BAB 11

4.6K 153 1
                                    

Happy Reading 🤗

🌹🌹🌹


Percakapan antara sang anak Erika dan sang ayah Mandala yang awalnya hanya menyimak oleh sang nenek menoleh ke sang cucu karena pertanyaan yang sudah sekian lama tidak didengar oleh Mandala.

Mandala hanya terdiam ketika Erika menanyakan tentang kapan Mandala menikah kembali. Erika tidak pernah melarang kalau sang ayah menikah kembali asalnya sang calon mau menerima dirinya Erika sepenuh hati.

Mandala langsung menghentikan aktivitas makannya berdiri menggeser kursi ke belakang lalu berlalu pergi meninggalkan mereka yang tengah menyantap makanan ke atas masuki kamar.

Erika dan sang nenek hanya menatap punggung Mandala menuju kamar tidur. Erika merasa sedikit bersalah ia tidak tahu kenapa tiba-tiba muncul kembali di fikirannya sehingga menoleh luka kembali di hati Mandala.

Erika tertunduk sedih sedikit terdengar sesugukan lalu sang nenek mendekati sang cucu mengusap punggung dan memeluknya mencoba menenangkan. Nenek Rita juga turut sedih karena melihat sikap Mandala seperti itu.

Di kamar Mandala sedang berdiri di balkon menatap langit yang gelap tanpa bintang satu pun. Ia sebenarnya tidak marah dengan Erika hanya saja ia sudah berusaha melupakan apa yang terjadi sebelumnya yang sempat membuatnya bersalah.

Semenjak kejadian yang terjadi pada istrinya. Ia pernah berjanji dalam hati bahwa untuk menebus kesalahannya ia berjanji tidak makan menikah kembali. Bahkan untuk mengenal wanita hanya sekedar teman biasa tidak lebih.

Sekian lama berdiam diri terasa angin malam sudah mulai dingin. Ia memasuki kamar menutup pintu kemudian menuju ranjang menarik selimut lalu memejamkan mata memasuki alam mimpi.

Semakin jauh memasuki alam mimpi. Mandala bermimpi bertemu sang istri yang memakai baju putih dan tersenyum. Sempat menanyakkan kabar sang putri dan menginginkan kebahagian sang putri.

Sang istri juga hanya mengatakan bahwa seseorang tidak akan mampu dengan kesendirian. Allah selalu menciptakan segala sesuatunya berpasangan. Maka carilah apa yang berpasangan. Agar bisa sebagai sandaran ketika senang maupun sedih.

Seketika Mandala tiba-tiba bangun terlihat cucuran keringat membasahi wajahnya dengan nafas naik turun menetralkan perasaannya. Ia menoleh ke nakas menggapai segelas air putih lalu meminumnya. Ia teringat kejadian tadi di meja makan sampai-sampai terbawa mimpi dan hingga mengabaikan Erika.

Mandala turun dari ranjang membuka pintu kamar menuju kamar sang anak Erika. Pintu yang tidak terkunci memudahkan untuk mengendap masuk. Ditatapnya sang putri sedang terlelap tidur berselimut memeluk guling. Ia pun duduk di tepi ranjang dekat Erika.

Dipandangnya wajah Erika yang bak anak kecil sedang tidur pulas. Setiap inci wajah sang anak sangat mirip dengan almarhum sang istri. Dari mata, hidung, bulu mata, hingga bibir. Hanya sikapnya yang agak berbeda. Sikap keras kepalanya yang menurun dari Mandala.

Mengusap kepala dan pipi sang anak Erika. Sepintas muncul rasa bersalahnya tadi. Mandala kemudian mengecup lembut kening sang anak tanpa membangunkan Erika. Erika hanya sedikit menggeliat membetulkan posisi tidurnya menjadi telentang dengan mulut sedikit terbuka.

Cup

"Maaf kan ayah, sayang. Bukan maksud ayah seperti itu. Hanya saja ayah selalu teringat dan ayah tidak pernah marah pada mu." monolog Mandala dengan suara pelan sambil mengusap kepala Erika.

Cup

Mandala kembali mengecup kepala Erika.

"Ayah janji. Ayah makan selalu membahagiakan sayang tanpa kekurangan sedikitpun kasih sayang. Ayah makan selalu bersamamu." monolog sambil tersenyum memandang wajah Erika.

Status Sahabat Menjadi Ibu SambungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang