BAB 28

4.2K 152 2
                                    

Happy Reading🤗


🌹🌹🌹


Kediaman Ismalia tampak semua baik sang  Ibu, Ayah, dan adik sudah berkumpul di meja makan. Wajah Ismalia yang tampak ceria dilihat oleh Mastiara. Usai sarapan pagi, Mardian berangkat bersama sang adik-adik. Sedangkan Ismalia hanya berangkat sendiri. Mastiara tidak ikut ke rumah makan karena sudah ada pekerja baru yang membantu Mardian.

Kondisi kaki Ismalia kini sudah membaik. Ismalia telah bisa mengayuh sepedanya. Saat tiba di gerbang sekolah, Ismalia dipanggil oleh Erika yang baru saja tiba. Mereka masuk melewati koridor sekolah bersama. Tania kembali dibuat bingung, kemarin Erika dan Ismalia tidak saling interaksi dan terdiam. Namun sekarang mereka sudah ketawa-ketiwi. Tania hanya menggeleng saja.

"Rik, Is. Kalian baik-baik saja kan? Kalian ini seperti cuaca saja?" tanya Tania.

"Baik, kenapa? Seperti cuaca maksudnya?" tanya balik Erika.

"Tidak apa-apa kok hehe... "

"Kamu aneh, Tania." timpal Ismalia

"Lah, gue dikatain aneh. Padahal mereka yang aneh." ucap Tania tanpa didengar Erika dan Ismalia.

Seketika masuk lah Bu Guru memberikan salam kepada semua murid-murid. Bu Guru tersebut hanya memberikan bimbingan, arahan, dan soal latihan untuk dikerjakan sebelum memasuki Ujian Kelulusan yang akan dilaksanakan 5 hari lagi.

Suara bel istirahat telah berbunyi, seperti biasa mereka bertiga pergi ke kantin bersama. Memesan makanan favorit yaitu bakso serta minumannya es teh manis. Sambil menunggu pesanan, Erika dan Tania menyibukkan diri dengan memainkan ponsel. Sedangkan Ismalia membaca novelnya yang belum selesai.

Tidak butuh waktu lama, pesanan mereka bertiga telah sampai segera menyantapnya hingga ludes.

"Rik. Aku boleh bertanya gak? Tapi kamu janji sedih ya?" tanya Ismalia sedikit ragu.

"Emangnya lo mau nanya apa? Sampai segitunya bikin gue sedih." ucap Erika menyeruput kuah bakso.

Tania hanya menyimak dan menoleh memandangi Erika dan Ismalia secara bergantian sambil memasukkan bakso ke dalam mulutnya.

"Apa kamu masih mau tetap melanjutkan rencana mu itu? Aku harap hentikan saja daripada ayah kamu terusan seperti itu?"

Tania mulai ingin tahu hingga mengernyit kening bingung dengan perkataan Ismalia ke Erika.

"Entahlah. Gue juga bingung, tapi sisi lain gue masih tetap pengennya lo. Karena sifat lo itu yang bikin gue nyaman dan ngerasain yang selama ini yang gak gue rasain. Lo bayangin aja selama 18 tahun gak pernah ngerasainnya bagaimana rasanya disayang oleh sosok Ibu. Walaupun banyak yang menyayangi gue. Tapi itu beda, Is? Beda sama lo yang sudah lengkap?" jelas Erika sedih.

Ismalia tidak berani berkata lagi. Ya jujur saja ia tidak merasakan kekurangan kasih sayang karena keluarga sudah lengkap.

"Kalau soal ayah, aku juga gak tau Is. Tapi dilihat ayah kayak dulu lagi. Jadi gue harus tetap mengalah walau berat." ucap Erika.

"Maksud kamu?"

"Maksud gue-" ucap Erika terpotong.

Perkataan Erika terpotong karena terdengar suara bel masuk kelas. Tania sedari tadi hanya menyimak mendengarkan saja. Ia tidak paham permasalahan antara mereka berdua. Mereka bertiga segera masuk ke kelas masing-masing sampai tiba waktunya pulang.

🌹🌹🌹


Di kantor Mandala sedang disibukkan dengan memeriksa berkas keuangan perusahaan bulan ini yang sudah dibuat sang sekretaris Ridwan. Sedangkan Ridwan sedang mengetik sesuatu di laptopnya diruangan dan duduk dihadapan Mandala.

Status Sahabat Menjadi Ibu SambungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang