Chapter 47

60 18 0
                                    

Yan Hui berbaring di ranjangnya sepanjang malam. Rasa sakit di perutnya sedikit mereda. Pagi hari berikutnya, ia memakan sebuah man tou. Namun, tepat ketika ia akan memakan yang kedua, ia buru-buru menutupi mulutnya. Ia berlari, setengah membungkuk, ke baskom besar dan segera muntah.

Yan Hui merasa seolah isi perutnya berusaha untuk keluar secara paksa.

Pintu kamarnya terbuka dengan bunyi deritan. Itu adalah Tian Yao. Ia mendengar pergerakannya dari kamar sebelah.

Ia melihat Yan Hui muntah-muntah seolah ia mual-mual dan mengerutkan dahi: "Ada apa?"

"Jangan buat aku bicara."

Yan Hui selesai muntah-muntah. Ia mencengkeram perutnya dan dengan lemas duduk di lantai.

"Sakit perut."

Tian Yao duduk di sebelahnya. Ia menggenggam pergelangan tangannya dan memeriksa denyut nadinya.

Tian Yao lebih mengerutkan kening lagi: "Cederamu mengandung sihir."

"Yah, duh."

Yan Hui melepaskan tangan Tian Yao dan merangkak kembali ke ranjang.

"Kalau itu tidak ada sihirnya, maka aku sudah bisa memulihkan napas batinku sepanjang malam."

Selesai bicara, ia mengulurkan tangan ke arah meja untuk mengambil secangkir teh.

Tian Yao maju dua langkah ke depan dan tiba-tiba menekan tangan Yan Hui: "Tehnya tidak bagus untuk perut, tetapi kau masih berani meminumnya."

Yan Hui menatap Tian Yao dengan mata terbelalak.

Ia berkata dengan keheranan yang polos: "Tetapi aku haus."

Tian Yao mengabaikannya. Ia tidak mengatakan apa-apa, hanya merebut cangkir di tangannya dan membawa pergi man tou dari atas meja. Yan Hui tercengang.

Ia menggebrak meja: "Kembalikan. Buat apa kau membawanya pergi?"

Tian Yao bahkan tidak melihat ke belakang. Memegang makanan itu, ia membuka pintunya.

Ketika pintunya sudah hampir tertutup, barulah kemudian ia menoleh untuk melihat ke belakang pada Yan Hui: "Tunggu di sini."

Makanannya sudah dibawa pergi. Duduk diam menunggu di sini bukanlah gaya Yan Hui. Ia mencengkeram perutnya dan buru-buru mengejar Tian Yao.

Yan Hui mengejar Tian Yao sampai ke puncak tangga. Pria itu berbalik menatapnya. Barangkali, karena ia melihat Yan Hui tidak bermasalah dengan berjalan, makanya Tian Yao tidak memedulikan Yan Hui. Ia terus ke halaman belakang, memegang makanan tersebut dan masuk ke dapur.

Sarapan baru saja selesai. Para koki di dapur sedang mempersiapkan untuk makan siang. Belum ada yang menggunakan tungkunya. Tian Yao berjalan masuk dan dengan gerakan terlatih, menyibukkan dirinya dengan tempat penyimpanan panci dan wajan.

Yan Hui berpindah mendekat ke ambang pintu dan memperhatikannya. Ia melihat Tian Yao membuang tehnya dan mengesampingkan man tou tersebut. Ia mencuci beras dan kemudian menaruh panci berisi beras di atas tungku untuk dididihkan. Kemudian, dengan bagian belakang pisau, ia secara efisien menghilangkan duri di bagian belakang ikan.

Yan Hui mendengar pisaunya memotong dengan cepat di talenan selagi Tian Yao mencincang ikannya dengan beberapa potong jahe. Di panci air mendidih lainnya, ia merebus ikannya untuk menghilangkan bau amisnya. Kemudian, ia menciduk ikan cincang itu ke dalam panci berisi nasi mendidih. Tiga potongan daun bawang ditambahkan, dan setelahnya, Tian Yao mengaduk buburnya secara perlahan.

Pergerakannya cepat dan terampil. Masuk akal. Tian Yao menghabiskan sepuluh tahun tanpa sihir dan tinggal di sebuah desa pegunungan yang kecil. Tidak ada orang lain yang memasak dan bersih-bersih selain dirinya. Tian Yao harus melakukan segalanya seorang diri.

Heart Protection [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang