Chapter 65

66 17 0
                                    

Ketika mereka sampai di Qing Qiu, mataharinya sudah mulai terbit. Zhu Li segera membawa Pu Fang ke kediaman Pangeran Ketiga.

Alasan pertama adalah Pangeran Ketiga, Chang Lan, sakit-sakitan, jadi kediamannya dipenuhi dengan obat. Alasan kedua adalah murid Pu Fang sudah mengatur semuanya di sana.

Rombongan orang-orang itu bahkan belum sampai kediamannya ketika mereka melihat obor yang menyala di sepanjang jalannya. Itu adalah sang pangeran dan muridnya yang sedang menunggu mereka. Walaupun Pangeran Ketiga buta, indranya yang lain jauh lebih tajam ketimbang indra orang biasa. Rombongan itu masih jauh sekali ketika ia mencium bau darah.

"Pergi obati luka gurumu." Pangeran menginstruksikan si murid. "Cepat, bawa ia masuk ke dalam."

Anak lelaki itu langsung bergegas maju ke depan dan mengambil Pu Fang dari Zhu Li. Ia membawa Pu Fang masuk ke dalam dengan cepat.

Rombongan itu mengikuti di belakang Pu Fang. Yan Hui tetap di paling belakang dari rombongannya dan tidak berusaha untuk bergegas ke depan. Tampak seolah ia tidak cemas.

Tian Yao tetap di belakang bersama Yan Hui. Saat ini, tidak ada seorang pun yang memerhatikannya.

Hanya Tian Yao yang menatapnya: "Kau nyaris membuang nyawamu demi menyelamatkannya. Sekarang karena ia sudah selamat, kau tidak merasa khawatir?"

Yan Hui bahkan tidak menoleh untuk menatapnya.

Ia hanya mengucapkan kata-kata: "Pada akhirnya, itu semua tergantung pada takdir."

Kedengarannya sangat hambar dan kejam, tetapi dalam masa yang suram dan putus asa ini, tidak ada yang lebih nyata ketimbang kata-kata itu.

Yan Hui mempertaruhkan nyawanya demi penyelamatan yang bahkan mustahil untuk dilakukan.

Setelah jeda sebentar, Tian Yao berkata: "Yan Hui, kau memiliki hati yang baik."

Barulah kemudian, Yan Hui melirik Tian Yao: "Hanya malaikat yang memiliki hati yang baik. Aku tidak. Aku hanya memiliki sedikit rasa kemanusiaan, itu saja."

Kesombongan, keserakahan, iri hati, kebencian, impulsif, simpati, martir.

Bagi Yan Hui, ia tidak menganggap ia menjalani hidup yang lebih mulia daripada yang lainnya. Ia menjalani hidupnya seperti orang biasa, tidak dapat lepas dari hasrat dan emosi, tidak bisa membuang gaya hidup sombongnya. Ia hanya ingin menjadi orang biasa yang berbahagia.

Tian Yao terdiam menatap Yan Hui. Ia tidak berbicara lebih jauh.

***

Mereka mengobati luka Pu Fang selama tiga hari. Tidak ada muridnya yang lebih mumpuni daripada dirinya.

Pada akhirnya, kepala muridnya menangis di ranjang tempat Pu Fang terbaring sakit: "Hanya shifu yang bisa menyembuhkan dirinya sendiri ...."

Tetapi, mana bisa seorang tabib menyembuhkan dirinya sendiri.

Akhirnya, di hari keempat saat sinar mentari baru saja menerangi kamar itu, Pu Fang siuman. Ia melihat ke arah cahaya matahari yang masuk dari jendela. Di arah itu, terbentang pegunungan tempat Gunung San Chong berada. Ia menatap ke sana lama sekali sebelum akhirnya menutup matanya.

Tak lama kemudian, ia berhenti bernapas.

Pangeran Ketiga, Chang Lan, duduk diam di ranjang Pu Fang. Ia duduk diam di sana untuk waktu yang sangat lama. Pada akhirnya, ia mengizinkan Pu Fang untuk dimakamkan di gundukan tanah hijau.

***

Tian Yao dan Yan Hui menghadiri pemakamannya. Adat pemakaman Qing Qiu sangat sederhana. Peti matinya diturunkan ke dalam tanah, tanah ditumpuk di atas untuk menguburnya, dan satu batu nisan didirikan. Itu saja. Orang-orang yang datang untuk mengantar Pu Fang pun pergi satu per satu. Yang tersisa hanya Tian Yao, Yan Hui, dan Pangeran Ketiga, Chang Lan.

Heart Protection [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang