Chapter 12

76 21 1
                                    

Tian Yao dan si iblis ular sepakat untuk bertemu di danau dekat pegunungan desa, pagi-pagi sekali esok harinya.

Tian Yao dan Yan Hui kembali ke halaman kecil itu saat senja. Tian Yao tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya mengurusi urusannya dan pergi ke kamar Nyonya Besar Xiao. Ia tetap berada di sisi sang nenek, baru kembali ke kamarnya sendiri di tengah malam.

Yan Hui sedang bermeditasi di ranjang. Ia berusaha keras untuk mendapatkan kembali sedikit napas internalnya, kalau-kalau terjadi sesuatu besok. Namun, di saat ia mendengar Tian Yao membuka pintu, ia masih belum mendapatkan apa-apa.

Yan Hui membuka matanya dan menghela napas kecewa. Berpikir tentang bagaimana dirinya yang menjadi tidak berguna sekian lama, ia pun berguling-guling marah di ranjang.

Tian Yao bersikap seolah ia tidak melihat apa pun. Ia berjalan mendekati meja, menuangkan secangkir teh untuk dirinya sendiri, dan menghabiskannya.

"Napas internalku! Kultivasiku!" Yan Hui berbaring di ranjang dan meratap. "Kenapa itu tidak kembali? Kenapa tidak mau kembali?!"

Barangkali, karena ratapannya terlalu menyebalkan, Tian Yao mengerutkan alisnya dan meliriknya.

Ia membuka mulutnya dan berkata: "Wuxing-mu adalah api. Bisa ular pada dasarnya bersifat dingin. Alaminya, itu akan menekanmu."

Ia selesai bicara dan menurunkan cangkirnya. Seperti biasa, ia berjalan ke pojokan dan duduk bersandar.

"Berhenti bicara. Tidurlah yang tenang."

Yan Hui membuka matanya.

Ia berbalik dan memandangi Tian Yao: "Kau masih tidur di sana malam ini?"

Tian Yao membalas tatapan Yan Hui. Cahaya kecil di meja, kebetulan terpantulkan di manik matanya yang hitam, seperti bintang-bintang.

"Kalau tidak?"

Yan Hui mengerutkan bibirnya: "Jika kau tidak punya wajah yang cantik, aku sudah mengubah wajahmu jadi bubur ratusan kali karena nada bicaramu."

Ia mengayunkan kakinya turun dari ranjang. Sembari memakai sepatunya, ia berkata: "Kemarilah. Kau tidur di ranjang malam ini."

Tian Yao mengernyit.

Yan Hui selesai memakai sepatunya dan langsung pergi ke sudut.

Ia berdiri di depan Tian Yao dan menatap ke bawah: "Apa, aku membiarkanmu tidur di ranjang, dan kau masih tidak puas?"

Tian Yao menyandarkan kepalanya di tembok dan memejamkan matanya.

Ia memasang ekspresi acuh tak acuh dan dengan kasar berkata: "Tidak mau."

Suara pukulan ringan memenuhi telinga Tian Yao.

Tian Yao membuka matanya. Ia melihat tangan Yan Hui menekan tembok di dekat telinganya. Yan Hui mengangkat tangan lainnya dan menepuk pundak Tian Yao sambil tertawa.

Luka yang didapatkannya pagi itu memancarkan rasa sakit dikarenakan tepukan Yan Hui yang sepertinya ringan. Namun, Tian Yao sudah lama tidak mengindahkan rasa sakit pada daging.

Ia mengerutkan kening dan hanya berkata: "Jangan sentuh aku."

Karena posisi ini membawa wajah Yan Hui dekat ke wajah Tian Yao, ia juga memalingkan kepalanya.

"Menjauhlah dariku."

"Kau bertingkah begitu pemalu, seolah kau sedang ditindas oleh seseorang ...."

Yan Hui sepenuhnya mengabaikan Tian Yao.

Dengan polosnya, ia berkata: "Aku juga tidak mau menyentuhmu, tetapi kau terluka karena menyelamatkanku hari ini. Itu membuatku seperti aku berutang budi padamu, tetapi kau masih tidur di pojokan. Sekarang, itu membuatku seakan sedang menganiaya dirimu. Meskipun biasanya aku sedikit sombong dan kasar, di dalamnya, aku gadis yang berhati baik dan lembut. Aku tidak suka berutang budi, dan aku tidak suka menganiaya orang. Sampai lukamu sembuh, aku akan membiarkanmu untuk tidur di ranjang."

Heart Protection [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang