Chapter 79

77 15 0
                                    

Tirai malam terangkat, dan fajar pun menghampiri. Tian Yao perlahan-lahan membuka matanya.

Burung-burung bernyanyi dan berkicau di kejauhan. Itu adalah pagi yang baru dan segar, yang sepertinya menyapu malam gelap nan suram. Ada rasa geli di wajah Tian Yao. Ia mengibaskannya ringan dan menemukan sehelai rambut hitam melingkar di jarinya.

Mata Tian Yao menjelajah ke atas menuju ke helaian rambut itu dan melihat dagu cerah dan bersih Yan Hui. Cahaya matahari menyinari wajahnya dengan hangat. Itu membuat seluruh tubuhnya tampak memancarkan kehangatan yang damai.

Punggungnya bersandar di sebatang pohon, kepalanya agak miring ke belakang, dengan mulut menganga. Napas Yan Hui pelan dan stabil, yang berarti ia sedang bermimpi dalam dan tenang. Tian Yao terkejut. Ia duduk tegak dan melihat ke sekitar. Ia benar-benar tidur sepanjang malam, menggunakan kaki Yan Hui sebagai bantalnya.

Pergerakannya mengejutkan Yan Hui hingga terbangun.

Tangannya pertama-tama menggapai udara dan setelahnya secara otomatis meraih tangan Tian Yao: "Ada apa? Apakah sakit lagi?"

Tian Yao memandangi tangan Yan Hui. Kemudian ia mengangkat kepalanya lagi untuk menatap wajah Yan Hui.

Ia menatap sekian lama ke Yan Hui yang bermata mengantuk.

Butuh beberapa saat sebelum ia benar-benar terbangun: "Matahari sudah terbit?"

Ia mengucek matanya.

"Akhirnya aku bisa tertidur."

Yan Hui meregangkan tubuh dan menggerakkan kakinya untuk bangun, ketika ia menahan erangan. Ia langsung memeluk kakinya dan tidak mengatakan sepatah kata pun.

Saat Tian Yao melihat itu, ia diam-diam berbalik dan berjongkok dengan punggungnya menghadap Yan Hui: "Naiklah."

Yan Hui menatap kosong ke arah punggung lebarnya. Namun, ia tidak berusaha untuk bersikap sopan, dan malah memanjat langsung ke punggungnya. Ketika Yan Hui melingkarkan tangannya ke leher Tian Yao, ia kebetulan melihat noda darah kering di pergelangan tangan Yan Hui. Noda darah itu berasal dari saat Yan Hui secara sembarangan menggigit dan melukai dirinya sendiri.

Tenggorokan Tian Yao tercekat dan tak ada sepatah kata pun yang dapat keluar.

Saat Yan Hui menyesuaikan dirinya, Tian Yao mulai berjalan dengan mantap. Mereka pun perlahan-lahan kembali.

Yan Hui berbaring di pundak Tian Yao yang sekarang sudah makin lebar.

Ia berkata dengan linglung: "Festival Bulan Musim Gugur kemarin ...."

Yan Hui memulai, tetapi kini berhenti untuk memikirkan tentang bagaimana mengucapkannya, supaya itu tidak menusuk luka Tian Yao. Tian Yao mendesaknya agar melanjutkan.

"Apa kau takut?"

"Tidak, sama sekali tidak," sahut Yan Hui. "Hanya saja ... apakah kau seperti itu setiap tahun di saat ini?"

"Sebelumnya bahkan lebih parah."

Tanpa diduga, Yan Hui tidak sanggup membalas perkataan itu. Ia terdiam sekian lama.

Kemudian, ia mengelus kepala Tian Yao: "Akan jadi lebih baik begitu kita menemukan jantung nagamu. Kita sudah dekat."

Yan Hui membelai kepalanya. Selama ribuan tahun Tian Yao hidup, sentuhan ini lebih lembut daripada angin musim semi mana pun yang pernah dirasakannya.

Oleh karenanya, di bawah sentuhan lembut Yan Hui yang tak bisa dipercaya, mata Tian Yao pun terkulai. Tatapannya melembut.

Meskipun itu sudah musim gugur, Tian Yao tidak merasakan kedinginan sedikit pun.

Heart Protection [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang