Chapter 7

98 22 1
                                    

Yan Hui tampak ketakutan saat ia menatap orang yang ada di atasnya. Ia hampir juling.

Setelah waktu yang lama, kekagetan ekstrimnya pun memudar, dan ia kembali tersadar. Ia mengatupkan giginya rapat-rapat, dan mulai meronta. Namun, ia tidak pernah menyangka bahwa A'Fu akan begitu kuat. Ia memeluk Yan Hui dengan erat, memerangkapnya dengan kuat. Kekuatan dari si pemuda kurus dan lemah ini, seperti ia sedang menggenggam kesempatan terakhir antara hidup dan mati. Itu membuat perlawanan Yan Hui benar-benar sia-sia.

Tetapi, di tengah-tengah perjuangan keras Yan Hui, gigi A'Fu menggigitnya. Yan Hui merasakan sakit yang menusuk dan kemudian, belah bibirnya terisi dengan bau darah.

"Sakit!" Yan Hui melepaskan jeritan kacau dari tenggorokannya.

Namun, setelah mencium bau darah itu, seolah-olah A'Fu jadi terprovokasi. Ia melepaskan giginya dan secara paksa menghisap luka di pinggir bibir Yan Hui. Tindakan inilah yang membuat gigitan A'Fu sepenuhnya berubah menjadi ciuman.

Walaupun ia hanya sedang menghisap darah, itu cukup untuk membuat Yan Hui mengamuk. Ia bisa mengabaikan sudah digigit seperti mainan kunyahan, tetapi situasi macam apa ini?!

Bahkan, jika ada keuntungan yang diambil, semestinya ialah yang mengambil keuntungannya!

Bocah ini ....

Yan Hui menekuk lututnya dan mengerahkan seluruh tenaganya untuk mendorong perut dan pinggang A'Fu, mendorongnya hingga ia duduk tegak. Kemudian, Yan Hui menonjok wajahnya. Tampak sepertinya ia tercengang untuk sesaat. Kepalanya tengleng ke samping.

Yan Hui mengambil kesempatan ini dan buru-buru membalikkannya dan turun.

Sebelum Yan Hui bisa mendapatkan kembali pijakannya dan kabur, ia merasakan pinggangnya mengetat. Itu adalah A'Fu yang sedang memegangi sabuknya.

Yan Hui membeku di langkahnya dan menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat.

A'Fu berlutut di tanah. Satu tangan menutupi jantungnya, satu tangan memegang erat sabuknya. Genggamannya begitu ketat, hingga buku-buku jarinya memutih. Sekujur tubuhnya gemetaran. Ia masih merasakan kesakitan yang besar, tetapi kepalanya sepertinya lebih jernih daripada sebelumnya.

"Jangan pergi ...."

Yan Hui menatapnya lekat-lekat dengan mata yang berbayang: "Kau memegangi sabukku dan menggucapkan kata-kata itu. Apakah itu artinya, jika aku menolak, kau akan menarik sabukku dan membuatku pulang dalam keadaan telanjang?"

"...."

Biarpun ia mengatakan itu, pada akhirnya, Yan Hui tidak bergerak. A'Fu beringsut maju setengah langkah dengan lututnya, berhenti di depan Yan Hui, dan setelahnya memeluk pinggangnya. Seperti sebelumnya, ia memenjarakan Yan Hui dengan erat. Seperti seorang pengemis yang memohon pertolongan dari para dewa, tidak mau melepaskan harapan terakhirnya.

Ia menekankan wajahnya di perut Yan Hui. Ia menekan Yan Hui, merasakan kehangatannya dan dengan saksama mendengarkan detak jantung Yan Hui.

Pelukannya terlalu erat. Lingkungan sekitar terlampau sunyi. Yan Hui semakin merasakan rasa sakit A'Fu, tubuhnya yang gemetaran, dan juga tenggorokannya, menggumam rendah karena rasa sakit yang tak tertahankan.

"Tetaplah di sisiku."

Walaupun Yan Hui tidak akan mengakuinya, tetapi sebenarnya, ia adalah tipe yang akan menyerah pada bujukan ketimbang paksaan. Di saat ini, ia juga sebenarnya tidak tega menendang si pemuda cantik dan kabur. Karena itu, ia berdiri di tanah rata dekat pinggir danau dalam diam untuk waktu yang lama.

Yan Hui memukul kepala A'Fu dan berkata: ".... Kau menyakiti pantatku ... bocah."

Pergerakan mereka menemui jalan buntu di tengah malam. Tidak sampai bulannya benar-benar menghilang, barulah getaran A'Fu perlahan-lahan mereda.

Heart Protection [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang