Dua hari berlalu tanpa kabar.
Malam itupun hujan deras.
Seperti biasa Namjoon memikirkan kata-kata adiknya. Dan itu selalu membuatnya tidak bisa tidur.
'Namjoonie...'
Sebuah pesan singkat muncul di ponsel Namjoon.
Ia meliriknya. Enggan untuk membukanya.
Lebih tepatnya ia tidak lagi memiliki kepercayaan diri seperti sebelum-sebelumnya.
'Sayang...kau masih marah?'
Satu pesan singkat pun muncul lagi.
"Aahhhh.....bagaimana aku bisa marah kepada orang yang paling kusayangi dengan segala yang kupunya"
'Sayang kau dimana? Apakah kau baik-baik saja?'
Satu pesan lagi muncul.
Akhirnya Namjoon membuka ketiga pesan itu dan membalasnya.
'Maaf Seokjinnie...aku tidak sempat mengecek ponselku'
'Aku tidak marah sayang...'
'Hanya butuh waktu untuk berpikir sebentar' Kalimat terakhir itu diikuti dengan emoticon smile.
'Berpikir tentang apa Namjoonie?'
Balasan itu datang dengan cepat.
Seokjin yang penasaran lalu menelepon Namjoon. Tapi ia tidak menjawabnya.
Namjoon duduk di sisi tempat tidurnya. Menopang kening dengan kedua tangannya.
"Aku harus bagaimana sekarang" Separuh hatinya merasa sangat bersalah telah mengabaikan panggilan Seokjin.
Sementara separuhnya lagi tetap dengan ketidak percayaan dirinya.
TOK TOK
TOK TOK
Namjoon mendongakkan kepalanya.
"Dasar keras kepala..." Ia mendengus dan berlari menuju pintu belakang rumahnya.
Benar saja dugaannya, Seokjin basah kuyup menunggu dengan piyama dan tangan terlipat.
Ia menggigil kedinginan.
"Astaga sayang....kau bisa sakit" Namjoon menarik lengannya masuk.
"Aku tidak punya payung hehe..."
Keduanya telah berada di kamar Namjoon.
Seokjin mengganti bajunya dengan kaos kebesaran milik pria kesayangannya.
Sebuah selimut tebal melingkar di punggungnya.
"Kubuatkan teh panas ya.." Langkah Namjoon terhenti ketika tangan yang dingin itu menarik ujung bajunya.
"Kau kenapa Namjoonie?" Wajahnya sedih sekali.
"Seokjinnie..." Namjoon menghela napas panjang sebelum memulai kalimatnya.
"Aku merasa......tidak pantas untukmu...." Ia menunduk sambil memainkan jari-jari tangan Seokjin.
"Kau tahu...jarak antara kehidupanku dan kehidupanmu besar sekali..."
"Kau seorang model yang tak kekurangan apapun...sementara aku hanya pemilik toko bunga sederhana dengan penghasilan yang jauh lebih rendah dibanding denganmu"
"Aku tidak akan bisa membalas apa yang telah kau beri selama ini Seokjinnie..."
Namjoon mengangkat wajahnya ketika tidak mendengar balasan dari Seokjin.
Seokjin terdiam memandangi pria di hadapannya. Wajahnya pucat.
"K-kau....akan memutuskan aku Namjoonie?"
DEG
Demi Tuhan pertanyaan itu sama sekali tidak terpikirkan akan keluar dari mulut Seokjin.
"S-Seokjinnie...a-aku..." Namjoon terbata. Bingung harus menjawab apa.