BAB 45

3.8K 142 5
                                    

Happy Reading 🤗

🌹🌹🌹


Ketika Ismalia berhasil keluar dari tempat penyekapan menuju ditengah-tengah hutan. Namun kejadian naas menimpa Ismalia kembali. Ismalia berlari dan bersembunyi dari kejaran 3 pria para penculik membuatnya ia terjatuh ke dalam jurang yang cukup dalam tanpa diketahui oleh ketiga pria tersebut. Ketiga pria tersebut terus mencari kesana-sini tapi tidak kunjung ketemu.

Di sisi jurang Ismalia yang terdapat dibawah sana. Namun syukurnya jurang tersebut ternyata tidak terlalu dalam. Ismalia tidak lama kembali tersadar dan tubuhnya sedikit luka dibagian pergelangan tangan dan kaki. Ismalia tetap mencoba untuk berdiri melanjutkan perjalanan menemukan jalan keluar sebelum menjelang malam.

Cukup lama Ismalia yang berjalan hampir berada di tepi hutan dan melewati sedikit perbukitan. Pergerakan Ismalia membuatnya sedikit kesulitan karena pakaian ia guna masih memakai kebaya dan sebagian tubuhnya ada yang terluka. Ia sering berhenti untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanannya. Lapar dan dahaga ia tahan karena baginya ia bisa keluar dari hutan dan menemukan jalan raya.

Serasa letihnya sudah hilang, Ismalia melanjutkan kembali perjalanan. Tanpa disangka-sangka akan usaha dan doa. Ismalia akhirnya berhasil melewati perbukitan menemukan jalan raya. Ismalia menitikkan air mata karena akhirnya bisa keluar dari hutan. Tinggal hanya mencari tumpangan mobil yang lalu lalang untuk bisa sampai di kediaman Mandala.

Ismalia kembali menelusuri jalan raya dengan tertatih dan nafas yang sudah ngos-ngosan. Dari arah belakang, terdapat mobil truk membawa angkutan sawit menuju kota. Senyum di bibir Ismalia terbit melihat mobil truk. Ismalia mencoba menghentikan mobil truk tersebut. Atas keberuntungannya, mobil tersebut berhenti tepat di depan Ismalia. Sang sopir yang sudah berusia cukup tua tersebut pun bertanya ke Ismalia.

"Ya, dek. Ada apa?" tanya sang sopir.

"Pak, bolehkah saya menumpang menuju kota. Saya habis diculik seseorang dan melarikan diri. Jadi tolong saya, pak?" jawab Ismalia.

"Bagaimana adek bisa diculik?" tanya sang sopir lagi.

"Panjang kalau diceritakan, pak. Jadi apa saya boleh minta tolong untuk menumpang ke kota, pak."

"Boleh, dek. Mari dek, kebetulan sekali bapak menuju kota. Nanti kasi tau aja ke bapak alamat adek dimana. Nanti bapak antar sampai rumah."

"Alhamdulillah...terima kasih, pak."

"Iya, dek."

Ismalia pun menaiki truk tersebut sampai menuju kediaman Mandala. Sang supir yang Ismalia tumpangi bernama Bapak Sutiono. Ia seorang buruh sawit bertugas mengangkut sawit dari perkebunan menuju kota. Memiliki dua orang putri yang tinggal di kota bersama sang istri. Bapak Sutiono menjadi buruh sudah belasan tahun lamanya. Untuk pendapatannya agak lumayan untuk menghidupi anak dan istri hingga kebutuhan sang putri.

"Adek habis nikah ya, kok pakai pakaian pengantin?" tanya Bapak Sutiono.

"Iya, pak. Saya diculik disaat saya hendak menuju kerumah calon suami saya."

"Kok bisa, dek. Dan bagaimana kamu bisa bebas?"

"Saya juga tidak tahu, pak. Ketika saya mau masuk ke dalam mobil jembutan dari pihak calon suami saya. Tiba-tiba seorang pria berjaket hitam membuka pintu lalu membekap mulut saya. Setelah itu saya tidak ingat apapun. Setelah sadar saya sudah berada di suatu tempat dan posisinya ditengah hutan. Saya akhirnya mencoba melepaskan diri dan mencari celah untuk melarikan diri. Tapi Alhamdulillah, saya bisa lolos menelusuri jalan hingga menemukan jalan raya, pak." jelas Ismalia.

"Oh begitu. Untuk penculiknya apa adek mengenalnya?" tanya Bapak Sutiono.

"Seperti tidak, pak. Saya tidak mengenalinya."

Status Sahabat Menjadi Ibu SambungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang