Chapter 5

107 23 0
                                    

Malam hari, puncak gunung, tumbuhan dimana-mana. Bulan yang sangat besar menggantung di atas kepala, menerangi saljunya. Jarak antara langit dan bumi seperti sebuah sangkar dengan mantra untuk membuatnya tertidur di tanah.

Yan Hui berbaring di tanah. Ia merasakan dingin yang menusuk tulang, seolah-olah itu mampu menembus ke dalam hatinya.

Ia memerhatikan kepingan salju yang berjatuhan ke wajahnya. Saat mereka menyentuh kulitnya, mereka meleleh dengan cepat menjadi air dan satu per satu bergulir turun dari wajahnya.

"Kenapa ...."

Ia mendengar dirinya sendiri bertanya, tetapi yang anehnya adalah, ia tidak mengetahui apa yang sedang ditanyakannya. Ia menolehkan kepalanya dan melihat satu sosok yang kabur. Di belakang sosok yang kabur itu adalah bulan yang sangat besar, menyinari dari belakang. Ia tidak dapat melihat wajah orang itu, tetapi ia bisa mengetahui dengan jelas orang itu sedang memegangi sebuah jian.

Manik mata Yan Hui berkontraksi.

Jian itu mengayun ke bawah!

Yan Hui hanya mengetahui ia merasakan jantungnya menegang. Rasa sakit yang menusuk menyebabkan seluruh tubuhnya gemetaran. Kemudian ....

"Kukuruyukk!"

Ia terbangun.

Gelap gulita di depan matanya. Kamar itu diliputi bau kayu bakar, aroma pedesaan sepanjang tahunnya. Jantungnya masih berdebar-debar dalam kepanikan. Keringat membasahi rambut di sekitar pelipisnya.

Dengan linglung Yan Hui menutupi area di sekitar jantungnya. Sepertinya, masih ada jarum tajam yang membuatnya kesakitan.

Mimpi buruk itu terlalu nyata. Saking nyatanya, hingga tampaknya baru kemarin ia mengalami adegan mengerikan itu. Gunung yang berselimut salju. Bulan yang sangat besar. Dan sosok yang kabur. Yan Hui mengerutkan alisnya. Sosok ini, sekarang ia teringat, mengapa rasanya begitu familier? Tetapi, setelah memikirkan tentang itu, ia tidak dapat mencocokkan sosok itu dengan siapa pun yang dikenalnya.

Setelah memikirkannya sekian lama, Yan Hui tiba-tiba saja menjadi tenang. Apa yang sedang dilakukannya, menganggap sebuah mimpi dengan begitu seriusnya?

Melengkungkan bibirnya, Yan Hui berbalik untuk kembali tidur.

Tetapi ia lupa, ayam-ayam di luar mulai berkokok ... dan tidak akan berhenti.

Yan Hui menahannya. Ia mencengkeram selimut dalam genggamannya. Ini adalah hari ketiga .... Ia tidak tidur nyenyak. Sebelumnya, ia kira, ia tidak akan tinggal di desa tersebut terlalu lama, tetapi sekarang, situasi saat ini sudah berubah. Memulihkan kembali napas internalnya akan membutuhkan beberapa hari. Jika ayam-ayam itu tidak bisa disingkirkan ....

Itu akan sangat mengerikan!

***

Saat itu pagi-pagi sekali, sehingga cahaya matahari yang menyinari halaman masih dingin. Decakan ayam-ayam Nenek Xiao yang tak berkesudahan pun mendadak terdiam.

Ketika Nenek Xiao keluar dari kamarnya, ia mencium sesuatu yang aneh, seperti bulu yang terbakar: "A'Fu, A Fu?" panggilnya.

Kemudian A'Fu juga keluar dari kamar. Ia melihat Yan Hui di halaman, dan langkah kakinya terhenti. Ekspresinya jelas-jelas menggelap.

"Bau apa itu?" tanya Nenek Xiao.

"Aku menyembelih ayam-ayam itu." Yan Hui tidak menunggu A'Fu untuk menjawab. Sembari meraup ayam itu dari kuali untuk dicabuti bulunya, ia terus menjawab serampangan: "Aku akan merebus ayamnya untuk mencabut bulunya. Hari ini, aku akan membuat satu kuali penuh sup ayam. Aku mempelajari caranya dari si Gendut Zhang. Tidak akan buruk."

Heart Protection [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang