BAB 88

2.8K 102 24
                                    

Happy Reading 🤗

🌹🌹🌹


Dalam perjalanan yang memakan waktu setengah jam. Mobil Mandala kini telah sampai ke tempat tujuan yang dipilih oleh Mandala. Tempat wisata yang disuguhkan pemandangan pegunungan yang indah menghiasi. Udara yang begitu segar dan dingin.

Ismalia terpesona akan tempat pilihan Mandala. Mandala memeluk Ismalia dari arah belakang. Menompangkan dagu ke bahu Ismalia.

"Bagaimana? Cantik tidak?"

"Masya Allah cantik sekali. Mas kok bisa tahu ada tempat secantik ini?"

"Apa kamu lupa ya? Awal mula saya ke sini bagaimana?"

"Iya saya mulai ingat. Tempat Mas menemukan cinta pertama Mas kan?"

Mandala melerai pelukan Ismalia. Membalikkan badan Ismalia menghadap ke arahnya.

"Cinta pertama yang membuat Mas merasakan kehilangan bahkan merasa seperti tidak ada kehidupan bagi Mas." jelas Mandala.

"Dan kini Mas merasa hidup kembali. Jika cinta pertama Mas tergantikan oleh kamu."

"Mas harap kamu jangan akan pernah meninggalkan Mas. Sudah cukup sekali Mas merasakan kehilangan dan jangan sampai hal itu terjadi lagi."

"In Syaa Allah. Saya tidak akan meninggalkan Mas apapun itu."

"Terima kasih sayang." ucap Mandala terulur membelai pipi Ismalia.

Mandala mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. Sebuah kotak berwarna merah berisikan sebuah cincin berlian permata merah. Mengambil tangan kanan Ismalia untuk dipasangkan cincin di jari Ismalia.

"Apa ini?"

"Simbol kalau Mas sudah menyerahkan hati Mas untuk kamu. Maukah kamu menerimanya?" tanya Mandala.

"Tapi cincin ini kan sudah ada?" tanya Ismalia polos menunjuk cincin nikah di jari manisnya.

"Itu beda sayang, itu simbol ikatan pernikahan. Kalau ini simbol hati Mas kalau Mas sudah menerima kamu." jelas Mandala.

"Iya...iya...saya cuma bercanda."

Mandala pun memasang cincin itu ke jari tangan kanan Ismalia. Lalu diakhiri dengan mencubit hidung Ismalia. Baginya ini akan menjadi kebiasaan Mandala ke Ismalia ketika gemes sama Ismalia.

"Nakal kamu ya." ucap Mandala mencubit hidung Ismalia.

"Aduh...duhhh...sakit Mas."

"Habisnya hidung kamu imut kalau ada merah-merahnya. Gemes...rasa ya ingin Mas makan kamu." goda Mandala.

Ismalia sontak melotot ke Mandala memahami maksud perkataan Mandala.

"Sudah jangan melotot seperti itu. Nanti saja melototnya saat di kamar kita." goda Mandala berbisik ke telinga Ismalia.

Ismalia semakin melotot mendengar perkataan Mandala yang sudah mulai nakal.
Mandala kini sudah mengungkapkan isi hatinya ke Ismalia. Ia sudah memikirkan dengan sebaik-baiknya. Perkataan dari orang terdekatnya mengenai menerima Ismalia. Ia juga tidak ingin kejadian sebelumnya akan terjadi ke Ismalia.

Ismalia dan Mandala pun menikmati pemandangan di sekitar. Tidak lupa mengabadikan moment dengan mengambil foto selfi. Terasa letih, Mandala membawa Ismalia ke cafe lokasi wisata ini. Memesan beberapa makanan dan minuman.

Tidak lama pesanan mereka telah sampai. Mereka mulai menikmati makanan dengan nikmat. Sampai Ismalia makan dengan belepotan di sekitar bawah tepi bibir. Mandala hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Ismalia makan. Mandala mendapatkan sebuah ide untuk menjahili Ismalia.

Status Sahabat Menjadi Ibu SambungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang