Chapter 29

99 21 1
                                    

Yan Hui merasa kalau hantu iblis rubah berekor tiga itu aneh.

Ia tidak berani bersikap ceroboh, jadi ia menghabiskan sepanjang sore mencari pohon dedalu yang jarang dikunjungi. Ia membuat susunan mantra di pohon itu.

Yan Hui duduk di tengah-tengah susunan mantra.

Ia menggosok-gosokkan tangannya: "Kau berjaga-jaga di perbatasan susunan mantranya. Kalau kau melihat iblis rubahnya sudah akan merasuki tubuhku, maka segera tendang batu yang ada di sampingmu. Yang cepat. Hantu iblis rubah itu mirip seperti arwah jahat sekarang. Jika aku dirasuki olehnya, maka kita berdua akan menderita."

"Aku tidak selambat dirimu."

Tian Yao jelas-jelas merasa kesal karena peringatan Yan Hui yang berulang-ulang.

"Ucapkan mantramu."

Mulut Yan Hui berkedut, tetapi ia tidak terus berdebat dengannya. Ia hanya memejamkan matanya dan dengan cepat melafalkan mantra rahasia. Hampir tidak ada waktu yang berlalu ketika sebuah aura hitam mulai terbentuk. Itu seperti api penyucian yang menghanguskan bumi.

Tian Yao tidak bisa melihat aura hitam tersebut, tetapi ia dapat merasakan suhu di sekitarnya mendadak turun.

Yan Hui begitu ketakutan akan aura hitam itu sampai-sampai ia tidak mau melanjutkan mantranya lagi. Perasaan ganas ini ... ia takut kalau iblis rubah ini sudah menjadi arwah jahat.

Tepat ketika Yan Hui mulai gemetar ketakutan dan menyerah dalam hatinya, iblis rubah itu mendadak muncul.

Roh tembus pandang iblis rubah itu melayang di udara. Tubuhnya tampak remang-remang dengan cahaya kemerahan. Rambutnya terurai dan acak-acakan; wajahnya pucat pasi dan cekung. Namun, mata iblis itu menyala dengan cahaya membunuh merah samar. Yan Hui pun mau tak mau tertelan dalam rasa takut melihat pemandangan itu.

Di dunia ini, siklus reinkarnasi bebas untuk dimasuki. Mereka yang memiliki kemauan kuat untuk tetap tinggal sebagai hantu, jumlahnya kurang dari satu di antara seribu. Dari hantu-hantu itu, yang menjadi arwah jahat, jumlahnya kurang dari satu di antara sepuluh ribu.

Selama hidupnya, Yan Hui sudah bertemu dengan banyak hantu, muda hingga tua. Beberapa meratap dan berduka. Beberapa suka mengerjai yang masih hidup. Tetapi ia belum pernah bertemu dengan hantu yang dapat menimbulkan ketakutan di hati tanpa sepatah kata pun sebelumnya.

Yan Hui melirik Tian Yao. Itu adalah pertanda untuknya agar bersiap kapan saja menendang batu yang menahan susunan mantranya.

Tentunya Tian Yao tidak memerlukan petunjuknya. Dari saat iblis rubah ekor tiga itu muncul, kakinya sudah diletakkan tepat di sebelah batu tersebut.

Meskipun beberapa orang akan menyebut Tian Yao sebagai arwah jahat, ia belum pernah melihat hantu sebelumnya. Saat iblis berekor tiga itu muncul, ia hanya merasakan firasat buruk. Aura hantu itu benar-benar pertanda buruk.

Iblis rubah itu mengabaikan Tian Yao dan mengarahkan pandangannya pada Yan Hui. Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun, atau bergerak sedikit pun.

Yan Hui pun terbatuk ringan dua kali.

Ia memeriksa dengan hati-hati: "Bagaimana kalau ... duduk dulu?"

Iblis rubah itu tidak bergerak.

Yan Hui tidak mendapatkan respon yang memuaskan.

Ia mengusap hidungnya: "Um, lalu, aku memanggilmu keluar hari ini karena aku ingin berbicara denganmu tentang pu—"

Yan Hui belum selesai bicara ketika angin jahat menyerang indranya. Iblis rubah itu tiba-tiba saja sudah bergegas ke depan wajah Yan Hui. Mata hitam iblis itu diwarnai dengan warna merah. Tatapannya yang berapi-api mengeras dan dengan paksa menekan Yan Hui. Bibirnya berwarna biru gelap, nyaris menghitam.

Heart Protection [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang