BAB 47

3.5K 140 1
                                    

Happy Reading 🤗

🌹🌹🌹


Informasi yang diberikan Rita ke Mandala yang mengatakan bahwa Ismalia telah kembali dengan selamat. Mandala dan Nazir yang berada di apartemen Sofia segera pulang ke rumah. Sesampai dirumah Mandala menanyakan yang berkaitan tentang penculikannya.

Sebelum membuat laporan ke pihak polisi, Mandala berencana menemui seseorang yang bisa menggambar sketsa wajah. Baru setelah itu, Mandala mengutus beberapa anak buahnya mencari kedua pria yang telah menculik Ismalia.

Kembali di meja makan, disaat Mandala memberikan beberapa pertanyaan ke Ismalia. Tanpa sengaja mata Mandala tertuju ke pergelangan tangan bawah Ismalia terluka lebam. Mandala tiba-tiba beranjak dari duduknya menuju ke dapur.

Ponsel milik Nazir tiba-tiba berdering. Nazir beranjak juga dari duduknya mengangkat panggilan diluar. Ismalia yang masih tertunduk, sedikit terkejut Mandala secara tiba-tiba duduk disebelahnya sambil membawa kotak obat. Mandala mengeluarkan obat Betadine di kapas lalu menjangkau pergelangan tangan Ismalia sebelah kiri.

Memoles dengan secara pelas. Nazir yang selesai menerima panggilan langkahnya tertahan melihat pemandangan didepan matanya. Nazir berbalik arah menuju ruang tengah. Mandala begitu teliti memberikan minyak untuk lebam pada pergelangan tangan Ismalia.

Ismalia sedikit meringis karena sakit bercampur perih. Mandala tetap masih modenya tanpa ekspresi tetap fokus mengoles dengan salep.

"Lain kali kalau luka cepat diberi obat bukan dibiarkan saja." ujar Mandala mode dingin.

Ismalia hanya bisa menganggukkan kepala tanpa berucap sepatah pun. Setelah selesai, Mandala beranjak menuju ke dapur menyimpan kotak obat. Lalu langsung menuju naik ke atas ke kamarnya. Ismalia hanya memandang lekat bokong Mandala saja dengan wajah kesal.

"Dasar om-om gak punya perasaan. Main ditinggal aja." ucap Ismalia kesal

Dengan perasaan kesalnya Ismalia masih melihat langkah Mandala memasuki kamar. Erika datang melihat Ismalia begitu lekat melihat ke arah atas. Erika mengagetkan Ismalia hingga terperanjat.

"Ada apa?" tanya Erika.

"Eh... astagfirullah. Erika kamu ngagetin saja." jawab Ismalia kaget.

"Lagi liat apa? Kok sampai segitunya." tanya Erika lagi

"Tidak...tidak apa-apa. Kalau kamu sedang apa disini?" tanya Ismalia balik nada gugup.

"Gue...ya mau ambil air minumlah. Trus Lo ngapain duduk sendiri disini melihat ke arah atas tangga lagi."

"Tidak...tidak apa-apa. Ha..hanya duduk saja. Iya, duduk saja." jawab Ismalia gagap.

"Oke. Oh ya, ayah mana. Bukankah tadi dia disini?"

"Oh...itu...tadi sudah langsung ke kamarnya."

"Ohh...ya sudah. Kita ke kamar juga yuk, gue masih cerita sama Lo."

"Baiklah."

Erika yang mengajak Ismalia ke kamarnya untuk bercerita lebih banyak mengenai kejadian menimpa Ismalia. Sejujurnya Erika masih penasaran kronologinya. Mereka berdua beranjak menuju ke atas bersama-sama. Saat Erika memegang pergelangan tangan Ismalia. Ismalia meringis kesakitan, Erika jadi kaget mendengarnya.

"Eittttssss...." Ismalia meringis.

"Ada apa? Apa kamu terluka, Is? Coba gue liat." tanya Erika sambil mengambil pergelangan tangan Ismalia.

"Eh...tidak ko-" ucap Ismalia tertahan karena secepat kita Erika melihatnya.

"Astaghfirullah...ini. Kenapa gak diobati? Sini biar gue obati dulu." ajak Erika hendak menarik Ismalia kembali ke dapur.

Status Sahabat Menjadi Ibu SambungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang