BAB 72

2.4K 90 3
                                    

Happy Reading 🤗

🌹🌹🌹


Pada malam hari di kediaman Mardian. Ismalia membantu menyajikan makanan yang sudah di masak tadi. Keluarga Mardian dan yang lainnya sudah berada di meja makan. Mandala sudah selesai mandi memakai pakaian milik Mardian.

Semua menyantap makanan dengan nikmat. Masakan yang sederhana tapi menggugah selera. Ismalia menyajikan nasi dan lauk untuk Mandala. Ketika menyantap tidak ada percakapan diantara mereka. Hanya terdengar suara dentingan suara sendok saja.

Beberapa menit, mereka sudah selesai makan malam. Mardian dan Mandala berada di ruang tengah sedang menonton televisi. Ismalia dan Mastiara sedang sibuk membereskan dan membasuh piring bekas makan malam. Sedangkan adik-adik Ismalia sedang bermain di lantai di ruang tengah.

"Is, apa kalian jadi pergi liburan ke Bandung?"

"In Syaa Allah jadi, buk. Tiga hari lagi dari sekarang."

"Lalu bagaimana masalah di kantor Mandala?"

"Is kurang tau soal itu, buk. Is juga tidak berani bertanya lebih. Apalagi menyangkut pekerjaan Mas Mandala."

"Hmm...buk. Is boleh tanya sesuatu tidak?"

"Boleh, mau tanya apa?"

"Buk, apa honeymoon ini kita hanya melakukan yang ii...itu buk." tanya Ismalia malu-malu.

"Maksud kamu?" tanya balik Mastiara.

Mastiara memikirkan maksud pertanyaan dari Ismalia. Lalu kemudian ia menjadi salah sangat paham. Ismalia menundukkan kepala sambil mencuci piring karena malu. Ia tidak tahu ingin bertanya ke siapa lagi selain ibunya sendiri.

"Ohhh....maksud kamu. Ya...ya...ibu paham."

"Is, honeymoon itu bukan kita melakukan itu saja. Melainkan honeymoon bisa kita pergi jalan-jalan menghabiskan waktu bersama. Mengenal satu sama lain, seperti kamu dan Mandala."

"Bagaimana mau mengenal satu sama lain coba. Dianya yang dingin dan kaku begitu." ucap Ismalia.

"Kamu tidak boleh begitu sama suami. Pelan-pelan, lama kelamaan juga pasti luluh. Yang sabar saja dan kamu jangan menyerah buat Mandala jatuh hati sama kamu."

"Doakan saja ya buk."

"Selalu."

Mereka berdua sudah selesai menyelesaikan mencuci piring. Segera menyusul Mardian dan Mandala yang sedang mengobrol sambil bermain catur di ruang tamu. Cuaca di luar masih hujan lebat.

🌹🌹🌹


Begitu asyik mengobrol, hari sudah menunjukkan sudah menjelang malam. Waktu Maghrib dan Isya telah terlewat. Hujan yang tadinya lebat mulai reda. Hanya tinggal terasa udara yang sejuk saja. Mardian dan Mastiara sudah kembali ke kamarnya. Begitu juga adik-adik Ismalia.

Mandala sudah lebih dahulu memasuki kamar. Sedang berbaring ditepi ranjang sambil memainkan ponsel. Ismalia masih berada di dapur membersihkan sisa piring yang kotor di wastafel. Selesai ia mematikan saklar lampu dapur. Langsung menuju ke kamar melihat Mandala sudah berbaring.

Ismalia lewat di hadapan Mandala masih malu-malu. Berbaring menempati ranjang di sebelah Mandala. Mandala menoleh ke Ismalia yang tidur membelakanginya. Ia tidak bisa tertidur karena ukuran ranjang yang lumayan kecil. Ismalia sedikit merasa agak berderempet ke Mandala.

"Saya tahu kamu belum tidur. Kalau kamu tidak merasa nyaman. Biar saya tidur dibawah saja, kamu yang diatas." ujar Mandala.

"Eh...ti..tidak, tidak kok. Saya baik-baik saja, Om eh Mas tidak perlu tidur di bawah. Mas tidur disini saja. Lagi pula cuaca begitu dingin. Kalau Mas tidur dibawah bisa sakit nanti." ucap Ismalia.

Mandala dan Ismalia posisi masing-masing saling membelakangi. Ditengah diantara mereka terdapat penghalang sebuah bantal guling. Hanya berbagi selimut yang ukuran lebar saja. Terus terdiam tidak ada percakapan dari Mandala lagi.

Mereka mencoba untuk memejamkan mata dengan keadaan ranjang agak sempit. Tapi lama kelamaan Mandala dan Ismalia tertidur juga. Saat menggeliat dengan mata terpejam. Mandala tiba-tiba memeluk Ismalia dari belakang. Tanpa disadari Ismalia juga ikut terpulas.

Sungguh manis pemandangan antara Mandala dan Ismalia yang sedang berpelukan dalam keadaan tertidur. Sama-sama saling tidak menyadari. Alangkah baiknya jika momen seperti itu mereka sudah saling jatuh cinta dan saling mencintai.

Namun sayangnya bibit cinta masih belum tumbuh diantara mereka berdua. Pembibitan berubah menjadi tunas memerlukan waktu. Waktu yang diperlukan ketika mereka menghabiskan waktu bersama. Semoga dengan kebersamaan nanti saat honeymoon sudah mulai ada benih-benih cinta.

🌹🌹🌹


Keesokan di waktu subuh suasana semakin bertambah sejuk. Apalagi malamnya habis diguyur hujan lebat. Sejuknya subuh Mandala dan Ismalia tidak menggunakan selimut. Melainkan masih dalam posisi berpelukan. Ismalia terbangun karena ingin melaksanakan sholat subuh. Ia merasakan badannya terasa berat seperti tertindih sesuatu.

Ismalia melihat sesuatu di perutnya yaitu tangan Mandala. Hendak berteriak namun ditahan oleh kedua tangannya. Melihat ke wajah Mandala masih tertidur lelap. Secara pelan Ismalia mengangkat tangan untuk memindahkannya. Saat tangan Mandala di angkat, ia makin mengeratkan pelukan ke Ismalia.

Ismalia semakin kaget akan pergerakan Mandala mengeratkan pelukan. Ismalia mencoba sekali lagi memindahkan tangan Mandala secara perlahan. Tiba-tiba Mandala mengatakan sesuatu dalam mata masih terpejam. Ia berhenti memastikan ucapan itu benar-benar dari Mandala. Sedangkan matanya masih terpejam.

"Tunggu sebentar lagi. Apa kamu tidak merasa kedinginan?" ucap Mandala suara serak.

Tanpa menjawab ucapan Mandala. Ismalia menuruti perkataan Mandala. Ia tetap di posisinya sambil menoleh ke wajah Mandala. Memandang wajah Mandala lekat tanpa disadari Ismalia tersenyum. Ia kembali dikagetkan oleh Mandala. Dengan perkataannya lalu kemudian membuka mata.

"Saya tahu, saya ini tampan. Tapi jangan sebegitunya menatap saya." ucap Mandala.

Melihat wajah Ismalia yang sejajar dengan dadanya. Ismalia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Mandala hanya tersenyum saja melihat Ismalia salah tingkah. Ismalia menggeliat meminta pelukan Mandala untuk dilepaskan.

"Mm...mas, tolong lepaskan. Sa...saya mau shalat subuh dulu. Nanti keburu habis waktunya." ujar Ismalia.

Mandala terus menatap kedua mata Ismalia yang begitu indah. Ismalia ditatap secepatnya mengalihkan kembali pandangannya. Sambil berusaha melepas pelukan Mandala. Akhirnya pelukan itu melonggar juga. Mandala tidak ingin melalaikan shalat subuh Ismalia.

Ismalia beranjak dari ranjang berjalan keluar dari menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Saat di kamar mandi Ismalia tersenyum sendiri. Sedangkan Mandala duduk sejenak menetralkan dirinya. Sebelum beranjak juga mengambil air wudhu. Sepulang Ismalia dari kamar mandi, Ismalia menjadi salah tingkah di hadapan Mandala.

Mandala mulai keluar berhenti sejenak memerintahkan Ismalia untuk menunggu selesai wudhu dan shalat bersama.

"Tunggu saya dulu, kita shalat secar jamaah." ucap Mandala langsung menuju ke kamar mandi.

Ismalia menuruti perintah Mandala untuk shalat berjamaah. Sudah memakai mukena dan merentangkan sajadah untuknya juga Mandala. Ia duduk di tepi ranjang menunggu. Selesai Mandala langsung mengambil posisi sebagai imam. Mereka melaksanakan shalat dengan sangat khusuk. Sampai author membayangkannya ikutan baper.

Pelaksaan shalat subuh akhirnya sudah selesai. Di akhiri dengan Ismalia menyalami Mandala dengan takzim. Mandala pun sontak meletakkan telapak tangannya diatas kepala Ismalia sambil berdoa. Ismalia merasa heran akan sikap Mandala. Usai Mandala mengukir tersenyum ke Ismalia yang juga dibalas oleh Ismalia.

Bersambung...

Jangan lupa dan pelit sama like, vote, follow, subscribe, dan komentarnya readers semua🤗 Biar author bisa semangat update lagi 🤗☺️

Status Sahabat Menjadi Ibu SambungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang