Chapter 2

170 26 0
                                    

Karena detak jantungnya, Yan Hui tercengang untuk waktu yang lama.

Tetapi apa yang membingungkannya adalah bahwa, Yan Hui sudah lepas dari mantra linglungnya yang panjang, tetapi si pemuda masih menatap kosong padanya.

Yan Hui memikirkan tentang itu dan langsung tercengang. Mungkinkah ... bocah ini juga tersentuh olehnya?

Tetapi, jika ia mengingat dengan benar, sebelumnya ia basah, dan kemudian ia berguling-guling di atas tumpukan jerami. Siapa yang tahu seberapa menyedihkan sosok yang ditampilkannya. Apakah pemuda ini benar-benar akan tersentuh olehnya?

Diam-diam, Yan Hui berpikir, itu karena wajahnya yang terlalu memikat.

Namun, Yan Hui perlahan-lahan menyadari ada yang salah dengan mata bocah itu ....

Sinar di matanya terlalu intens. Ia memandangi Yan Hui seperti seekor burung elang yang menatap seekor kelinci, seperti seekor serigala kelaparan yang memandangi mangsa yang mudah, seperti seorang narapidana hukuman mati yang memandangi kunci untuk membuka selnya.

"Hei." Yan Hui memanggilnya.

Tampaknya, Yan Hui membangunkannya dari mimpi. Pemuda itu mengejap beberapa kali, menghamburkan sinar intens itu. Matanya berpaling, tak lagi bertatapan dengan Yan Hui.

Sebenarnya, Yan Hui tidak pernah berpaling darinya: "Apa kau adalah cucu lelaki Nyonya Besar Xiao?"

Pemuda ini terlihat paling-paling lima belas tahun. Ia kurus. Kulitnya, entah apakah itu disebabkan oleh penyakit atau malnutrisi, warnanya pucat. Bibirnya bahkan ada semburat birunya. Ia melihat ke bawah, dan fokus pada hal-hal yang ada di tangannya. Tampang tenangnya benar-benar berbeda dari sebelumnya.

Pemuda itu mengabaikannya. Mengurusi urusannya sendiri, ia berjalan masuk membawa beberapa mangkuk di tangannya. Ia berlutut di depan Yan Hui dan meletakkan tiga mangkuk itu satu per satu di lantai.

Yan Hui bingung. Bukankah cucu lelaki Nyonya Besar Xiao adalah orang idiot? Tetapi barusan ini, sinar di mata lelaki ini terlihat ....

Mengapa ada begitu banyak perubahan?

"Hei ...." Suara Yan Hui baru keluar ketika pemuda itu selesai menurunkan mangkuk-mangkuk itu dan bersiap untuk pergi.

Yan Hui jadi kosong dalam sekejap. Tatapannya menyapu bubur nasi, acar sayuran, dan man tou. Ia langsung panik, melupakan segalanya. Ia buru-buru berteriak ke punggung si pemuda: "Tunggu, tunggu! Itu saja? Aku masih terikat! Kau mau aku menyurukkan wajahku ke dalamnya?"

(T/N: 馒头 Man tou adalah roti kukus Cina, yang biasanya berwarna putih dan empuk.)

Setelah melemparkan makanannya ke sana, apa ia kira Yan Hui adalah seekor babi?!

Langkah kaki pemuda itu terhenti. Ia berpikir semenit dan setelahnya berjalan kembali. Ia berlutut di depan Yan Hui. Lalu, ia mengambil mangkuk bubur nasi dan meletakkannya di mulut Yan Hui. Yan Hui kelaparan; saat pemuda itu membalik mangkuknya, ia menelannya hingga bersih.

Kemudian, ia memerintahkan dengan kasar: "Isi man tou itu dengan acar sayuran."

Alis pemuda itu agak melonjak dikarenakan instruksi yang dijeritkan itu.

Sekarang ini, Yan Hui tidak punya kesabaran. Ia disibukkan dengan makanan yang ada di mangkuk: "Cepatlah!"

Pemuda itu tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya berjongkok dan melakukan seperti yang dikatakannya. Acar sayuran dimasukkan ke dalam man tou dan dimasukkan ke dalam mulut Yan Hui.

Yan Hui tidak begitu memerhatikan pria itu dan hanya melahap dua man tou. Ia menunggu hingga perutnya tak lagi kelaparan. Barulah kemudian, ia meluangkan waktu untuk mengalihkan tatapan dari makanan itu. Ia mengunyah dan melirik pemuda yang tangannya terulur, memegangi sebuah man tou di depannya. Sekarang ini, tatapannya redup. Sulit dikatakan apakah ia orang idiot atau bukan, tetapi setidaknya, itu bukanlah tatapan intens yang mengerikan sebelumnya.

Heart Protection [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang