...aku norak ya." Seokjin terkejut dan melepaskan flower crownnya kemudian tertawa melihat Namjoon yang tengah memperhatikannya.

Namjoon berjalan menghampiri Seokjin dan mengenakan flower crown itu kembali ke atas kepalanya.

"Yeppeoda....."

BLUSH

"Ya Tuhan Kim Seokjin...apa yang sedang kau pikirkan." Umpat pria cantik itu dalam hati.
Jarak mereka hanya beberapa senti.
Seokjin hanya berharap pria di depannya tidak bisa mendengar degup jantungnya yang hampir meledak keluar.

"I-ini bonsai-kah?" Ia mengalihkan perhatiannya pada pohon mungil di sebelahnya.

"Aa....ini bonsai kesayanganku hyung...namanya jjin-jjin." Namjoon tersenyum lebar sambil memperlihatkan bonsainya.

"Ha? Kau menamai bonsaimu?" Seokjin mendekat sambil menyentuh ujung pohon itu. Bibirnya mengerucut kecil.

"N-ne..." Namjoon bersumpah jika pria ini bukan orang yang baru sehari ia temui, ingin sekali ia mengecup bibir pink yang penuh itu.

"Waaa....kau pasti sayang sekali pada bonsaimu ini yaa..." Seokjin tertawa memecah awkward silent di ruangan itu.

"Oh..hampir lupa...aku membelikan beberapa roti dan cake Namjoon-ah." Ia langsung bergegas menuju kantong belanjaan dan mengeluarkan isinya.

"Dimakan ya Namjoon-ah...untuk Jimin juga...semoga kalian suka." Seokjin meletakan roti dan cake tersebut di atas piring kecil yang dilihatnya di meja makan.
Namjoon yang masih terpaku hanya bisa bisa mengangguk patuh.

"Ah...aku lancang ya memakai dapurmu." Seokjin meringis.

"Jangan minta maaf." Namjoon langsung memotong kalimat Seokjin dengan telunjuk yang hampir mengenai bibirnya.

"Hyung....aku hanya luka kecil, demamnya pun sudah hilang..kenapa kau baik sekali?"
"Jangan sampai merepotkan hyung.." Namjoon memiringkan wajahnya, tersenyum dan memamerkan dimplenya.

"Aku benar-benar merasa tidak enak Namjoon-ah...dan kita melupakan sesuatu tahu....kain-kain dan pitamu rusak semua." Seokjin menepuk kening dan menutupi wajahnya perlahan dengan telapak tangannya.

"Oh tidak hyung....bahan-bahan itu harus aku pakai untuk menghias cafe tuan Lee hari Sabtu ini." Namjoon yang sama-sama tersadar mengerang dalam kepanikannya.

"Hyung bolehkah..." Ucapannya terputus ketika Seokjin sudah terlebih dahulu mengambil kunci mobilnya.

"Aku yang akan berbelanja...kau catat apa saja yang dibutuhkan"

Namjoon masih terbengong melihat Seokjin yang tiba-tiba berubah kembali menjadi serius.

"Namjoon-ahh....ppalli!"

Sungguh....pria cantik ini telah membuat Namjoon terkesima.

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang