BAB 38

4K 145 1
                                    

Happy Reading 🤗

🌹🌹🌹


Pertemuan Sofia dengan Mandala bersama calon istri yang tanpa disengaja. Membuat hati Sofia merasakan panas apalagi mendengar Mandala menyebut Ismalia si gadis muda sebagai calon istrinya dimana acara pernikahannya akan dilaksanakan sekitar 3 hari lagi.

Akibat penasarannya, Sofia sampai mengikuti mobil Mandala hingga ke depan gang kediaman Ismalia. Setelah mengetahuinya, Sofia berbalik arah menuju ke kantor sambil memikirkan rencana untuk memisahkan dan membatalkan pernikahan Mandala dan Ismalia.

Ismalia yang sudah berada di rumahnya yang telah selesai mandi. Ismalia mengambil ponsel didalam tas mengecek apakah ada pesan masuk atau tidak. Dilihatnya jam di ponsel hampir mau masuk waktu Maghrib. Akhirnya ia bergegas mengambil air wudu terlebih dahulu.

Selesai melaksanakan waktu shalat Maghrib, Ismalia merebahkan diri diatas ranjang. Menatap langit-langit entah apa yang ia pikirkan serta begitu sulit untuk memejamkan mata. Badan bolak-balik, buka tutup ponsel, dan berbagai tingkahnya. Ismalia sendiri pun tidak tahu kenapa. Tapi lama-kelamaan matanya sedikit mulai terpejam.

Lain halnya Mandala yang sudah selesai mandi dan juga menyelesaikan shalat Maghrib. Mandala duduk sejenak ditepi ranjang dekat nakas mengambil serta mengecek ponselnya. Sekilas bayangan Ismalia disaat memakai kebaya pengantin warna putih muncul di pikirannya.

Mandala sedikit mengulas senyum lalu kembali membuyarkan bayangan tersebut. Seperti Ismalia yang menuju ke alam mimpi. Kini Mandala juga yang ikutan menyusul ke alam mimpi karena sedikit capek seharian dari kantor lalu kemudian lanjut berbelanja pakaian pernikahan bersama Ismalia.

🌹🌹🌹


Keesokan pagi hari, Ismalia sudah bersiap-siap dengan pakaian dan peralatan sekolahnya. Ismalia segera keluar dari kamar segera menyusul ke meja makan dimana Ibu, ayah, dan adik-adiknya sudah berkumpul menyantap sarapan pagi.

"Pagi semua." ucap Ismalia sembari mendudukan diri di kursi.

"Pagi." balas Ibu Mastiara sambil menyajikan nasi goreng ke piring Mardian.

"Bagaimana kemarin jalannya, apa seru?" tanya Mardian.

"Seru apanya, yang ada kaki Is capek, Yah." ujar Ismalia.

"Apa saja yang kalian beli kemarin?" sambung tanya Mastiara.

"Cuma pakaian dan cincin saja, Buk. Tidak ada yang lainnya." ucap Ismalia sambil menyuap nasi ke mulutnya.

"Gak beli yang lainnya?" tanya kembali Mastiara.

"Gak ada buk. Hanya itu saja, sisanya kan itu urusan Nenek Rita dan Erika."

"Mereka begitu baik banget ya. Kamu beruntung punya calon mertua seperti Bu Rita. Orangnya sudah baik, dermawan, rendah hati. Awalnya sih Ibu sama ayah kurang setuju kamu nikah sama anaknya yang bernama Tuan Mandala. Karena Tuan Mandala itu berstatus duda dan jarak usia kamu dengannya sangat jauh. Tapi dilihat dari perilaku keluarga mereka sepertinya kamu akan selalu dijaga dan baik-baik saja." ucap Mastiara.

"Ibu sama Ayah akan melepas kamu jika ia berasal dari keluarga yang baik-baik. Dengan itu Ibu sama Ayah akan tenang. Kamu nanti kalau sudah menjadi istri Mandala, kamu harus patuh, nurut dan melayani suami baik hal makanan, pakaian, dan kebutuhan biologis. Mulai saat itulah surgamu bukan lagi terletak pada Ibu melainkan terletak pada suamimu." sambung Mastiara.

"Iya, Buk. Is paham dan Is akan selalu ingat dengan pesan Ibu. Doakan selalu Is ya, Buk."

"Selalu, Nak."

Status Sahabat Menjadi Ibu SambungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang