Hari Minggu pagi itu cerah.
Namjoon bangun setelah malam tadi ia dan Jimin tak henti-hentinya membahas momen "istimewa" itu.
Bagaimana Seokjin saat berada di antara teman-temannya, perlakuannya kepada Taehyung, sampai wangi parfumnya.
Pria itu benar-benar membuatnya rendah diri.Ia pun keluar menuju dapur dan membuat kopi. Duduk dan menyeruputnya.
Kopinya hampir tersembur ketika ia mendongak dan melihat Seokjin yang sedang berdiri di ambang pintu belakang rumahnya.
"H-hyung...sejak kapan kau disana?" Namjoon gelagapan.
"Namjoon-ahhh....pakai bajuuuu" Seokjin sontak menunduk dan merapatkan matanya.
"Sedang apa kau disini Seokjinnie?"
Namjoon menutupi badannya dengan serbet dapur.
"Membuang sampah dapurmu hahahahahaa..."
Seokjin terbahak-bahak melihat Namjoon yang sedang menarik-narik serbet itu hingga menutupi lehernya."Oleh-oleh untukmu ada yang terbawa olehku.." Seokjin berjalan menuju ruang tamu setelah mencuci tangannya.
Namjoon hanya menatap mengikuti langkahnya tanpa beranjak.
"Inii..ini...lucu sekali makanya aku membelinya" Seokjin mengeluarkan bonsai mini itu dari tas kecilnya.
"Woaahahahaha.." Namjoon sontak berdiri dan berlari menghampiri Seokjin.
"Kiyoowoooooo...." Matanya berbinar sambil menadahi pohon mungil itu dengan kedua tangannya hati-hati.
Hening
"Hyung?" Namjoon terkejut melihat wajah Seokjin yang memerah.
Jemari Seokjin bergerak perlahan ke arah dada bidang di hadapannya.
Namjoon tersentak saat jari-jari lentik dan halus itu menyentuhnya.
"Hyungg...."
Seokjin mengangkat perlahan kepalanya. Mata sendu itu menatap lekat mata pria di hadapannya.
Namjoon merendahkan wajahnya.
Memandangi bibir pink tebal yang berada tidak jauh dari jangkauannya.
Meneguk ludahnya dengan susah payah.
Detak jantungnya tak beraturan.
"Hyung...bolehkah..."
Seokjin memejamkan matanya saat wajah mereka semakin mendekat.
BRAKKK
"Hyunggg...ada apa pagi-pagi kau berteriak-teriak...." Jimin keluar dari kamarnya dengan muka bantal dan matanya yang masih menutup.
"Damn...aku lupa masih tinggal serumah denganmu bocah pendek" Namjoon menghela napas dan menengadahkan kepalanya.
Seokjin tertawa dan membalikkan badannya.
"Kita berjalan kaki tidak apa-apa? Tamannya dekat sekali kok dari sini.."
Namjoon mengajak Seokjin untuk sarapan di luar setelah Jimin mencurigai peristiwa yang terjadi barusan.
"Tidak apa-apa Namjoon-ah...aku suka berjalan kaki.." Jawab Seokjin tersenyum manis.
Mereka pun tiba di taman yang dimaksud.
"Woahhh...aku baru tahu disini ada taman bunga untuk umum"
Seokjin berputar-putar menjelajahi taman itu..duduk di bangku panjang..berlarian menghampiri bunga-bunga yang bermekaran.
"Ahahahahaha....aku memalukan ya Namjooniee"
Seokjin berlari menghampiri Namjoon sambil menutup mulutnya dengan satu tangan.
"Kiyowooo"
Namjoon menyambutnya dengan satu tangan dan satu tangan lagi memegang gelas berisi kopi dan hot chocolate.
"Hyung....lihat..." Namjoon mengelus punggung Seokjin dan menunjuk ke penjual makanan di tepi jalan.
"Hotteok!" Ayo kesana Namjoonieeee..." Seokjin menarik lengan bajunya.
Namjoon memesan makanan itu dan Seokjin menunggu tepat di belakangnya.
Tak lama terdengar suara teriakan orang- orang dari seberang jalan.
Namjoon menengok.
Seokjin sedang berlari menuju jalan raya.
Refleknya langsung berlari dan menangkap tubuh ramping itu, memutarnya menjauh dari jalan raya yang mulai ramai.
Bunyi klakson bergantian memenuhi jalanan.
"Hyung kau gila?!"
"Anak kucing Namjoonie...anak kucingnya!"
Seokjin masih meronta di pelukan Namjoon. Tubuh dan suaranya bergetar.
"Ssshhhh.....dia lari hyung...anak kucingnya berhasil melarikan diri dari jalan"
Sahut Namjoon mengeratkan pelukannya sambil menoleh ke arah anak kucing yang sudah menghilang ke dalam semak-semak.
"Benarkah?" Seokjin ikut menoleh.
"Benar hyung...dia lari ke semak-semak itu"
"Ahhh....syukurlahhhh..." Seokjin menunduk terkekeh sambil memegangi dadanya.
Namjoon masih membelalakkan matanya tidak percaya dengan apa yang dialaminya barusan.
"Siapa kau ini Kim Seokjin?"