Chapter 21 : Pain

204 20 1
                                        




"Kau yakin Jin hyung baik-baik saja hyung? Tanya Jimin khawatir.

"Dia seperti dua orang yang berbeda Jimin-ah.."
"Ia berlari tanpa ba bi bu ke tengah jalan" "Ke tengah jalan Jimin-ah...bagaimana jika..."

Suara Namjoon tercekat di tenggorokannya.

Jimin langsung memeluk kakaknya.

"Aku harus bagaimana Jimin-ah...." Ucapnya lemah.

"Ingat waktu aku bilang untuk menjaga Jin hyung? Ini yang aku takutkan hyung..."

"Jin hyung sepertinya banyak memendam masalahnya sendiri"

Namjoon tertegun mendengar ucapan adiknya. Hatinya sakit karena tidak bisa melindungi pria kesayangannya.




Seokjin yang masih meringkuk di tempat tidurnya meremas erat perutnya.

Ia mengambil ponselnya dan berusaha mengetik pesan pada Min Yoongi.

'Yoongiyaaa....help....'
'Maagku kambuh dan obatku habis..'
'Sekarang perutku mual sekali...'

'Hyung....aku harus operasi sebentar lagi'
'Minta tolong Namjoon untuk membelikan obatmu ya..'
'Aku akan kesana segera setelah selesai...tidak lama kok'

Seokjin pun mencari kontak Namjoon dan meneleponnya.

"Hyung?"
"Namjooniee..."
"Hyung kau kenapa? Sakit?"
"Obatku habis....maagku kambuh...bisakah..."
"Akan segera kubelikan...tunggu sebentar ya hyung..."
"Aku kirimkan nama obatnya di chat yaa.."



"Hyung mau kemana?" Jimin terkejut melihat kakaknya panik dan pergi terburu-buru.

"Jin hyung sakit Jimin-ah..aku akan membelikan obat dan pergi ke apartemennya"




"Aaarrgghhhhh...." Seokjin mengerang menahan rasa sakitnya.

Selama photoshoot kemarin jadwal makan dan istirahat Seokjin tidak teratur.

Kenangan buruk keluarganya kembali menghantui pikirannya.

Seokjin tidak mampu menahannya lebih lama lagi. Ia bangun, membekap mulutnya dan berjalan lunglai menuju toilet.

~~UGHH~~~ UHUUKKK UHUKK~~~~

Tidak ada yang keluar dari mulutnya, hanya air berwarna kekuningan.

Seokjin belum makan apa-apa dari kemarin siang.

'Namjoonie...aku lupa...ini password unitku yaa...120420' Dengan emoticon hati di akhir pesannya.

Namjoon tersenyum membaca pesan itu, menekan kode kombinasi dan membuka pintunya.

~~UURRGGHHHH~~~~~

Suara mengerikan terdengar dari dalam toilet yang tidak tertutup rapat.

Namjoon berlari menuju arah suara itu.

Seokjin terlihat sangat menderita. Tubuh kecilnya berlutut.
Satu tangannya meremas perut dan satunya lagi menahan di pinggiran kloset.

"Namjoonie...jangan lihat....ugh..uhukkk"

Seokjin kembali memuntahkan isi perutnya yang kosong.

"Hyung~~~~~~" Dadanya bergemuruh.

Hatinya seperti ditusuk banyak benda tajam. Namjoon mematung menatap pria kesayangannya itu.

Tangannya terkepal erat di samping badannya.

Seokjin menyalakan flush dan berdiri menuju washtafel untuk mencuci mulutnya kemudian berbalik dan mengerang.

Namjoon segera menangkap tubuhnya yang merosot ke lantai.

Tangan kirinya menopang tangan kecil Seokjin sementara tangan kanannya membuka bungkus obat dan menyuapkannya pada Seokjin.

"Hyung....ini..."

Seokjin membuka mulutnya dan mengunyah tablet besar itu.

"Kuambilkan air minum ya.." Namjoon hendak berdiri saat tangan kecil itu mencengkram lengan kirinya.

Remasan tangan kanan pada perutnya terlihat menguat.

"Jangan..." Seokjin menggeleng pelan.

"Kugendong ke tempat tidurmu yaa.." Namjoon semakin khawatir.

"Sakitt....sakiittttt...." Seokjin mulai terisak.

"Baiklah...baiklah....kita disini saja yaa...."

Namjoon membenamkan Seokjin ke dadanya, mengelus punggungnya perlahan dan menciumi kepalanya lembut.

"Aarrrghhhh...." Seokjin mengerang lemah sambil terisak, cengkramannya mengeras hingga lengan Namjoon merah, tapi ia tak peduli.

Tubuh Seokjin bergetar dan basah oleh keringat, napasnya tak beraturan.

"Ssshhh...sshhhh....aku disini...aku disini Seokjinnie..."

Namjoon mengeratkan pelukannya. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk menenangkan Seokjin.

Hatinya sakit sekali melihat pria itu begitu lemah dan menderita.

Jantungnya berdegup kencang karena khawatir.

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang